33. Healing

141 16 9
                                    

33.

"Ram tunggu" Teriak Arka mencoba menyamakan langkahnya dengan Rama yang kini terlihat marah dan berapi-api.

"Apalagi sih Ka?" Ucap Rama terganggu dengan panggilan Arka.

"Gue tau lo marah tapi dengan ngelabrak Daniel sama geng demon bukan cara yang baik, lo harus mikir juga ini sekolah" Ucap Arka mencoba menenangkan Rama. Bagaimanapun Arka itu ketua PD, kalo ada masalah di sekolah pasti dia ikut kena imbasnya.

"Terus gue harus gimana? Gue Kacau Ka liat Disa, lo liat kan dia bahkan nggak fokus ngelakuin apapun bahkan sekarang masih nggak bisa sekolah" Rama mengacak rambutnya frustasi, memang benar melihat Disa yang selalu nampak murung dan diam membuat hati Rama sakit.

Tak ada senyum dibibir gadis yang sering Rama jahili itu, tidak ada omelan-omelan yang keluar dari mulut gadis itu ketika Rama mengganggunya lagi. Semua yang ada pada diri Disa berubah dan Rama tidak menyukai perubahan itu.

"Gue bakal cari bukti untuk membuat geng demon bisa mempertanggung jawabkan perbuatan mereka, tapi bukan denga cara ini Ram. Gue harap lo bisa tahan emosi lo dan fokus bantuin Kak Dilla buat kesembuhan Disa"

Rama terdiam, Arka ada benarnya juga. Rama harus fokus pada Disa untuk saat ini. Rama ingin membuat Gadis itu tersenyum lagi.

Sesaat kemudian Rama terseyum kemudian menepuk kedua bahu arka dengan tangannya.

"Makasih Arka" Ucap Rama manis membuat Arka menjauh jijik. Sifat abnormal Rama kembali lagi. Melihat reaksi Arka, Rama malah makin senang mengganggu cowok itu dengan menoel-noel pipi Arka.

"Jauh-jauh lo dari gue" Arka berlari menjauh kemudian masih dengan senyum manis Rama mengejar Arka dengan gaya anak kecil yang berlari.

"Arka tungguin Ramaa" teriak Rama dibuat-buat. Kemudian cowok itu tertawa, mengganggu orang lain sudah menjadi bagian dari sifat lahirian seorang Rama. Beberapa siswi tertawa melihat mereka berdua yang lari-larian di koridor seperti anak-anak.

Sebagian dari mereka ada yang membatin
'Cogan kok nggak ada wibawanya'

Bahkan ada yang terang-terangan membisik nyaring namun tak membuat Arka mau pun Rama perduli. Yang ada dalam pikiran Arka sekarang adalah menjauhi Rama dan dalam Pikiran Rama adalah Disa, eh ups keceplosan maksudnya nolongin Disa.

"Kak Rama" sebuah panggilan mengintrupsi dan mengalihkan perhatian Rama. Cowok itu kembali ke mode cool dengan cepat.

"Ada apa Pia?" Alfia mengerucutkan bibirnya. Dia benci jika Rama memanggilnya begitu.

"Fia kak pake F bukan P" protes Fia membuat Rama mengerutkan alisnya. Tph menurut Rama tidak ada salahnya, cuma beda satu huruf doang elah daripada Rama memanggil Fia dengan sebutan yang tidak pantas kan?.

"Sama aja Pia"

"Ah serah" Fia malah merajuk padahal ia ingin menyampaikan hal penting untuk Rama.

"Lah malah manyun, manggil gue tadi kenapa? Cuma mau ngoreksi nama?"

Fia tersadar dan teringat tujuannya memanggil Rama. Gadis itu tesenyum paksa kemudian mendadak bersikap aneh.

"Napa sih? Cerita"Tuntut Rama membuat Fia menggaruk tengkuknya bingung bagaimana memulai cerita.

"oh iya Kak aku bawa berita buruk sama berita baik, kakak mau denger yang mana.?" Ucap Fia akhirnya, setelah beberapa detik terdiam.

"Berita baik aja dulu apaan?"

"Affan udah masuk sekolah" Mendengar itu Rama langsung bereaksi. Rama mentap Fia dengan tatapan menuntut cerita lebih dari sekedar informasi yang Fia berikan.

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang