"Kak shani" Teriak Affan di depan kelas XI C dengan melambai gembira ke arah seorang gadis yang tengah termenung dibangkunya.
Gadis itu kemudian berjalan mendatangi Affan. Dengan senyum Shani mendekat, namun melihat adanya orang lain di sana senyumnya sirna.
"Hai" Sapa Disa ramah namun terlihat sekali kecanggungannya.
Shani menggigit bibirnya, menyembunyikan ekpresi sebenarnya gadis itu.
"Ngapain Fan?" Tanya Shani to the point pada adik sepupunya itu.
"Kak Shani mau ikut ekskul Literasi dan Drama gak? Ayolah. Kak Shani kan keren buat puisi" Kata Affan bersemangat.
"Literasi dan Drama?" Shani kini menatap Disa penuh tanda tanya, seakan meminta gadis itu menjelaskan.
"Bukannya Ekskul ini udah dibubarin ya?" Tanyanya kemudian.
"Iya Shan, tapi Pak Denis kayaknya pengen bikin ekskul ini rame peminat lagi" Jelas Disa.
"Kita butuh lo buat bikin ekskul ini buat didaftarin." Kata Rama menambahkan padahal jelas ia tak mengenal cewek dihadapannya itu, tapi siapa yang tidak tau Rama yang kehidupannya memang tak jelas.
Shani menatap Disa tak yakin, tapi kemudian mengangguk. Membuat Affan dan Rama bernafas lega. Sedang Disa menatap Shani dengan datar tak terbaca.
"Gue bisa ngomong bentar gak sama lo" Kata Disa, membuat nafas Shani tercekat.
"Udah lah Dis lupain aja"
Tanpa pamit Shani kembali masuk ke dalam kelasnya. Affan dan Rama menatap Disa dengan tatapan tak mengerti. Selama ini Disa memang tak terlihat dekat dengan Shani, tapi melihat interaski keduanya yang memang agak canggung, Rama yakin kalau mereka berdua punya hubungan di masa lalu.
"Kakak udah kenal Kak Shani?"
Tanpa menjawab Disa melangkah pergi,Affan dan Rama yang masih mematung menunggu jawaban.
"Woyy Dis tungguin elah"
Apa lagi Ini? Rama tak mengerti Disa. Ia kira setelah beberapa bulan Mengenal Disa ia tau segalanya tentang gadis itu. Tapi ternyata masih ada rahasia yang tersembunyi yang ia tak tau.
######
Disa duduk terdiam di teras rumahnya. Menunggu Rama menjemputnya untuk menghadiri rapat pertama anggota 10 inti ekskul Drama dan Literasi plus menjadi ajang makan gratis yang diusul Husna tentunya yang juga tentunya disponsori olehnya dan Rama.
Karena bosan Disa memilih membuka Hpnya. Membuka galeri dan terdiam melihat kembali sebuah file. Ia kemudian menekan ikon dengan judul teman yang langsung menampilkan fotonya dan dua orang gadis.
Rena dan Shani. Mereka berdua adalah teman yang Disa punya saat kelas sepuluh. Sikap tertutup Disa memang sudah ada sejak dulu, dan hanya Shani dan Rena lah yang mau mengajaknya mengobrol dan berteman.
Pertemanan mereka memang tak terlihat oleh orang lain, sebab mereka memang jarang bersama-sama di sekolah. Mereka yang sama-sama aktif di ekskul Literasi dan Drama membuat ketiganya dekat.
Apalagi Rena dan Disa yang menjadi teman sebangku, kadang membuat Shani iri.
Mengingat semua kenangan antara dirinya dan dua temannya membuat Disa menitikkan air mata. Bukan apa-apa, semua jelas kesalahannya. Karena ia, Rena meninggal. Karena egoisnya, Rena tiada. Disa merindukan mereka berdua, Disa rindu tawa mereka.
"Cengeng benget sih"
Disa mendongakkan wajahnya dan mendapati Rama tengah menampilkan wajah mengejek seperti biasa. Disa yang sedang dalam mode bersedih, dan memilih tidak membalas perkataan Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...