8
"Eounni"
Sebuah suara mengintrupsi Disa yang kini tengah sibuk membuat sebuah poster tetang ekskul Literasi yang menjadi hukumannya itu. Dia kembali dibuat kesal oleh tingkah Rama yang malah meninggalkannya tidur saat disuruh membantu.
Disa menuju balkonnya dan mendapati Tasya yang kini melambai riang ke arahnya dari balkon kamar Rama.
"Wae?"
"Eonni jikeum meohaeyo?" (Kakak sedang apa?)
"Lagi bikin brosur, wae?"
"Temenin Tasya beli ice klem yuk!"
"Oppa Odeseo ? Kenapa gak sama oppa aja?"
"Dia tidul mulu, kesel Tasya tuh" Tasya memoyongkan bibirnya lucu, membuat Disa gemes sendiri.
"Okedeh, tunggu Eouni ke sana ya"
Tasya mengangguk semangat, dengan lincahnya ia berlari kembali masuk ke kamar Rama.
Disa hanya geleng-geleng kepala. Melihat gadis kecil berumur 5 tahun itu sangat menyukai korea, bahkan bahasa yang ia gunakan terkadang memakai bahasa korea. Awalnya memang sulit berinteraksi dengan gadis itu, tapi lama-kelamaan Disa mulai terbiasa dan sedikit-sedikit memahami bahasa korea.
Disa mengambil tasnya, kemudian bercermin sebentar memeriksa dandanannya. Setelah merasa puas dia berjalan keluar rumah, Mengunci pintu kemudian melangkah menuju rumah di samping kiri rumahnya.
Disa masuk ke rumah Rama, tanpa permisi karena sudah menjadi kebiasaannya. Seakan rumah yang ia masuki adalah rumahnya sendiri.
"Tasya Do eodiseo?" (Tasya, kamu dimana?)
Gadis kecil yang dipanggil datang menghampiri Disa dengan riangnya, dengan rambut yang di ikat dua, Tasya nampak sangat menggemaskan. Ditambah pipinya yang cubby, membuat Disa ingin menggigit pipi gadis itu.
"Maaf ya Dis, jadi ngerepotin. Habisnya dari pulang sekolah tadi Tasya cuma liatin Laptop mulu, waktu di tegor malah mau beli es krem"
Disa tersenyum menanggapi ucapan Zia. "Iya gak papa kok Uma, daripada dia ngeliatin idol korea terus mending liatin Disa aja, kan sama cantiknya sama blackpink"
Zia tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada-ada saja si Disa. Candaannya kadang memang sesombong itu.
"Yaudah. Uma, kami pamit dulu." Disa mencium telapak tangan Zia yang di Ikuti juga oleh Tasya.
"Assalamualaikum" Salam keduanya nyaring. Kadang Zia agak bingung, Disa lebih mirip kakak Tasya ketimbang Rama yang notabanenya merupakan kakak kandung dari Tasya. Sejak kepindahan mereka di komplek ini, Tasya memang sangat dekat dengan Disa sebab pembawaan Disa yang manis terhadap anak-anak.
####
"Eounni kenapa kita naik sepeda? Kenapa gak naik motolnya Oppa aja?" Tanya Tasya yang kini duduk manis di boncengan sepeda Disa, dengan kedua tangannya yang kini berpegang erat di pinggang Disa.
"Enakkan jua naik sepeda. Biar lambat penting selamat"
Tasya menangguk-angguk paham. kemudian melihat kesekelilingnya. Menikmati pemandangan yang disuguhkan di sana, taman komplek melati ini memang sangat cantik dan indah.
"Kita beli es klem nya dimana Eounni?"
Disa berpikir sejenak, Kemudian mendapat sebuah referensi tempat kedai es kream yang memang berada tak jauh dari komplek perumahannya.
15 menit perjalanan ditempuh dengan sepeda mereka sampai di sebuah kedai es krem sederhana. Dimana warna pink mendominasi kedai itu.
Disa memarkir sepeda mini kesayangannya sembari menggandeng Tasya menuju kedai, namun kemudian ia terhenti tepat di depan kedai itu . Ia memandangi kedai es itu dalam diam. Setau Disa Kedai itu berdiri sekitar sebelas tahun yang lalu. Saat dirinya berumur 5 tahunan. Saat kedai itu baru saja dibangun Ibu dan Ayahnya sering mengajaknya ke sini jika Disa sedang marah karena suatu hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...