17. Sisi Lain Rama

160 15 3
                                    

17

"PANGGILAN KEPADA SILNA FARADISA DAN RAMADHAN MUHAMMAD RADITA DITUNGGU PAK DENNIS DI RUANG BK SEKARANG"

Pengumuman itu terdengar disepenjuru SMA Merah-Putih, membuat sang empu nama gelagapan. Apalagi kini Rama sedang enak-enaknya menidurkan diri sebab tadi malam tak bisa tidur karena mulas.

"Ram ayo" Ajak Disa yang malas-malasan di ikuti oleh Rama.

"Dis, lo pake obat pencahar apaan sih. Kok manjur banget. Sakit banget parah tadi malem ampe sepuluh kali gue bolak-balik kamar mandi" Dumel Rama yang masih dapat di dengar oleh Disa.

"Owh itu. Gue bikin bolunya pake tepung yang udah kadaluarsa 5 tahun yang lalu"

Rama melongo.

"Astaga anjir, Astagfirullah halazim. Disa kalo gue mati gimana? tega banget lo Sumpah. ituh busuk banget ya Allah Jahat banget sih lo. Tega banget sih. Kalo gue keracunan fix lo harus masuk penjara. Pokonya seumur hidup. Gue gak mau Tau eh tapi gak papa deh gue mules-mules asal  lo mau maafin gue" ekpresi Rama yang tadinya marah-marah kemudian berganti menjadi senyum jenaka sembari memainkan alisnya heboh.

Disa tak menanggapi cowok sedeng disebelahnya, otak dan pikirannya kini terfokus pada apa yang akan dibicarakan oleh Pak Dennis nanti.

"Eh tapi Dis. Kok kue nya bisa enak gitu padahal pake tepung kadaluarsa, gimana caranya?"

Disa menatap Rama dengan tatapan aneh, mendengar pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut pria cerewet di sampingnya itu.

"Lo bisa diem gak?"

Rama menutup mulutnya rapat. Melihat mood Disa yang memburuk membuat Rama mrngurungkan niatnya untuk membantah kalimat gadis itu.

Sampai ruang BK mereka hanya diam, bahkan Pak Dennis pun bingung melihat dua muridnya kini saling diam, biasanya selalu saja bertengkar.

"Duduk" Titah pak Dennis yang langsung dituruti baik Disa maupun Rama.

"Gimana rencana Ekskul Literasi dan Drama? Udah sampe mana kemajuannya?"

Disa dan Rama saling tatap kemudian menunduk. Disa bahkan lupa bahwa ia mendapat hukuman itu. Mereka telalu sibuk mengurusi masalah Zen hingga lupa akan ekskul.

"hemm baru ngumpulin sepuluh orang pak, Sama jadwal udah disusun. Sisanya belum pak" Cicit Disa membuat Pak Dennis terlihat kecewa.

"Saya harap kalian bisa bekerja lebih keras lagi. Dan tentunya cepat. Jangan sampe pas udah semester dua baru jadi itu ekskul" Disa hanya mengangguk kecil, sedang Rama malah menghitung jumlah jari tangannya yang menurut Rama tak pernah berubah. Selalu Lima di kanan dan lima dikiri (Gak penting banget sumpah).

Setelah dari Ruang BK Rama tetap diam membuat Disa aneh. biasanya cowok itu akan sangat amat cerewet.

"Kok diem?"

"Lah kan tadi disuruh diem"

Disa menghela nafas panjang kemudian membuang nafas itu kasar.

"Lo kabarin semua Anak Ekskul hari ini ngumpul di rumah gue. Bawa baju ganti kalo bisa nginep semuanya" Titah Disa tegas, tak ada komentar apapun dari Rama. Hanya anggukan kecil bertanda cowok itu mendengarkan perintah Disa.

"Ram"

"Hemm"

"Kok tumben lo gak cerewet"

Rama kembali terdiam, bukannya benar-benar ingin diam. Hanya saja sedari tadi ia masih memikirkan bagaimana cara membalas Disa atas kemulesan yang ia rasakan tadi malam yang benar-benar menyiksa. Bahkan kantung mata hitam terlihat diarea mata Rama yang bertanda bahwa tadi malam cowok itu tidak cukup tidur.

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang