20. Ratu Drama

128 14 2
                                    

Disa melangkah memasuki ruang kelasnya dengan memegangi pipinya, tentu saja menyembunyikan lebam yang nampak jelas tercetak disana.

Melihat kedatangan Disa, Husna langsung berdiri dan dengan hebohnya bercerita.

"Gue boleh duduk dulu gak sih?" Husna menyengir kemudian mepersilakan Disa duduk.

"Dis gue tadi baru Aja selesai baca wattpad sedih banget anjir. Mata gue ampe bengkak, ini baru aja selesai gue bacanya.."

Selebihnya Disa tak menyimak lagi apa yang Husna katakan. Sebab kepalanya kini pening ditambah lagi bekas tamparan Shani yang nyeri di area pipinya.

Arka memasuki kelas dan langsung mendekat ke Arah Disa. Kemudian menarik gadis itu. Disa yang tak siap karena tarikan itu terseok, untung ia refleks dan dapat menyeimbangkan tubuhnya lagi.

"Ada apaan sih Ka" Disa menyentak tangan Arka kasar, membuat Arka menghentikan langkahnya.

"Lo itu luka Disa, harusnya diobatin"

Disa terdiam, kemudian menunduk. Kenapa disaat seperti ini harus Arka yang perduli? Dimana Rama sekarang? dan bodohnya mengapa ia berharap Rama yang akan perduli padanya.

"Dis"

"Gue bisa sendiri" Disa meninggalkan Arka sendirian dikoridor yang kini sepi karena memang jam pelajaran.

Arka mengacak rambutnya kasar kemudian memukul tembok besar dihadapannya dengan kepalan tangannya.

Darah segar mengalir namun luka itu tak semenyakitkan luka dihatinya yang kini
mengaga hebat.

"Susah banget Dis deketin lo"

Disa berjalan menuju UKS namun diperjalanan ia berpapasan dengan Pak Dennis yang memasang wajah cemas ketika melihat memar di pipi Disa.

"Astagfirullah pipi kamu kenapa Disa? Kamu berantem lagi sama Rama"

"Enggak pak, tadi gak sengaja aja jatoh, dan entah kenapa malah jadi lebam gitu dipipi"

Elak Disa yang tentu saja tak membuat Pak Dennis percaya, siapa saja akan tau kalau lebam di pipi Disa itu akibat tamparan, tapi Pak Dennis tak ingin memperpanjang cerita, sebab ia tau Disa sedang dalam mood yang tidak bagus.

"Oh ya, Kamu cari minimal 5 anggota lagi ya Dis. Biar banyak anggotanya" Disa hanya mengangguk sekenanya kemudian permisi pergi ke UKS.

Disa memasuki UKS dan mencoba mencari apa saja yang bisa mengompres lebam dipipinya agar tidak terlalu kelihatan.

Namun segala kegiatannya terhenti kala mendengar dua gadis yang juga berada di UKS sedang membicarakan Shani.

"Gue bingung sama tuh orang, kenapa bisa se drama itu hidupnya" Kata gadis berambut keriting.

"Emang ngapain lagi si Shani?" Tanya temannya yang kini sibuk memijit keningnya.

"Masa tadi, gue tuh cuma sapa-sapa an sama Rama, eh dia langsung ngelabrak gue. Sambil nangis-nangis. Anjir kan tuh. Padahal gak diapa-apain. Dan Rama juga kelihatan B aja lagi, jelas-jelas tuh orang udah gak waras"

"Emang dasar ya tuh ular gak berubah"

Disa mencoba memahami kejadian dalam cerita gadis itu, siapa saja bakal tau Kalau Shani sangat protektif terhadap Rama.

Apa mereka udah jadian?

Pertanyaan tindak penting itu tiba-tiba muncul di kepala Disa. Membuat telinga gadis itu kini mendenging kencang. Hampir saja ia jatuh, karena kaget.

Setelah tidak mendapat apapun di UKS, Disa kembali ke ruang kelas yang ternyata sudah dimasuki Ibu Lida selaku guru yang mengajari matematika.

Dengan sopan Disa meminta izin masuk. Setelah duduk dikursinya Husna dengan heboh memberondongi Disa dengan berbagai pertanyaan maupun pernyataan tentu saja dengan berbisik.

"Dis kata Arka wajah lo lebam. Kok lo gak bilang Sih. Udah dikompres? Ya ampun Disa lo berantem ama siapa sih?. Ampe merah gitu pipi lo. Keliatan tau kalo lo abis ditampar. Kok lo gak bilang sih sama gue kalo lo lebam, Kan gue bi-" Disa memotong perkataan Husna dengan menutup mulut gadis itu menggunkan tangannya.

"Diem, gue lagi pusing nih" Seketika tanpa ditutupi tangan Disa lagi, Husna telah memingkemkan mulutnya seakan telah terkunci rapat. Tangan gadis itu menunjukkan isyarat dengan jempol tangan kada telunjuk membulat seakan berkata "OK".

Rama membalikan tubuhnya menatap Disa dengan tatapan sendu, dilihatnya lebam kecil dipipi gadis itu yang jelas ia tahu siapa pelakunya.

"Maafin Shani ya Dis" Lirih pemuda itu membuat Disa menatap sepenuhnya ke arah Rama tapi dengab eskpresi datar, kemudian segala perhatiannya ia tujukkan pada Bu Lida sepenuhnya.

------

Disa menuju parkir sekolah menunggu Fia yang akan pulang bersamanya. Sebab Zen memang belum bisa masuk sekolah, sedang Affan harus kerja Part time dahulu. Husna juga ikut menginap tapi ia pulang ke rumahnya dahulu dan datang saat malam diantar Juno. 

Dari kejauhan dapat Disa lihat enam orang cowok terus mengikuti Fia yang terlihat tidak suka dengan adanya mereka. Mereka menarik Fia hingga gadis itu berhenti tepat disampir parkiran yang sepi.

Disa langsung menghampiri adik kelasnya itu. Menatapi satu persatu cowok yang menggoda Fia, dan tentu saja Disa agak tersentak melihat cowok yang dahulu pernah menabraknya adalah salah satu cowok di rombongan itu.

"Kak Disa" Cicit Alfia melihat kedatangan Disa.

"Wah mangsa datang sendiri nih Niel, mau diapain?"

Cowok yang pernah menabrak Disa itu berdiri dengan senyum sinis kemudian mengulurkan tangannya pada Disa.

"Nama Gue Daniel. Lo?"

Disa mengacuhkan uluran tangan Daniel kini matanya terfokus pada Fia, meneliti gadis itu, matanya pun seakan berkata "Lo gak papa?".

Merasa tercueki dengan kesal Daniel mencekal tangan Disa dan menyentak gadis itu agar berhadapan kembali dengannya.

"Gue lagi ngomong sama lo" Daniel tersenyum, namun bukan senyum tulus tapi senyum Devil menakutkan.

"Gue gak nanya ya"  Disa melepas cekalan tangan Daniel. Membuat cowok itu terkekeh. Matanya menatap tajam gadis berjilbab itu.

"Hahahah" Tawa Daniel menggelegar membuat Disa menatap cowok itu dengan tatapan seolah Daniel adalah orang gila .

"Gue suka"

"Ago main sama gue"

Disa menatap Daniel tak percaya. Daniel mencekal tangan Disa berniat menarik gadis itu namun Disa yang memang jago bela diri langsung memilas tangan Daniel kemudian menendanh cowok itu.

"Brengsek"

Disa kemudian menarik tangan Fia menjauhi gerombolan cowok kurang ajar itu. Awalnya beberapa dari mereka ingin mengejar namun ditahan oleh Daniel.

"Tuh cewek dah kurang ajar sama lo Niel"

"Gue suka sama tuh cewek. Susun rencana ya buat dapetin dia. Nih cewek khusus buat gue. Lo pada cari yang lain" Daniel tersenyum miring menatap kepergian Disa.

"Gimana sama Fia?"

"Lepasin aja, gue udah gak tertarik sama tubuh tuh cewek"

----

Akhirnya bisa up juga walau gak bisa panjang-panjang amat, penting ada kan ya😂😂ini juga karna ada yang nagih banget
sayang deh sama yang nagih

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang