21. Bertengkar

140 16 9
                                    

21

"Kak Dis" Panggil Fia membuat Disa yang fokus mengendarai Speda motornya teralih dan memfokuskan telinganya mendengarkan Fia yang kini duduk di boncengannya.

"Hati-hati ya Kak. Daniel sama gengnya gak bakal biarin kakak lepas gitu aja setelah kejadian ini"

Disa terdiam, ia tidak takut pada gerombolan adik kelas sok berkuasa itu. Toh, dia bisa bela diri.

"Tenang aja Fia. Kakak gak bakal kenapa-napa kok"

Fia terdiam mendengar santainya Disa memanggapi hal ini. Selama dua tahun terakhir Daniel dan kawan-kawan selalu mengganggunya dan beberapa Kali Mereka pernah hampir merusak masa depannya, beruntung Zen selalu ada disampingnya dan melindunginya.

Disa memarkir speda motornya, Zen kini terlihat duduk di teras ditemani Dilla.

Dilla kini berdiri, nampak bersiap pergi.
"Dek, Kakak berangkat ya. Jagain Zen baik-baik"

Disa hanya mengangguk sekilas, kemudian Dilla pergi bekerja. Seperti ini setiap harinya. Dilla meminta izin untuk bekerja pada Shift Sore karena paginya harus mengurus Zen selama Disa dan Fia sekolah. Sebenarnya Zia, mamanya Rama mau-mau saja mengurusi Zen tapi Tasya yang bawel selalu cemburu. Aneh kan.

"Zen" Rengek Fia langsung duduk disamping pemuda itu.

"Apa?"

"Gue bawain martabak kesukaan lo" Fia mengangkat kantongan plastik yang ia bawa. Zen hanya tersenyum kemudian mengacak pucuk kelapa Fia gemas.

Melihat itu membuat Disa memutar bola mata jengah. Dia melangkah memasuki rumah menuju kamarnya.

Agak kaget ketika ia mendapati Rama duduk di sofa yang ada di kamar Disa.

"Ngapain lo?" Tanya Disa sarkas, gadis itu menaruh tasnya kemudian menatap Rama malas.

"Lebam lo udah diobatin?"

"Apa peduli lo?"

"Lah kan katanya gue dah resmi jadi temen lo. Jadi,gue mau nunjukkin perhatian aja biar kayak temen yang perhatian gitu"

"Cih" Disa mendecih kemudian memasuki kamar mandi mengganti seragamnya dengan stelan rumahan ala Disa. Daster dan jilbab kurung.

"Dasteran mulu lho. Ntar cepet tua lho"

"Sabodo"

Rama mencibir kemudian mengikuti Disa yang kini melangkah menuju dapur.

"Dis"

"Hmmmmm"

"Dis"

"Paan??"

"Lo marah sama gue"

Disa kini menatap Rama.
Iya gue marah sama lo. Gue marah karna lo lebih perduli sama Shani. Gue benci lo terus-terusan deket sama tu nenek pelet. Lo tau kan dia dah nyakitin gue. Lo tau kan dia yang buat hidup gue hancur.

"Gak papa. B aja tuh" ujar Disa masih dengan wajah datar.

"Apa jangan-jangan lo cemburu lagi" Ucap Rama sambil memainkan kedua alisnya.

"Apaan?" Tanya Disa kini mengangkat sebelah alisnya padahal dalam hati kini ia ambyar sendiri.

"Ya habisnya lo kayak gak suka Gitu liat gue sama Shani"

Disa menghentikan aktifitasnya. Menatap Rama sepenuhnya.

"Lo tau kan Ram, Shani bikin hidup gue hancur. Dia yang udah bunuh Rena. Dia yang bikin Madhan bunuh diri. Dia si Ratu Drama sialan, gue benci sama Dia. Dan elo suka sama dia? Gue ya ngerasa gimana ya, lo gak bakal ngerti Ram" Disa menundukkan kepalanya mencoba menahan isak tangis yang siap meluncur.

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang