36. The True

104 13 3
                                    

36

Rama memainkan handphone nya bosan Menunggu Disa konsul ternyata lama juga. Rama membuka aplikasi Chatnya dan meringis melihat tak satupun pesan masuk ke handphone nya itu.

Bahkan grub se gengnya yang bisanya ramai bukan main kini kosong melopong. Biar bagaimapun teman-temannya itu anak-anak pintar, minggu depan mereka akan menghadapi ulangan akhir semester makanya ini adalah hari-hari rawan dan mereka sudah mulai belajar. Anak-anak Rajin semua.

Rama kemudian membuka game cacing yang masih menjadi favoritnya mengisi waktu luang. Namun pikirannya yang kalang kabut membuat Rama tidak fokus dan sering menabrak cacing lain hingga game harus berakhir dengan kekalahan telak.

Kesal, Rama menghentikan aktifitas dengan handphonya kemudian menatap sekitar dengan malas.

Sosok gadis melangkah perlahan, menunduk sambil melihat handphonenya membuat Rama langsung bangun dari duduknya kemudian berlari ke arah gadis itu kemudian memeluknya erat. Gadis dengan rambut sebahu itu kaget melihat tak percaya sosok yang memeluknya itu

"Rama" Ucap gadis itu pelan namun masih bisa Rama dengar.

"Gue kangen banget sama lo Shan" Gadis itu membalas pelukan Rama, air matanya kini jatuh membasahi kaos hitam yang dipakai Rama.

"Gue juga kangen sama lo"

"Terus kenapa lo nggak ngabarin gue Shan" Rama mengurai pelukan mereka kemudian menatap gadisnya itu dengan tatapan rindu.

"Maafin Gue Ram, gue terpaksa ngelakuin itu. Affan ngelarang gue buat hubungin lo"

Sekali lagi Shani memeluk Rama, tanpa Sungkan Rama membalas pelukan shani. Namun deheman kecil membuat keduanya kaget dan langsung melepas pelukan masing-masing.

"Shani udah dateng" Ucap Renia kemudian dijawab anggukan oleh Shani.

"Shani ngapain di sini?" Ucap Rama baru tersadar mengapa Shani berada ditempat Renia.

"Shani pasien di sini" Kata Renia tegas, Shani sebenarnya malu mengakui itu pada Rama.

"Kalo Rama ngapain di sini?" Mendengar pertanyaan itu membuat Rama tersadar, Ia kemudian mencari sosok Disa yang tidak ada kemudian ia menatap Renia penuh tanya.

"sudah pulang, lari" Ucap Renia sarkasme membuat Rama bingung.

"Maksud kak Ren apa?" Shani menatap Renia meminta penjelasan lebih apa dan siapa yang di maksud oleh Renia. Namun Renia tentu saja paham apa yang terjadi antar Shani, Rama dan Disa.

"Shani ke ruangan kakak duluan ya, kakak mau ngobrol bentar sama Rama" Shani hanya mengangguk namun sebelum beranjak ia menatap Rama.

"Tungguin Shani sampai selesai Ya" Ucap Shani yang membuat Rama tanpa sadar mengangguk.

Melihat anggukan Rama, Shani kemudian berlari dengan bahagia menuju ruangan Renia. Rama tersenyum melihat gadis yang ia rindukan itu kini bisa ia lihat lagi.

Namun kemudian Rama tersadar dengan tatapan tajam yang sedari tadi Renia layangkan padanya.

"Kakak kira kamu orangnya, ternyata kakak salah" Ucap Renia dengan nada sarkasme. Rama tak paham apa yang sedang Renia bicarakan dan maksud Renia bicara begitu padanya.

"Disa tadi lari pas liat kamu sama Shani pelukan. Kakak nggak tau kondisi dia gimana setelah ini. Dan satu yang kakak yakinin dia nggak baik-baik aja" Renia meninggalkan Rama yang kini terpatung.

Rama menbuka handphonenya niat ingin menghubungi gadis itu namun handphone nya kini mati mungkin habis batrai karna tadi ia mainkan. Ia tidak mungkin meninggalkan Shani sekarang karna ia tadi berjanji untuk menunggu gadis itu sampai selesai. Rama hanya bisa berdoa dalam hati semoga Disa tidak apa-apa.

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang