37
Setelah kedatangan Rama di rumah sakit tak lama dokter keluar dan meminta wali korban untuk diajak bicara. Karena Dilla tidak ada karna tadi mendapat panggilan mendesak dari RS tempatnya bekerja akhirnya Zidan dan Zia yang menjadi wali.
Rama tak hentinya merapalkan doa merayu Tuhan agar tak mengambil gadisnya itu. Juno bilang luka Disa tadi benar-benar parah, sampai Husna juga histeris melihat sahabatnya.
Rama juga terus menyalahkan dirinya. Bagaimanapun ini salah Rama. Iya ini pure salah Rama.
"Ram, musholla yuk. Dah subuh" Ajak Juno bersama Aris dan Arka. Rama hanya mengikuti dibelakang. Dapat di dengar Arka mendegus keras. Mungkin masih kesal dengan Rama.
"Lo kenapa sih Ka?" Tanya Aris yang tidak suka melihat Arka dan Rama yang kini sama-sama diam.
"Semuanya bukan salah Rama, Ka. Selama ini kita selalu bebanin Rama tanggung jawab buat jagain Disa" Ucap Juno membuat Arka kembali mendegus kesal.
"Tapi kalo dia nggak lalai, Disa nggak bakal kek gini" Ucap Arka sarkas.
Juno hendak membuka mulut membalas namun Rama lebih dulu mengeluarkan suaranya.
"Iya, semuanya salah gue. Sekuat apapun gue jaga Disa, gue ada di samping dia, gue terus aja nyakitin dia. Seharusnya dari awal gue sadar siapa gue. Gue harusnya menjauh dan nggak ngusik hidupnya lagi. Setelah Disa sembuh, gue janji gue nggak bakal gangguin dia lagi" Ucap Rama akhirnya kemudian berjalan cepat mendahului teman-temannya. Keputusan ini jelas sangat menyakitinya.
"Liat Ka apa yang lo lakuin. Puas lo sekarang" Ucap Juno menghela nafas panjang. Arka tak menyahut dan memilih diam.
setelah mereka kembali ke ICU suster mengatakan bahwa Disa telah di bawa ke kamar inap. Orang tua Rama juga menjelaskan bahwa kondisi Disa lebih baik dari yang mereka Kira. Hanya kaki kanan dan tangan kirinya saja yang patah.
"Mungkin dalam 3 bulan Disa bakal bisa pulang, dan minimal satu tahun buat sembuh total" Ucap Zia membuat semua orang merasa lega terutama Rama.
"Kita tinggal tunggu Disa siuman aja" Ucap Zidan menambahkan.
Setelah hari itu Rama benar-benar fulltime berada disamping Disa. Rama pergi hanya untuk sekolah karna memang tidak bisa ditinggalkan karna sedang ujian kenaikan kelas. Beberapa hari yang Lalu Pak Dennies datang menjenguk dan menyayangkan keadaan Disa. Namun juga mengucap bangga, kini eskul Literasi dan Drama mulai bisa bangkit yang diambil alih oleh Husna dan Fia.
Dan hari ini lagi-lagi Rama tak mau diajak pulang oleh Zia. membuat Zia harus berbesar hati lagi-lagi meninggalkan Rama yang kini terlihat acak adul dan tak terawat.
"Jangan lupa makan ya Ram. Ntar kalo kamu yang sakit malah berabe urusannya" Ujar Zia yang hanya disahut anggukan oleh Rama. Zia hanya geleng-geleng kepala melihat Rama yang sangat berbeda.
"Yaudah, Uma pulang ya Ram. Assalamualaikum"
"waalaikumussalam"
Kini hanya ada Rama dan Disa dalam ruangan. Rama menggenggam erat tangan Disa, mencoba menguatkan gadis itu sembari dalam hati membatin .
Bangun Dis, gue kangen
Pergerakan kecil jari kelingking Disa membuat Rama kaget langsung berdiri. Menatap Disa penuh harap.
Mata kecil Disa yang Rama rindukan itu perlahan terbuka. Gadis itu nampak bingung akan keberadaannya kemudian lama baru menatap ke arah Rama.
"Ramaa" Lirih Disa pelan membuat Rama hampir menumpahkan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...