9. Aneh

153 15 2
                                    


"Kak Disa"

Disa menengok ke arah cowok yang memanggil namanya itu dengan tatapan tanya, sebab Disa merasa tak mengenali cowok itu.

"Ah bener, Kak Disa"

Disa berdiri dengan alis yang terangkat seakan bertanya 'Siapa?' pada cowok dihadapannya itu.

"Gue Zen. Alizen Danuarta, Sepuluh IS 3 Di SMA Merah-Putih"

Ah, anak merah putih. Batin Disa, pantas saja Zen itu mengenalnya. Eh tapi, dia tak seterkenal itu juga.

Dua orang kini ikut mendekat. Si cewek dan pelayan muda. Mereka ikut memperkenalkan diri.

"Aku Alfia kak. Alfia Nellasya sekelas sama Zen. Gak nyangka ketemu kakak di sini, aku sering liat kakak di perpustakaan lho" Alfia tersenyum manis, dan dengan kikuk Dibalas oleh Disa.

"Pantes muka kakak rasanya Familiar, Aku Affan. Affan Zakaria, sekelas juga sama mereka" Pelayan muda itu juga ternyata anak merah-putih. Sungguh tak terduga.

"Kak bisa tolongin kita gak?" Tanya Zen dengan penuh harap.

"Tolongin apa?"

"Kakak bisa gak bayarin makanan kita dulu. Aku sama Zen gak bawa dompet, Affan juga gak bisa bantu. Bisa kan kak.?"

Disa memandang mereka satu persatu. 'Hemm, anak merah putih ya?'. Sebuah senyum devil muncul dipermukaan bibir gadis itu.

"Memangnya berapa?"

Affan menyerahkan bil ke tangan Disa. Tujuh ratus lima puluh ribu tertera jelas disana. Disa kemudian meminta bil miliknya juga.

"Oke, gue bakal bayarin ini. Tapi dengan Satu syarat" Kata Disa dengan senyuman.

"Syarat?" Tanya Alfia dengan tanda tanya.

"Iya. kalian harus ikut ekskul Literasi dan Drama di SMA merah-putih. Gimana?"

"Hah?" Kejut mereka bertiga yang terlihat bingung dengan syarat yang ditentukan Disa.

"kalian gak perlu bayar ke gue asal syarat itu dipenuhi. Kalo gak besok kalian harus bayar 2 Kali Lipat"

"iya deh kak" Kata Zen menyetujui tanpa berpikir lebih dulu.

"Beneran?"

Zen dan Alfia menagngguk membuat Disa tersenyum senang. Disa mengeluarkan dompetnya dan membayar Semuanya dengan uang tunai. Baik Zen, Alfia maupun Affan melongo. Bagaimana mungkin anak SMA mempunyai uang sebanyak itu dalam dompetnya. Tapi ini Silna Faradisa, Gadis yang punya segalanya kecuali keluarga.

"Besok kalian bertiga harus datang ke ruang teater pas istirahat pertama" Kata Disa menekan kata harus.

"Lho gue juga kak?"

"Ya iyalah. Kalo sampai ada salah satu dari kalian yang gak dateng. Kalian bakal tau akibatnya"

Affan menatap kedua temannya dengan tatapan tajam, karena mereka ia harus ikut terlibat ekskul yang bahkan tidak ia minati.

Disa tersenyum sebari melangkah meninggalkan mereka yang kini saling tatap bingung. Keluar dari kedai Disa merasa ada yang terlupa.

Astaga. Buru-buru Disa kembali memasuki kedai dan mendapati Tasya yang kini tertidur dengan pulasnya.

Disa menelpon Rama namun hp pria itu tidak aktif. Saat dibutuhkan saja Pria itu menghilang. Dengan hati-hati, Disa memangkat pelan tubuh Tasya, mencoba agar tak membangunkan gadis kecil itu.

Ia lebih dulu memesan taksi online, tak lupa ia memasukan sepeda mininya juga ke bagasi.

#####

Disa merebahkan tubuh Tasya pelan ke kasur tidur milik gadis kecil itu, dimana kamar itu bernuansa hitam-merahmuda sebab Tasya sangat menyukai blackpink. Poster Blackpink ada dimana-mana, kamar itu sangat jauh dari bayangan Disa tentang kamar anak berusia 5 tahun yang kebanyakan bernuansa kartun favorit.

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang