25. Pengakuan

137 15 2
                                    

25

Rama berjalan cepat menuju ruang kelas XI C. Ia menyembulkan kepala dipintu mencoba mencari gadis yang kini menggantung hatinya. Ia khawatir, ia bingung.

Shani. Ia adalah cinta pertama Rama. cewek pertama yang membuat jantungnya berdebar. Lucu sekali, padahal dulu Rama dan Shani masih SD tetapi Rama sudah mengklaim rasa itu adalah rasa cinta. Alay itu nama tengah Rama.

Namun sekarang, Shani bagai hilang ditelan bumi. Setelah kepergiannya dengan Affan malam itu, Shani tidak bisa ia temukan lagi. Entah di sekolah, di rumah bahkan di tempat biasa cewek itu berada.

Rasanya Rama frustasi sekali. Ia menatap lantai koridor dengan murung.

"Rama"

Sebuah panggilan mengalihkan atensi Rama dari keramik yang sedari tadi ia pandangi. Nampak sosok gadis dengan kerudung tengah menatapnya dengan tatapan datar tak terbaca. siapa lagi kalau bukan Disa. Tetangga sekaligus musuhnya.

"kenapa lo?" Tanya gadis itu jutek.

Kemarin Disa memang marah sekali padanya, bahkan beberapa hari dia tidak menayapa Rama, mendiamkan Rama. Tapi, akhirnya gadis itu kembali seperti semula, menyapa tapi dengan ejekan dan ekspresi menyebalkan khas nya.

"Shani lagi?"

Rama mengangguk, kemudian terduduk dengan punggung menyender di tembok persis gelandangan.

Disa ikut berjongkok di samping Rama. Ia mengikuti arah pandang cowok itu.

"Gue nggak tau lagi Dis dia di mana. Dia hilang" Rama menyenderkan kepalanya pada Disa.

Disa agak kaget, baru pertama kali ia melihat Rama serapuh ini. Bahkan sekarang cowok itu menangis frustasi.

Ada nyeri di hati Disa, bayangkan saja orang yang kamu suka sedang menangis karna orang lain, apalagi orang itu adalah orang yang paling kita benci, orang yang udah ngancurin hidup kita.

Disa berdehem kemudian menepuk kepala Rama pelan. "Kalau gue yang ngehilang, lo juga bakal sesedih ini nggak Ram?" Tanya Disa membuat Rama mengangkat kepalanya.

"Emang lo mau ke mana?" Tanya Rama dengan tatapan melongo.

"Nggak kemana-mana sih, gue cuma berandai-andai aja"

"hemmmm, keknya gue juga bakal sedih banget deh Dis. Ntar nggak ada lagi yang mau ngasih gue makan, kalo Umma lagi nggak ada"

"Sialan lo" Disa menabok kepala cowok itu kemudian berdiri.

"Gue ke kelas duluan ya" Gadis itu melangkah pergi dengan luka di hati. Sekarang ia sadar, arti dirinya di hidup cowok itu. Ia hanyalah tempat singgah, pengganti.

Setitik air mata jatuh di pipi Disa, dengan cepat ia hapus. Rasanya memang menyakitkan.

Rama menatap punggung Disa yang mulai menjauh, merasakan ada yang mengganjal di hatinya. Ia merasa ada yang hilang sekarang, sangat hilang. Ia merasa ditinggalkan.

'gue nggak tau efek ditinggal Shani bisa se hebat ini' batin Rama.

~~~~~~

"Rama, Disa. Bapak kecewa pada kalian  berdua" Kata Pak Denies yang kini berhapan dengan dua murid yang kini menundukkan kepala.

"Katanya udah terkumpul 10 orang, ini malah kurang dua. Bagaimana ini?"

Disa hanya diam tak berani menyahut, sedang Rama kini mengangkat kepalanya hendak memberi jawaban. Namun belum sempat ia berucap, pintu ruang BK terbuka, menampilkan sosok Daniel dan kawan-kawannya.

"Pak Hallo" Ucap Daniel sembari mengangkat tangannya memberi salam.

"Ada Apa Daniel?"

"Saya ingin masuk ekskul literasi dan drama Pak, temen-temen saya juga" Ke lima teman Daniel mengangguk walau sebenarnya ogah. Terlebih Alif yang awalnya ingin ikut ekskul Basket.

"Kalian yakin?" Tanya Pak Denies antusias. sedang Disa dan Rama kini saling tatap tak percaya.

"Iya Pak" Kata Daniel mantap.

"Bagus. Baiklah Disa dan Rama mulai minggu Depan ekskul kita bakal resmi diadakan"

Disa dan Rama hanya diam, merasa speechless dengan apa yang baru sana terjadi.

Disa berdiri kemudian menarik tangan Daniel keluar ruang BK, ke tempat yang tidak begitu ramai. Sedang Rama memandangi kepergian mereka dengan wajah tak suka.

"Woow woow, santai. Gue baru mulai, lo udah bawa gue mojok aja" Ada seringaian nakal dibibir Daniel membuat Disa agak berdecak.

"Tujuan lo masuk ekskul itu apa heh?" Disa melipat tangannya di dada sembari menatap Daniel tajam.

"Ya mau deket sama elo lah" Kata Daniel yang kemudian menyentuh dagu Disa dengan tangannya, namun langsung Disa tepis.

"Lo gila ya?"

"Iya gue tergila-gila sama lo"

Bukannya kesengsem, Disa malah jijik melihat Daniel yang seperti ini. Disa berdecak kemudian meninggalkan cowok itu.

"Gue makin tertarik sama lo" Teriak Daniel membuat Disa jadi pusat perhatian sekarang. Astaga, Disa malu sekali.

Cepat-cepat ia melangkah meninggalkan Daniel yang sudah tersenyum-senyum sinting.

"Akrab banget lo sampe tarik-tarik tangannya gitu" Kata Rama yang kini menyamakan langkahnya disamping Disa membuat gadis itu agak tersentak karena kaget.

"Lo ngagetin aja" Ucap Disa tak ingin membahas apapun itu tentang Daniel sekarang.

"Lo udah tau keberadaan Shani?" Tanya Disa megalihkan pembicaraan yang sepertinya berhasil. Wajah Rama langsung menyendu.

"Lo udah tanya Affan?"

"Dia juga nggak ada Dis. Gue makin Frustasi."

Sebenarnya Disa senang mendengar Shani tak ada kabarnya begini, ia bisa tenang. Tak ada yang bisa mengusik dan menggangu waktu Rama, sebut saja sekarang Disa egois. Dan jujur saja Disa telah mengakui hatinya yang jatuh pada sosok Rama.

"Apa sih yang lo suka dari Shani?" Tanya Disa membuat langkah kedua berhenti.

"Dia baik"

"Itu aja" Tanya Disa lagi.

"Gue juga baik Ram"

"Maksud lo?"

"Gue mau ganti'in Shani di hati lo, Gue sayang sama lo Ram"

Rama membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Shani itu Jahat Ram, dia ngancurin hidup Rena, dia ngancurin hidup Madhan, dan Dia ngancurin hidup gue. Gue lebih baik dari dia Ram, biarin gue ganti'in dia di hati lo"

"Lo sadar kan Dis?" Tanya Rama membuat Disa agak tersentak, ia secara sadar dan tidak telah mengatakan isi hatinya. Astaga Disa ambyar sekarang. Mau ditaruh dimana wajahnya ini.

"Ah lupain aja Ram. Lo juga nggak perduli soal hati gue. Lagian gue nggak tau malu banget ya ngakuin hati ke pacar orang kek gini"

Setelah mengatakan itu Disa berlari meninggalkan Rama yang mematung tak percaya akan pengakuan Disa yang tidak masuk Diakal Rama.

Tanpa disadari baik Rama ataupun Disa, ada yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan senyum sinis kemudian decihan.

-----------

Akuu backk teman2 huhu.. Maafin lagi-lagi partnya pendek ya, mumet akutuhh duhh..

Jangan lupa Voment ya guys

Makasih
Salam Sayang

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang