18. Patah

210 12 0
                                    


"Rapat hari ini selesai" Kata Disa mengakhiri rapat 10 anggota utama ekskul Literasi dan drama yang akan mereka dirikan.

"Yang cewek kalo mau istirahat langsung ke kamar gue aja. Yang cowok silakan make kamar Kak Dilla sama kamar tamu" Kata Disa yang melihat teman-temannya kelelahan. Ada banyak hal yang harus dibahas, makanya mereka rapat sampai larut malam.

Disa yang juga merasa lelah melangkah Mengikuti Husna dan teman cewek lainnya menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Disa mendapati Shani yang kini memegang figura foto yang membingkai Foto mereka bertiga bersama Rena.

"Masih lo simpen?"

"Iya".

"Lo gak ngerasa bersalah tiap kali liat foto Rena?"

Disa terdiam, sebenarnya ia malas membahas masalah ini malam-malam begini sebab tubuhnya sekarang minta istirahat, tapi kesalahpahaman harus diluruskan.

"Gue gak Salah" Tegas Disa membuat Shani bedecih.

"Psikopat"

"Gue udah bantu Rena cari alat bantu nafasnya, tapi gak ada Gue juga mau bantu Dia ke UKS tapi langsung ditepis sama dia. Dia yang cuek sama keadaannya sendiri. Dia lebih milih tetep ulangan dan nolak usul yang gue beri."

"Kenapa lo gak manggil guru"

"Waktu itu guru pengawasnya lagi keluar, gak mungkin dong gue ninggalin Rena"

"Kenapa gak minta bantuan temen yang lain"

Disa tertunduk, ia meruntuki dirinya yang ansos ini dahulu.

"Lo tau kan gue ansos dulu. Gue gak punya keberanian buat minta bantuan waktu itu"

Shani tersenyum menang. Ia menatap Disa dengan tatapan marah kemudian membanting Figura di tangannya hingga pecahan kaca berserakan dimana-mana.

"Lo Bunuh Rena Dis. Lo pembunuh"

Disa hanya menunduk, tak percaya apa yang baru saja terjadi. Shani yang dahulu selalu mempercayainya, yang dahulu selalu membelanya kini menjadi orang yang paling membancinya.

"Lebih lagi saat lo ngerebut Madhan dari Rena"

Rahang Disa mengeras, Mendengar nama pria itu kembali disebut. Nama yang membuat persahabatan mereka hancur.

Pintu kamar Disa terbuka,Menampilkan Rama yang kini terlihat panik,  Di ikuti Aris dan Arka yang tak kalah paniknya.

"apaan tadi kayak ada suara piring pec-" Kalimat Rama terhenti karena telah melihat jawabannya disana. Figura foto yang tak berbentuk lagi.

"Gak sengaja gue nyenggol figura" Kata shani menunjukkan senyum manisnya.

Rama mendekat ke arah Disa menelisik Gadis itu.

"Lo gak papa kan Dis?" Tanya Rama membuat Disa tersentak.

Disa tak berani mengangkat wajahnya, sebab ia kini mati-matian menahan air mata dengan menggigit bibir bawahnya kuat.

"Tangan lo bedarah"

Disa menatap lengannya yang kini berdarah terkena cipratan pecahan kaca.

Diam-diam Shani merunduk mengambil pecahan kaca kecil dan menggenggamnya, hingga darah merembes ditangannya.

"Rama, tanganku juga berdarah" Teriak Shani manja, membuat Rama kini teralihkan sepenuhnya pada sahabat kecilnya itu.

Aris yang melihat Shani yang melukai dirinya sendiri untuk mendapat perhatian Rama meringis. Psikopat, batinnya.

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang