12
"Ngapain lo ngikutin gue" Sentak Disa yang membuat Rama ciut. Disa sangat marah mengingat kejadian di cafe mawar kemarin. Apa-apaan masa ia harus bayar semua makanannya, untungnya ia membawa kartu ATM nya jika tidak bisa ditahan ia karena uang cashnya tidak akan cukup membayar semuanya.
"Gue lupa kalo kemarin harus bayar Dis ., elah"
"Gak tau pokoknya gue pundung sama lo" Disa terus berjalan tak memanggapi Rama hingga mereka berdua melewati kelas XI C. Rama terhenti namun Disa tak perduli dan terus berjalan.
Sampai agak jauh, Disa menoleh kebelakang dan mendapati Rama tengah berbincang dengan Shani dalam jarak yang bisa disebut sangat dekat. Shani yang berdiri dengan belakang memepet dinding dan Rama menempelkan sebelah tangannya didinding itu juga namun dengan tubuh sedikit miring.
Disa mengendalikan amarahnya. Bukannya meminta maaf cowok itu malah ngapelin anak orang pagi-pagi. Namun tidak ambil pusing Disa melangkah memasuki ruang kelasnya yang sudah berisi Arka dan anak-anak yang lain.
Dengan kesal Disa duduk dibangkunya. Melihat Itu Arka mendekat dan duduk dibangku Husna tepat didepan meja Disa. Kemudian menopang dagu menatap Disa.
"Paan sih lo"
"Lo lagi menstruasi ya Dis"
Disa memukul kepala Arka cukup kencang membiat Pria itu meringis.
"Lo lupa ya Dis. Gue itu anggota PS, lo bisa gue laporin atas tindakan kekerasan dilingkungan sekolah"
Disa terdiam. "Ya elah Ka, udah cukup gue kena hukuman jangan lagi deh. Ya udah maaf-maaf ya"
Disa mengelus kepala Arka membuat empunya tertawa kecil.
"Apaan neh Pagi-pagi elus-elus Kepala" Sapa Rama mengangetkan, sontak Disa kembali menarik tangannya dan berdehem pelan.
Rama duduk dikursinya, sebelah Disa. Kemudian menatap keduanya secara bergantian dengan alis naik-turun.
"Lo berdua jadian ya? PJ dong PJ" Disa memutar bola matanya malas, dengan cuek membuka buku matematikanya santai.
"Aduhh apakah ini cinta segitiga?" Rama menatap kedua orang didepannya dengan tatapan Nanar. Disa merasa gugup ketika Rama mengatakan itu.
"Gue gak nyangka kalian saling menyukai. Ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan" Rama mulai mendayu-dayukan suaranya seakan dia tengah bermain Peran dalam sebuah drama. Walau terdengar bercanda, hati Disa tetap tak karuan.
"Gue kira kita bisa bersama..."
"... Arka"
Disa kembali merasa dipermainkan menatap Rama tajam, sedangkan Arka sudah maju dan memukul Pria itu.
"Gue normal ya Nyet. Ya mana mau sama lo"
Mereka berdua kini kejar-kejaran seperti anak-anak. Sedangkan Disa kini mencoba menormalkan detak jantungnya. Mengapa ia menjadi berharap tadi Rama cemburu melihat dirinya dan Arka. Disa mulai gila sepertinya.
--------
Bel tanda pulang berbunyi nyaring, membuat semua murid serempak bersorak tak terkecuali murid-murid kelas XI A yang notabene nya berisi anak-anak pintar bin jenius apalagi Husna yang kini heboh ingin pulang dan merengek Pada Juno minta belikan es kream."Duluan ya Dis" Disa hanya mengangguk kecil kemudian mentap ke arah Rama yang juga tengah menatap dirinya. Jantung Disa kembali berpacu. Ada apa Ini? Kenapa jantungnya terus berdetak tak karuan sperti ini?.
"kenapa lo?" Bentak Disa menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba melandanya.
"Gak papa kok" Kata Rama kamudian memasukan buku-bukunya ke dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...