29
Disa membuka matanya, mengulet sebentar kemudian agak tersentak sebab ia mendapati dirinya berada dalam sebuah ruangan yang mana tentu saja bukan kamarnya.
Gadis itu langsung berdiri kemudian mencoba mencari handphonenya yang tidak ia temukan di manapun. Disa menatap dirinya dicermin, syukur saja pakaiannya tidak kurang satupun, semua masih melekat sempurna seperti kemarin, ia memakai seragam sekolah tentunya.
Disa duduk di ranjang king size yang tadi ia tempati, mencoba menenangkan diri dan kembali mengingat-ingat mengapa tiba-tiba ia berada di ruangan yang lebih terlihat seperti kamar ini.
Disa ingat bahwa kemarin ia izin pulang lebih awal karna moodnya yang kurang bagus, kepala dan perutnya juga tiba-tiba sakit membuat Disa tak nyaman jika memaksa ikut pelajaran selanjutnya. Apalagi jika harus melihat wajah Rama juga teman-temannya yang lain.
Namun saat dalam perjalanan pulang, sebuah mobil hitam menghentikan laju sepeda Disa. Dan Disa ingat betul geng Demon memaksanya masuk ke dalam mobil dan membiusnya, ia tak bisa melawan karna memang teman-teman Daniel lebih kuat darinya.
Setelah mengingat semua memori itu, Disa mulai sedikit tersadar bahwa di luar ruangan ini terdengar sangat berisik. Disa berjalan ke arah pintu dan mencoba membukanya namun pintu itu terkunci. Kemudian Disa mengarahkan telinganya ke daun pintu dah mencoba menguping pembicaraan diluar.
"Banyak juga bayarannya ya Niel"
"Hahaha iya, dan yang lebih menguntungkannya lagi orangnya itu Disa yang emang jadi inceran gue selanjutnya"
"Halah, Fia kemarin aja lo nggak dapet"
"Dia cuma beruntung ada Zen kamfret yang ngelindungin dia"
"lah bukannya Disa juga punya ya, itu siapa sih namanya Rama bukan sih?"
"Hhahaha sekarang nggak lagi, kemarin gue liat mereka berantem. Gue sih nggak yakin Rama bakal perduli sama cewek sampah macam Disa"
Lutut Disa melemas mendengar percakapan mereka. Kini ia mulai terisak, memang benar tak akan ada yang perduli padanya.
Namun Disa tidak boleh diam saja ia harus bergerak.
"Woy keluarin gue dari sini" Teriak Disa sambil menggedor-gedor pintu, suara di luar yang tadinya ricuh mendadak senyap, tak lama langkah kaki mendekat terdengar. Kemudian pintu terbuka, membuat kaki Disa refleks mundur.
Daniel Tersenyum miring kemudian masuk ke kamar tersebut kemudian menutup pintu. suara riuh kembali terdengar di luar seakan tidak terjadi apa-apa.
"Wah putri tidur udah bangun ternyata"
Disa gemetar melihat Daniel yang kini menatapnya 'buas'. Walaupun Dia jago bela diri tapi kalo sudah tersudut begini diapun bisa sangat takut.
"Gue sangat ingin ngancurin lo sekarang juga tapi klien gue pengen lo lebih hancur dari ini" Disa menatap Daniel tak paham. Klien? Maksudnya ada yang menyuruh Daniel melakukan ini?.
"Keluarin gue dari sini. Gue nggak ada urusan sama lo" Bentak Disa berlari ke arah pintu kemudian mencoba membukanya, namun ternyata terkunci, sejak kapan?.
"Pintu itu dikunci dari luar beb" seketika bulu kuduk Disa meremang mendengar panggilan Daniel yang sangat menakutkan menurut Disa.
"Gue mau pulang" Tangis Disa membuat Daniel tertawa memenuhi ruangan.
"Pulang? Buat apa Disa?" Daniel mendekat ke arah Disa kemudian menampar pipi gadis itu kencang.
"Sadar Disaaa" Raut wajah Daniel memelas kemudian tersenyum miring lalu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Novela Juvenil"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...