"Rama.. Ayo turun. Sarapan!!"
Rama yang tadinya sibuk memuji diri sendiri atas ketampanannya di depan cermin kini tersadar kemudian berdecak sebal.
"Kapan sih gue jelek" Kemudian dia tertawa sendiri sembari menyisir rambutnya kebelakang. Seragam dengan lambang Merah-Putih kini membalut tubuhnya.
SMA Merah-Putih adalah sekolah barunya, Seminggu sebelum kepindahannya ke rumah baru, ia dan Mamanya telah mengatur kepindahan sekolahnya terlebih Dahulu tepat setelah kenaikan kelas. Agar Rama masuk semester baru kelas sebelas disekolah barunya.
Rama kemudian mengambil selfie sebentar lalu menuruni tangga dengan senyum yang mengembang.
"Pagi Umaku sayang" Rama mencium singkat pipi Zia kemudian beralih mencubit adiknya yang langsung protes namun tak ia hiraukan.
Rama duduk Menghadap Papanya yang makan lebih dulu dengan antengnya bahkan tak menyapa Rama.
"Papa tumben gak Nyapa Rama. Biasanya nyapa gitu. Papa gak irikan Sama Mama, Apa minta cium juga" Celetuk Rama yang sukses membuat Sendok melayang.
"Wets.. Papa. kok Rama malah dilempar sendok. untung aja gak kena muka, coba kalo kena bisa luntur Ketampanan Rama"
Zidan, selaku Papa dari Rama menggeleng-gelengkan kepala lelah menghadapi putranya yang makin aneh. Dalam diam Zidan memperhatikan Rama yang makan dengan tenangnya, mencoba menelisik apa yang salah dengan putranya itu.
Zidah heran terhadap putranya yang tak pernah terlihat menunjukkan emosinya. Rama tak pernah terlihat benar-benar marah, sedih ataupun banar-benar bahagia. Yang nampak dari pria itu hanyalah sifat cerianya yang mendominasi.
Dalam pemahaman. Sifat Rama sebenarnya hampir mirip dengan sifat Disa namun Rama lebih cenderung tak menunjukkan emosi apapun dan menutupinya dengan sifatnya yang ceria dan konyol sedang Disa cenderung tak menunjukkan ekpresi apapun dan menutupinya dengan wajah datar.
Back to story. Rama keluar rumahnya siap-siap berangkat ke Sekolah barunya setelah berpamitan pada Orang tuanya.
Dia mengeluarkan motor scoopy hitamnya yang sering ia sebut Dinda. Ya kita semua tau Rama aneh.
Dari kejauhan Rama nampak melihat sosok gadis yang kemarin sempat beradu argumen dengan nya di super market. Mareka mendebatkan memilih sayur yang akan dibeli, yang mana akhirnya gadis itulah yang akhirnya mengalah.
Dengan tenang Rama mendekati Disa yang kini siap menggenjot sepedanya.
Tittttt..
Kalkson 'Dinda' barbunyi nyaring membuat Disa kelabakan dan jatuh dari sepedanya. Bukannya membantu Rama malah mentertawakan gadis itu kemudian menarik gasnya meninggalkan Disa yang kini telah mengumpat-ngumpat nyaring.Sepanjang jalan Rama hanya tertawa mengingat ekspresi baru yang ia lihat pada wajah Disa.Ekspresi kaget yang lucu.
Rama memang baru mengenal Disa kemarin saat ada acara syukuran rumah barunya. Disa membantu Mamanya membuat kue bahkan Membuat makanan-makanan yang Rama akui sangat enak.
Namun yang membuat Rama agak kesal. Gadis itu sangat cuek, dan sangar. Tatapan tajamnya membuat Rama takut. Tapi juga memotivasi Rama untuk membuat gadis itu mau berteman dengannya.
15 menit berlalu, Gerbang SMA merah putih terbentang dengan gagah menyambutnya. Terlihat asing memang tapi bukan masalah untuk seorang Rama.
Semua orang memperhatikannya. Tapi bukan malu atau risih seperti ke banyakan orang, Rama malah tampak percaya diri dengan berjalan melewati koridor yang bahkan ia tak tau apa yang ia tuju sebenarnya.
"Ouy" Sebuah suara menguntrupsi jalan Rama. Ia menghentikan langkah dan mendapati seorang pria berkacamata menatapnya dengan alis yang dinaikan sebelah.
"iya kenapa?" Masih dengan tampang sok cool kebanggan Rama, padahal yang ia hadapi sekarang adalah seorang pria. Memang Rama patut mendapatkan Piala penghargaan sebagai mahluk pencitraan nomer 1.
"Lo mau ke Mana? Di situ mentok WC Cewek lho"
Mendengar itu Rama agak gelagapan. Masalahnya ia tidak tau area sekolah barunya ini, Ia hanya berjalan mengikuti insting saja.
Rama menggaruk kepalanya yang tidak gatal, membuat cowok dihadapannya makin bingung .
"Lo murid baru ya?"
Rama mengangguk dengan senyum yang kini mengambang di bibirnya.
"pantes"
Hening. Dan Rama tidak suka keheningan. Dia berdehem sebentar kemudian mengulurkan tangannya ke arah cowok kacamata itu.
"Gue Ramadhan Muhammad Radita. Lo bisa Manggil Gue Rama, Madhan juga boleh. Asal Jangan Radita soalnya itu nama marga apalagi manggil gue sayang. Sorry gue masih normal"
"Gue Arka" Arka menyambut uluran tangan Rama, membalas ocehan panjang Rama hanya dengan senyum canggung. Sebab Baru kali ini Arka bertemu pria dengan mulut secerewet wanita.
"Anterin gue ke Ruang kepala sekolah dong. Gue gak tau arahnya nih"
Arka menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Bukan tidak ingin membantu masalahnya Arka yang notabane nya merupakan ketua PS (Pendisiplin Sekolah)-Sebuah organisasi yang dibentuk untuk mendisiplinkan murid-murid bandel yang mana anggotanya dipilih oleh guru yang memang tidak pernah melakukan pelanggaran sedikitpun, sekali melanggar langsung dikeluarkan dari organisasi- Dan mesti berkeliling dan memastikan tidak ada siswa maupun siswi yang terlambat atau tidak rapi.
"Bukannya gak mau nolong nih Ram. Tapi gue sibuk.Bentar ya" Arka celingak-celinguk seakan mencari seseorang.
"Disa Sini!!!" Mendengar nama Disa disebutkan Rama menoleh ke arah seseorang yang kini berjalan ke arahnya.
"kenapa?" Hampir tak ada intonasi apapun dalam perkataannya membuat Arka gugup seketika. Jika saja ada orang lain disana Arka tidak akan Memanggil Disa karena takut pada tatapannya yang tajam. Walaupun Sekelas baik Arka maupun Disa tak pernah saling berinteraksi selain soal pelajaran.
"Perasaan gue gak telat. Baju gue rapi, Jilbab gue putih, Kaos gue panjang, Dasi gue pake di dalem kata Bu Sri boleh. Gue pake sepatu hitam, Gue gak pake make up apapun cuma pake bedak bayi doang. Lo mau razia gue apa?"
Baik Rama maupun Arka terdiam mendengar kalimat panjang keluar dari mulut gadis itu, namun sayang tak ada intonasi serta ekspresi apapun, semuanya flat.
"enggak, bukan itu. Gue tuh harus patroli pagi. Bisa anterin Rama gak ke ruang kepala sekolah"
Disa menatap Rama dengan tatapan tak terbaca, namun sangat jelas Disa masih kesal dengan Rama.
"Gue gak mau" Kata Disa tegas kemudian meninggalkan Arka yang kini mendecih sebal. Ia merasa sangat kesal sekarang. Bagaimana tidak, ia tau Disa memang seperti itu tapi tidak bisakan ia membantu sekarang.
"Udahlah Ka, Gue nyari sendiri aja. Lo tinggal tunjukin arahnya" Rama menepuk pundak Arka yang nampak frustasi.
"Gak papa nih. Maaf ya Disa emang gitu orangnya."
"Iya gue tau kok"
Arka mengerutkan keningnya, tak paham dengan maksud Rama. Rama juga tak menjelaskan apapun dari maksud omongannya.
"Jadi dimana ruangannya?"
Arka tersadar kemudian mengarahkan Rama menuju ruang kepala sekolah yang ternyata cukup memusingkan Rama sebab banyak beloknya.
Tak ambil pusing Rama mengikuti instruksi Arka, mencoba mendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang baru memang untuk Rama, tapi semuanya butuh pengalaman bukan.
Hahahha Rama emang lebay.
#####
Hay hay hay hay hay
Temu gue lagi. Gimana ceritanya? Udah tertarik? Gak ya? kasih saran dong.. Makaseh😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Fiksi Remaja"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...