35
"Oppa Tasya mau beli es klim banyaaak" Ucap Tasya antusias pada Rama yang kini berada disisi kirinya. Rama tek menggubris ucapan Tasya yang kelewat cerewet itu.
Kini Rama, Tasya dan Disa Tengah berjalan-jalan di taman kompleks. Awalnya hanya Rama dan Tasya, namun tiba-tiba Disa merengek minta ikut entah kenapa.
Merasa diabaikan Rama, Tasya beralih pada Disa yang kini memegangi tangannya sebelan kanan."Eounni mau beli belapa?"
"Hemmm eounni mau beli berapa yaa?" Disa berpikir keras, masalahnya ia sedang tidak diperbolehkan makan es krim karena sedang kena flu.
Melihat Disa yang berpikir keras membuat Rama terkekeh geli. Rama tau Disa ikut pergi bersama mereka bukan untuk membeli es krim, dia hanya bosan dirumah saja.
"Dis"
Disa mengalihkan Perhatiannya lalu menatap Rama.
"Kita lucu ya kek pasangan muda gitu" Ucap Rama ngaco namun sukses membuat pipi Disa terasa panas.
"Muka eounni melah, eounni sakit?" Ucap Tasya khawatir. Mendengar itu Disa langsung terbatuk kemudian mengiyakan Ucapan Tasya.
"Iya Tasya, eounni lagi flu" Ucap Disa tanpa berbohong karna memang dirinya sedang flu, walau merah dipipinya bukan karna itu.
Rama tertawa kencang membuat mereka kini menjadi pusat perhatian orang-orang yang kini bersantai di taman komplek yang memang agak ramai.
Dengan kompak Tasya dan Disa berjalan cepat menuju penjual es krim meninggalkan Rama yang masih terbahak.
"Lucu banget sih" Ucap pemuda itu pelan. Semua orang kembali menatap Rama dengan tatapan aneh sebab. Rama tak ambil pusing berlari mengikuti kedua gadis beda generasi yang kini juga berlari meninggalkan Rama.
Kini Rama sampai mengejar Disa dan Tasya yang sudah memesan es krim. Rama masih agak tertawa namun kemudian langsung di sikut oleh Disa.
"Malu-maluin" Ucap Disa sarkas namun Rama malah memeletkan lidahnya mengejek.
Selesai membeli es krim ketiganya duduk dibangku taman menikmati es krim masing-masing. Karna Flu akhirnya Rama membelikan Disa air mineral saja pengganti es krim untuknya.
"Owh ya Dis gimana perkembangan pengobatan lo?" Tanya Rama kemudian mengigit es krimnya.
"Kata Kak Renia kondisi gue makin membaik, kalo gini terus keknya gue nggak jadi deh berobat ke luar kota"
"Bagus dong"
Disa menatap Rama bingung, sambil menyerngitkan alisnya.
"Jadi gue nggak harus kehilangan tetangga gue" Sambung Rama lagi-lagi membuat pipi Disa memanas.
Rama kembali mengigiti es krimnya, matanya enggan menatap Disa yang kini pipinya merona, entah kenapa gadis itu malah semakin mempesona karnanya.
Ia mencoba mengalihkan matanya, entah menatap sekeliling Taman secara acak namun kemudian matanya melihat sosok familiar yang sangat ia rindukan. Gadis itu juga terlihat kaget kemudian mengundurkan diri berlari.
"Shani" Tanpa sadar ia menyebut nama gadis itu. Rama berdiri tanpa pamit kemudian berlari mengejar sosok yang ia yakini adalah Shani itu.
"Shani" Teriak Rama lagi namun sosok yang ia cari menghilang diantara banyaknya penghuni taman yang baru datang karna memang sedang ada acara di taman ini.
Rama mengacak rambutnya frustasi kemudian seperti orang gila berlari-lari mencari sosok yang ia cintai itu.
Hingga tangannya ditarik kemudian pipinya ditampar kencang barulah Rama agak tersadar. Ia ingin marah namun ketika matanya bertubrukan dengan mata orang yang menamparnya tadi seketika dadanya berdenyut kencang.
"Sadar Ram" Ucap gadis itu pelan dan lirih.
"Gue nggak liat siapa-siapa, Lo lari tanpa arah" Ucap gadis itu lagi Membuat Rama menangis. Iya Rama menangis.
Disa agak kaget melihat reaksi cowok itu, kemudian memajukan dirinya memberikan bahunya, mereka berdua duduk dibangku terdekat. Tasya yang tidak tau apa-apa ikut memeluk abangnya itu.
"Oppa jangan nangis" Ucap gadis itu dengan wajah sendu. matanya kini ikut berkaca-kaca.
"Gue kangen Shani Dis" Ucap Rama lirih juga dengan sesegukan. Rama menyembunyikan wajahnya dilengkukan leher Disa, jilbab yang dipakai gadis itupun telah basah oleh air mata Rama.
'Ternyata lo masih harepin dia Ram' Batin Disa bergemuruh. Cemburu? Baiklah Disa akui kini dia cemburu, sangat cemburu. Ia ingin Rama sadar atas dirinya, ia ingin Rama membalas Cintanya. Tapi Disa tidak ingin egois.
"Ntar gue bakal bantuin lo buat cari Shani Ram" Ucap Disa sungguh-sungguh. Rama mengangkat kepalanya, menatap Disa penuh harap.
"Beneran Dis?" Tanya Rama yang dibalas anggukan oleh Disa.
Tanpa Sadar Rama memeluk Disa, membuat Gadis itu menegak kaku. Ia kemudian melonggarkan pelukan Rama dengan canggung kemudian mengajak Rama dan Tasya untuk pulang.
Sedang dari jauh, seorang gadis melihat mereka dengan tatapan marah. Haruskah ia muncul?.
-----------
"Jadi, Kamu merasa sudah baikan?" Tanya Renia dijawab anggukan oleh Disa. Gadis itu menyunggingkan senyum manisnya membuat Renia percaya jika kini mental Disa bisa dikatakan hampir sembuh total. Bagaimana pun Renia agak kaget dengan kecepatan sembuh Disa yang hanya dalam beberapa bulan.
Yup, awal pertama kali Disa konsul bersama Dilla gadis itu jangankan tersenyum berkedip pun hampir tidak ada dan sekarang Disa bahkan bisa tertawa lepas.
"Kakak senang Disa kamu bisa pulih dengan cepat" Ucap Renia
"Itu semua berkat kakak"
"Berkat kakak atau berkat cowok itu?" Ucap Renia dengan gaya menggoda. Disa merunduk malu, Renia pasti sudah tau perasaanya pada Rama.
"Kakak mah bisa aja" Disa tersenyum kemudian berdiri pamit.
"Pamit ya kak"
"Iya deh yang udah ditungguin cowoknya" Goda Renia lagi, memang hari ini Disa pergi konsul diantar oleh Rama yang mana selalu jadi bahan godaan oleh Renia.
"Apaan sih kak" Renia hanya tersenyum geli ketika melihat pipi Disa yang memerah karena malu.
Renia dan Disa berjalan beriringan keluar ruangan. Disa tidak sabar menyampaikan kondisinya pada Rama.
Tiba diluar Disa tak Mendapati Rama, matanya mencari ke seluruh ruang tunggu dan mendapati Rama berada di ujung koridor sana.
Disa ingin berteriak memanggil namun niatnya urung karena melihat Rama bersama orang lain. Dan orang itu, Shani.
"Loh Rama kenal ya sama Shani? sampe pelukan gitu" Ucap Renia yang juga kaget melihat Rama dan Shani. Mata Disa kini memburam karena air mata, gadis itu berlari meninggalkan klinik Renia tanpa pamit membuat Renia kaget.
Disa berlari tanpa arah matanya kini basah oleh air mata. Dadanya sesak sampai ia kesulitan bernafas. Mengapa bisa sesakit ini? Bukankan Disa sudah ikhlas?
Akhirnya Rama dan Shani bertemu, harusnya Disa ikut bahagia bukan?. Disa dengan senang hati menawarkan diri mencarikan Shani, artinya Disa mendukung Rama dengan Shani.
Gadis itu memejamkan matanya, dadanya sakit sekali. Ia menepuk-nepuk dadanya dengan air mata dan sesegukan yang mulai terdengar.
Tanpa melihat kanan kiri gadis itu menyebrang di Zebra cross yang ia pikir sepi namun entah dari mana sebuah mobil melaju kencang menubruk dirinya. Teriakan panik terdengar dengan suara orang ramai mendekat namun kemudian Disa kehilangan kesadarannya.
-----------
Hay guys mumpung gabut ehehe jadi up deh, semoga kalian suka ya sama part ini mueheheh. Udah may nyambe bagian akhir nuh guys mungkin beberapa part lagi. Makasih yang selalu baca dan vote yaa aku syang kalian huhuhu😍 love you All
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...