22
"Disa beneran gak papa nih nemenin Tasya beli es krim?" Tanya Zia agak sungkan. Tadinya, iya ingin meminta Rama yang menemani Tasya tapi entah kemana putranya tersebut malah menghilang.
"Gak papa Kok Umma, Disa juga gak ada kerjaan. Di rumah juga udah ada Husna sama Juno kok yang nemenin Fia sana Zen jadi aman" Setelah mengatakan itu Disa terkekeh kecil membuat Zia ikut tersenyum. Tapi entah mengapa ada sesuatu yang menurut Zia berubah dari sikap Disa.
Tapi apa?
"Eounni kajja" Teriak Tasya yang kini menarik Disa pelan, gadis kecil itu nampak cantik dengan dress putih selutut dan tas selepang kecil menghias tubuhnya tak lupa ada jepitan rambut berbentuk bungan melati menghias kepalanya.
"Berangkat Ya Umma Assalamualaikum" Teriak Disa yang kini tertarik pasrah.
Melihat kedekatan Disa dan Tasya rasanya membuat Zia terharu lantaran Tasya yang selama ini selalu bertengkar dengan Rama membuat Zia Khawatir akan perkembangan gadis kecil itu, apalagi sikapnya yang tertutup dengan orang baru dan keanehan gadis itu yang sangan menyukain hal-hal berbau korea.
Disa menggenjot sepedanya yang kini membonceng Tasya. Padahal tadinya Disa ingin menaiki sepeda motor saja tetapi atas kemauan Tasya yang ingin dibonceng naik sepeda akhirnya terputuslah mereka kini menaiki sepeda.
"Eounni"
"Hmmm" panggilan Tasya dijawab deheman singkat oleh Disa.
"Eounni, semenjak Oppa dekat sama nenek sihir Oppa makin jarang ada waktu buat Tasya" Lirih gadis yang kini berada diboncengan Disa.
"Tasya mau main lagi sama Oppa, bareng-bareng nonton blackpink."
Disa tak tau harus bereaksi bagaimana, dapat dirasakan Disa, tangan kecil Tasya kini merangkul pinggangnya. Ada isakan kecil yang dapat Disa rasakan.
Disa menghentikan sepedanya kemudian turun dan memeluk Tasya sembari menepuk-nepuk pundak kecilnya dengan pelan.
"Apa Oppa udah gak sayang sama Tasya, Hari ini Oppa udah janji mau nemenin Tasya beli es klim. Oppa juga udah janji Ngajak Tasya jalan-jalan pake sepeda. Huaaaa Tasya benci Oppa"
Tasya kini benar-benar menangis, membuat Disa bingung harus melakukan apa.
"Kok nangis sih, ntar nggak jadi eounni beli in es krim nih" Seketika Tasya menghentikan tangisnya kemudian dengan cepat menarik Disa agar mereka menaiki sepeda.
Melihat itu Disa terkekeh geli, segampang itu ternyata membujuk Tasya.
----
"Rama" Shani langsung memeluk tubuh Rama kala cowok itu baru saja memasuki pekarangan rumahnya.
"Gue takut banget huhuhuhh" Shani kini terisak membuat Rama semakin marah pada mereka yang berani-beraninya membuat Shani menangis seperti ini.
"Gue takut" Rama melepaskan Pelukan mereka kemudian menatap Shani yang kini masih sesegukan.
"Gue disini, stop nangis" Shani menghapus air matanya, namun isakan masih terdengar jelas.
"Gue mau nginep di rumah Affan aja, Ram. Orang tua gue lagi nggak ada, gue takut sendirian" Rama hanya mengangguk-angguk kemudian membiarkan Shani menggandeng lengannya hingga sampai ke sepeda motornya yang terparkir di depan ruma besar Shani.
Shani memeluk tubuh Rama, membuat Rama yang kini memasang helmnya terhenti. Ia merasa ada hangat menjalar dihatinya tapi bersamaan dengan rasa yang mengganjal yag sulit Rama definisikan.
"Makasih ya Ram. Gue gak tau lagi harus ngadu ke siapa" Rama hanya menjawab dengan anggukan kemudian melajukan sepeda motornya menuju kedai es krim tempat Affan bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Fiksi Remaja"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...