26. Ambyar

176 15 17
                                    

26

Disa kini uring-uringan, masih kepikiran soal yang tadi siang saat ia mengungkapkan perasaannya pada Rama. Astaga Disa tidak habis pikir ia bisa keceplosan seperti itu. Bagaimana nanti ia akan berhadapan dengan Rama?

"Huaaaaaa Mama, Gue bego bener sih" Umpat Disa pada dirinya sendiri.

Dilla agak bingung mendengar suara adiknya yang kadang berteriak kadang bergumam tak jelas di kamarnya. Dilla yang baru pulang kerja menghampiri kamar adiknya, ia takut Disa kerasukan atau semacamnya.

Dengan panik Dilla mengetuk pintu kamar Disa. "Dek, buka pintunya"

Mendengar suara Kakaknya, Disa agak gelagapan karena kaget. "Masuk aja kak Nggak dikunci"

Dilla masuk ke kamar Disa melihat Adiknya itu tengah berbaring dengan kaki yang terangkat.

"Ngapain sih Dis?"

"Lagi peregangan" Jawab Disa asal membuat Dilla agak mengerutkan alisnya.

"Lagi kesel dek?"

Disa menghembuskan napasnya kasar, kemudian menjatuhkan kakinya.

"Huaaaaa Kakaaaaaaak"

Disa menelungkupkan wajahnya sembari Berteriak-teriak.

"Kamu kenapa dek?" Disa tak menghiraukan kakaknya lagi, pokoknya ia sangat malu sekarang.

"Hallo Ren, Lo free nggak? Ke rumah gue cepetan. Gue butuh bantuan lo, adek gue gila"

Disa mengangkat wajahnya mendapati Dilla tengah menelpon seseorang. Sembarangan banget kakaknya bilang dia gila. Ah, benar saja sekarang Disa gila karna Rama.

Setelah Dilla selesai menelpon, Disa Menatap Dilla dengan tatapan Sinis membuat Dilla gelabakan.

"Astagfirullah Disa, kenapa sih? kakak merinding ini"

Disa masih diam, membuat bulu kuduk Dilla benar-benar meremang.

"Ya Allah, karasukan apa adek hamba ini"

"Ihhh, kak Dilla" Disa melempar bantal gulingnya ke Arah Dilla membuat kakaknya itu sedikit terkesiap mundur.

"Kamu kenapa sih dek, PMS ya?"

Disa tak menyahut ia hanya menunduk. Ia malu bercerita pada kakaknya itu apa yang terjadi padanya. Bisa-bisa ia diledek habis-habisan.

"Oh ya Dek, tadi kakak nelpon temen kakak. Dia psikolog, kamu periksa ya"

"Ihhh kak Dilla, emang aku gila apa"

Dilla hanya terkekeh geli kemudian memeletkan lidahnya sembari berlari keluar kamar setelah melihat adiknya nampak murka dan siap menimpuknya kembali dengan bantal.

Disa benar-benar kesal dengan kakaknya, masa ia disuruh periksa ke psikolog sih. Emang ya kakak perempuan itu ngeselin banget*(Curhat author).

Disa kembali merebahkan tubuhnya, ia meraih handphone nya yang sedari tadi bergetar.

Rama

Disaaaaaa
woyyyy
Disayang manis tapi ngeselin
uhuuuyyy
cieee yang tadi bilang suka ke gue uhuuyy
sekarang lo ngakuin ke gantengan gue kan
uhuy
Dis
Dis
nggak dibales nih chat calon imam
hahahhaha
Disss
woyy
Astaga diread doang
Cieee malu ya lo malu
Tenang Dis gue udah berapa kali sih ditembak cewek
Lo fans gue yang ke Seribu sekarang
huuuuuuuu aseekk
Disaaa
woyy
gue ngomong sendiri elah

Bacot Ram

Ciee ngebales uhuyy tersungkan aing
Yahh Diread doang
hemmmmmmm
tuhh kan lo kemakan omongan sendiri
makanya dulu jangan benci banget sama gue sekarang kan jadi cinta banget
Disaaaa
woyy
elahhh

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang