30. Just a dream?

119 17 10
                                    

30

Disa membuka matanya kini ia terbaring di kasur kamarnya, gadis itu langsung bangkit dan memeriksa tubuhnya. Tak ada luka apapun.

'Ah cuma mimpi' batinnya. Gadis itu tersenyum kemudian keluar kamar mencoba mencari sang kakak. Namun tidak Dilla tidak ia temukan di manapun.

Disa merasa ada yang aneh Dari rumahnya. Namun ia tak mau ambil pusing melangkah menuju rumah di sampingnya. Namun rumah itu malah nampak suram seperti tak berpenghuni.

Disa mencoba membunyikan bel di rumah itu namun tidak ada yang menyahut atau membuka kan pintu.

"Neng ngapain di situ?" tanya seorang kakek-kakek yang tidak Disa kenali.

"Pemilik rumah ini pada ke mana ya kek, dari tadi saya coba panggil-panggil nggak ada yang nyahut"

Kakek itu memandang Disa aneh. Kemudian mendekat.

"Rumah itu udah sepuluh tahun kosong neng"

Deg. Disa kaget, mana mungkin rumah itu kosong bukannya sudah hampir setahun keluarga Radita meninggali rumah itu.

Masih dalam tanya, Disa kembali ke rumahnya. Kemudian menangis dalam diam di kamarnya.

seenarnya apa yang terjadi pada dirinya? Apa maksudnya Rama dan keluarganya hanya ada dalam mimpi saja?. Disa sunggung bingung sekali.

Handphone Disa yang kini berada di atas meja berbunyi tanda sebuah chat masuk.

Kak Dilla

Dis bulan ini kakak nggak bisa pulang lagi. kakak usaha kan bulan depan pulang. Uang udah kakak transfer.

Hanya itu chat dari kakaknya. Apa ini?.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, Disa baru saja akan berangkat sekolah. Ia sama sekali tidak memiliki gairah hidup.

Mengapa mimpinya begitu nyata?

Sesampai di ruang kelas, Disa duduk di kursinya seperti biasa menadang murid kelas yang satu persatu berdatangan.

Sampai Husna datang bersama Juno kemudian hendak duduk di kursinya yang langsung membuat Disa berdiri dengan senyum ke arah Husna.

Semua murid kelas menatap tak percaya apa yang baru saja mereka lihat. Bisik-bisik kembali terdengar.

'Disa kenapa woi serem banget'

'Parah ih masa langsunh senyum gitu ke Husna'

'Apa sasaran dia berikutnya itu Husna'

Banyak lagi bisikan-bisikan yang kini tak Disa hiraukan.

"Na, Gue minta maaf" Husna agak menyergit mendengar permintaan maaf Disa yang mendadak.

"Buat apa Dis? Kita selama ini nggak pernah ngobrol dan tiba-tiba lo minta maaf"

Disa agak tersentak kemudian ia menatap Juno yang sama memandang Disa dengan pandangan aneh. Kini Disa melirik ke arah Arka yang kini tertawa tak perduli bersama Tobi dan Aris yang kini memakan apel cuek.

Apa teman-temannya juga melupakan nya? Jadi yang ia alami selama ini hanya mimpi?.

Jadi selama ini Disa tetap sendirian?. Selama ini tidak ada yang berubah dalam hidupnya?.
Mengapa semuanya jadi serumit ini?.

Disa benar-benar tidak mengerti.

Disa kemudian berlari ke arah kelas XI C mencari Shani namun bahkan dalam daftar absen gadis itu tidak ada.

Di sekolah ini tidak ada Geng Demon. Tidak ada Fia, Zen Bahkan Affan.

Apa semua itu hanyalah ilusi? apa yang ia alami hanyalah mimpi?. Sekarang Disa malah merasa menyesal pernah mengatakan ingin semuanya hanyalah mimpi. Ia ingin semuanya nyata, walau ia harus merasakan sakit.

Disa tidak ingin sendirian lagi. Disa inginkan Rama, ia ingin sosok Rama hadir di hidupnya. Walau dengan adanya Rama harus tercipta pula Shani, orang yang menghancurkan hidupnya maupun geng Demon yang menyiksanya.

Disa siap menghadapi semuanya asal ada Rama kembali. Disa tidak ingin semuanya menjadi Mimpi.

Disa menangis di lorong kelas sendirian, semuanya kini terasa asing walau dulu ia pernah terasing.

Disa benci mimpi, Disa tidak suka tidur. Disa membenci es krim. Disa membenci bersepeda. Disa tidak suka K-pop. Disa benci membuat kue. Disa membenci lawakan. Disa membenci semua hal yang berhubungan dengan Rama dan membuat Disa mengingat cowok itu.

Hidup Disa benar-benar hancur. Ia tidak sekolah, Ia berhenti masak dan sering makan makanan cepat saji. Ia tidak melakukan apapun. Hingga beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya, jika saja ia tidak langsung teringat kakaknya.

Namun, kembali ia terniat untuk mengakhiri hidupnya. selama ini ia telah menjadi beban untuk Dilla. Mati sepertinya lebih baik untunya sekarang.

Disa berjalan gontai menuju meja belajarnya kemudia membuka laci dan mendapati obat tidur miliknya. Gadis itu menumpah semua isinya dan meminum semuanya, hingga ia ambruk dan kejang-kejang. Sebuah bulir air mata jatuh kemudian kesadarannya memudar.

-------
Mata Disa kembali terbuka, namun Disa sedikit tersentak sebab kini ia tiba-tiba berada di kantin sekolah . Tidak ada yang terjadi apa-apa pada Disa.

Gadis itu kebingungan, harusnya ia mati bukan? Apa ia kembali bermimpi?.

Disa kemudian mengamati sekelilingnya, banyak pasang mata memandangnya dengan tatapan merendahkan maupun tatapan jijik terhadap dirinya.

Biasanya Disa hanya memasang wajah datar dan bodoamat tapi sekarang ia tidak dapat menahan emosinya. Sejujurnya, gadis itu takut. Disa tidak sekuat itu. Ia ingin menghilang saja, sebenarnya apa kesalahnnya Disa hingga dibenci oleh semua orang begini?.

Bukankan Kasus Rena kemarin bukan salah Disa. Ingin Disa teriakan sekarang juga kalau bukan dia yang salah. Namun yang keluar dari mulutnya hanyalah isakan dan tangisan.

Kemudian dari jauh terdengar tawa yang Disa sangat kenali. Suara Rama. Apa? cowok itu kembali. Dan ini bukan mimpi kan? Atau dia sedang berhalusinasi?.

Rama kini tengah berjalan bersama teman-temannya yang lain yaitu Arka, Aris, Husna, Juno, Affan, Fia, Zen bahkan ada Shani di Sana.

Kemudian tertangkap oleh retina Disa, dimana Rama menarik kursi untuk shani kemudian di sambut sorakan menggoda dari teman-temannya yang lain.

Disa ingin bangkit menghampiri mereka namun tak bisa. Seakan tungkai kakinya tak dapat menyangga beban tubuhnya lagi.

Geng demon mendekat ke arah meja Disa.
Suara Daniel berbisik ditelinga Disa.

"Lo itu nggak dibutuhin lagi Disa. See, tidak satupun dari mereka ingat akan diri lo. Lo itu cuma parasit yang hadir diantara mereka. Bahkan Rama nggak butuh lo lagi"

Disa terdiam. Merasa dihempaskan oleh kenyataan pahit. Disa lelah dengan semua Drama ini. Disa ingin pulang atau pergi ke manapun tempat di mana dia bisa lebih dihargai. Dunia ini terlalu kejam Untuk Disa.

"Niel apa gue salah kalo gue jadi parasit? Apa salahnya kalo gue jadi benalu? Selama ini gue sendirian, nahan rasa sakit karna kesepian, apa salah kalo gue jadi parasit untuk bertahan hidup? apa salah gue menumpang dan mengambil sedikit rasa yang orang lain sebut kebahagiaaan?-"

"-Gue juga pengen bahagia. Sesederhana itu kok. Tapi kalo orang lain malah nganggep gue parasit karena itu oke Fine gue bisa basmi diri gue sendiri"

Gadis itu meraih pisau yang ada di atas meja kantin yang biasanya digunakan untuk makan. Kemudian mencoba memotong nadinya sendiri. Darah mengalir ditangan Disa membuat gadis itu melemas dan terjatuh dari kursi.

Bukannya menolong orang-orang malah terlihat bersyukur, begitupun Rama dan teman-temannya yang sama sekali tidak perduli.

-------------
Huhay guys I'm back dan up lebih cepat sesuai rekwes klean Heheheh😂BTW aku yakin 100% kalian akan bingung baca part ini tapi percayalah suatu hari nanti kalian akan mengerti seiring berjalannya waktu hehehehe🤣 Niatnya mau end sampe sini aja, Disanya mati bunuh diri dah yeayyyy tapi aku yakin bakal dihujat kalian hahahahha🤣Akhirnya aku mmemutuskan untuk menamatkan cerita ini dengan baik dan benas sesuai protokol kesehatan hati😅😅Jadi siap-siap nunggu part selanjutnya yang makin gaje ya guys maacih😍
Jangan lupa vote dan komen ya guys
Karna vote itu gratis dan komen itu menyenangkan😘
Happy great day and bubay💗

BTW maaf mulmednya ngegas🤣

Nextdoor Enemy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang