Let The Words Fall Out (1)

86K 7.7K 815
                                    

Pada nunggu dijemput pacar, kan? Kuy baca cerita ini dulu biar nge-date nya makin asyik.

Hope you like this.

Enjoy
*
*
*

RAIHAN

"Bang, udah pake parfum yang Mama beli, kan?"

"Udah, Ma."

"Itu lengan kemejanya digulung sampai siku aja, Bang. Cewek demen tuh yang begituan."

"Oke, Ma."

"Entar kalau diajak ngobrol sama Syifa, jangan diem aja. Ngerti?"

Kepalaku langsung berbalik ke arah Mama yang sedang senyum-senyum nggak jelas sambil mengedipkan sebelah mata.

"Ayo berangkat. Mama udah kangen nih sama calon mantu yang baru balik dari Perth," perintah Mama dan aku cuma bisa melaksanakan perintah ibunda ratu jika tak ingin diomeli lebih lanjut.

Di minggu siang yang cerah ini, aku mendapat mandat dari Papa untuk menjadi supir sang ibunda ke rumah teman lama Mama, Tante Renata. Papa sedang berada di luar kota sementara ketiga adikku nggak mau ikut karena sudah punya jadwal masing-masing.

Sejujurnya, aku malas banget kalau harus menemani Mama menemui teman-teman lamanya. Bukan apa-apa, aku bukan anak kecil lagi-sudah 21 tahun, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran.

Paling yang bisa aku lakukan di sana Cuma duduk, makan, dengerin Mama dan sahabat Mama bergosip, main hp, lalu pulang. Sangat membosankan.

Tapi kali ini sepertinya aku nggak akan mati kebosanan. Ada cewek cantik dan pintar yang walaupun nggak bisa aku ajak ngobrol lebih leluasa-ini salah Papa yang menurunkan sifat kaku berhadapan dengan lawan jenis padakua-tapi bisa aku pandangin sampai puas.

"Sekarang senyum-senyum, pasti lagi bayangin calon istrinya, kan?" goda Mama sambil mencubit pipi kiriku.

Aku merengut malu. "Apaan sih calon istri-calon istri segala. Mama ada-ada aja."

"Nggak usah malu-malu. Mama nggak salah pilih, kan?"

"I'm still twenty one. Masih harus lulus kuliah, co-ass, internship, ambil spesialis, banyak lagi."

Aku melirik ke arah Mama yang sudah memutar kedua bola mata. Senyumku mengembang. Mama lucu banget.

"Pusing deh punya anak kloningan suami. Serius bener. Bang, dengerin Mama, ya. Cewek itu suka sama cowok humoris. Bukan yang kaku kayak kanebo kering," lagi, Mama memberi nasehat.

"Tapi Mama suka sama Papa. Papa kan kaku kayak kanebo kering," balasku. "Well, you say the term thousand times. Kami ngikutin apa yang Mama bilang aja, kok."

Detik aku menyelesaikan kalimat itu, aku menyesal seumur hidup. Kenapa? Karena perjalanan selama hampir satu jam yang mesti kami tempuh harus diisi dengan omelan-omelan dan nasehat dari Mama.

Ah. Dia lupa pesan Papa.

Kalau mama kamu lagi bicara, cukup dengarin, Bang. Nggak usah disahutin apalagi dibantah. Kasihan kesehatan telinga kamu.

***

SYIFA

Rumahku kali ini terlihat lebih ramai daripada biasanya. Banyak makanan enak yang bikin perut keroncongan, minuman-minuman manis dan segar, kue-kue cantik, dan orang-orang yang sangat aku rindukan setelah setahun lebih tidak pulang ke kampung halaman.

Ada Eyang Kakung dan Eyang Putri, Oma dan Opa, Budhe Oliv dan Pakdhe Ben, Tante Ajeng dan Om Gandi, Tante Kadek, dan anak-anak mereka. Kangen banget.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang