Pasang Surut (8)-TAMAT

28.3K 4.3K 447
                                    

Hola everyone.
Ini chapter terakhir, ya.
No more extra parts or whatever you name it.
Maaf.
Semoga suka.

Enjoy
*
*
*

Cokelat panas yang dipesan Kadek mungkin sudah berubah dingin. Sejak tadi dia tidak menyentuh minuman tersebut. Cuma menangkup cangkir dengan kedua tangan untuk menyalurkan rasa takut dan gelisah.

Bima yang duduk di depannya pun masih mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan permohonan maaf. Dia memilih menyantap pancake dan kopi terlebih dahulu. Namun dia tahu dia tidak boleh menunda-nunda. Karena di ujung sebelah kiri kafe tempat dia dan Kadek bertemu, Bara sudah menatap mereka berdua dengan tatapan membunuh.

Bukan bermaksud berlebihan, tapi memang tatapan Bara terlalu mengerikan.

"I'm deeply sorry," Bima membuka suara.

Kadek perlahan menegakkan kepala dan menatap kedua mata Bima takut-takut.

"Saya tahu ini semua nggak akan berakhir baik. Untuk siapa pun," ungkap Bima sejujur-jujurnya. "My current situation, seorang duda yang ditinggal selingkuh dan punya putra yang masih kecil, membuat saya rindu akan keutuhan sebuah keluarga. Begonya, saya malah sempat terbawa perasaan karena kehadiran kamu, mahasiswi sekaligus pacar dari adik sepupu saya."

Jantung Kadek berdebar-debar semakin keras.

"Mungkin kamu sudah dengar dari Bara alasannya. Saya nggak perlu menjelaskannya lagi. The point is, saya minta maaf atas ketidaknyamanan dan takut yang kamu rasakan," ucap Bima tegas. "Saya bisa pastikan tesis kamu nggak akan terganggu karena masalah ini. Saya juga nggak akan mengulang kebodohan saya seperti di pernikahan Gendis. Kamu bisa pegang janji itu."

Bima menarik nafas lalu membuangnya. Rasa bersalah di dalam hatinya masih belum hilang. Dia semakin tidak tega melihat Kadek yang belum berani bersuara sejak tadi.

"Kalau kamu berpikir keluarga saya akan memandang kamu jelek, jawabannya nggak sama sekali. Mereka semua menyalahkan saya. I knew it. Mereka tetap suka kamu. Selalu. They can't wait to welcome you as a part of our family."

Kepala Kadek mengangguk-angguk. Dia juga tidak tahu mau berkata apa.

"It'll take time to get back to where we used to be. I do understand it. Sorry for dragging you to my mess. You're innocent and just being the usual you. Domestic, humble, and kind," Bima tersenyum saat mengatakannya. "Bara benar-benar beruntung. Thousand times it comes to my mind, million ones I agree with that. Kadek, say something. Please."

"Ya. Saya...saya maafin, Mas," Kadek akhirnya bersuara. "Maaf juga kalau saya akan sedikit awkward terhadap Mas. Semoga ke depannya kita bisa kembali kayak biasa. Saya mahasiswi Mas, sementara Mas Bima supervisor saya."

"Thanks for your big heart," Bima menatap Kadek intens tepat di kedua bola mata. "Saya nggak akan mengulangi kesalahan itu lagi. I promise you."

"Sama-sama," Kadek mulai tersenyum. "Maaf juga bikin hubungan Mas dan Bara jadi...ya...kurang...harmonis. Saya bingung juga mau bilang apa."

Bima tersenyum kecil. Dia mengibaskan tangannya. "No apology needed. Saya yang salah. Saya dan Bara baik-baik saja. Saya sudah dapat pukulan yang paling painful selama hampir empat puluh tahun saya hidup. Ternyata kalau marah adik saya bisa seseram itu."

Kadek ikut tersenyum. Kalau membayangkannya jadi lucu. Tapi waktu di TKP sih super duper nyeremin.

"In case you wanna know, Bara nggak pernah mukulin orang lain. Kemarin adalah pertama kalinya. He's so into you. Sampai nonjok mas-nya sendiri, di pernikahan adiknya. Untung tamu-tamu udah pada pulang."

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang