Let The Words Fall Out (8) -TAMAT-

51.9K 7.6K 1K
                                    

Last chapter. Semoga kalian suka. Please leave votes and comments here untuk short story pertama di project Mission : Discovering Love ini.

Enjoy
*
*
*

SYIFA

Penerbangan kali ini terasa berbeda, terutama dibandingkan dengan saat aku pertama kali berangkat ke Perth untuk kuliah.

I was so excited and couldn't wait to be there, enrolled as a business student. Aku nggak sabar untuk menikmati hidup jauh dari orang tua, di tempat dengan budaya dan gaya hidup yang berbeda.

Sekarang lain cerita. I feel like I'm bringing a new thing in me, which I never found in Perth before.

See? Aku sekarang senyum-senyum nggak jelas. Pramugari yang melewatiku sampai ikut tersenyum. Mungkin dia mengira aku enjoy banget di penerbangan kali ini.

Whatever.

Aku mengunyah kastengel buatan Tante Iin yang diantar Raihan ke rumah sehari sebelum keberangkatanku ke Perth. Enak banget.

Waktu itu juga adalah hari terakhir aku ketemu Raihan karena aku nggak ngizinin dia buat ikut ngantar aku ke airport.

Rangga-Cinta banget dong kesannya. Aku nggak suka. Ah. Atau mungkin akunya aja yang nggak sanggup—

No. No. No. Kenapa aku jadi lebay gini?

Kutepuk-tepuk kedua pipi begitu ingatan tentang Raihan yang datang ke rumahku dengan setoples kastengel muncul di kepala.

"Ehm...thank you udah mau aku ajakin jalan beberapa kali selama di Jakarta," ucap Raihan.

Kami duduk di ruang tamu rumahku. Mama Papa belum pulang dari kampus. Bibi yang melihat Raihan datang tersenyum penuh arti sebelum kemudian meletakkan dua gelas jus jeruk untuk kami.

"Sama-sama," aku tertunduk malu.

Bego. Kenapa aku jadi sok fluffy gini?

"Beneran nggak boleh ikut nganterin kamu ke airport?"

Aku menggeleng. "Kamu kan kuliah. Udah ada Mama Papa juga."

"Tapi, Syif—"

"Nggak perlu, Raihan. Masa cuma karena nganterin aku ke airport kamu jadi bolos?"

Raihan nggak mendebat aku lagi.

"Kamu...belum jawab pertanyaanku," ucapnya lagi.

"Which question?" tanyaku sengaja menggodanya.

Raihan merengut sesaat. Cute banget. Tapi setelah itu wajahnya balik poker face lagi.

"Our relationship."

Wajahku memerah. Sialan. To the point banget.

"Penting, ya?"

"Banget. Mungkin bakal kedengeran lebay, tapi aku rasa aku bakal senang banget kalau kamu mau jadi pacar aku. Even though I know that you feel it too."

"A label?" tanyaku tak percaya. Kukira cewek doang yang butuh itu.

Raihan mengangguk semangat. "Aku nggak tahu kenapa, dan nggak ngerti juga kenapa. But I just need we have to put a label on it. Mungkin ini yang dirasain semua cowok yang lagi suka sama cewek. Atapun sebaliknya."

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang