Since Day One (3)

23.1K 3.4K 204
                                    

Hai hai hai. Welcome back to Oliv&Ben's story. Semoga suka.

Enjoy
*
*
*

"Jalanan Jakarta emang selalu ngasih orang-orang peluang buat ngobrol lebih lama di dalam mobil, ya," ucap Ben waktu mereka terjebak macet sepulangnya dari acara bridal shower teman SMA Ben.

"Kota ini sumpek, tapi aku suka tinggal di sini. Jakarta is my comfort zone," balas Oliv lalu meneguk air mineral dari tumbler.

Ben mengangguk-anggukkan kepalanya. Yang dia tahu, Oliv memang lahir dan besar di Jakarta. Berbeda dengan teman-temannya yang lain yang pernah tinggal, kuliah, atau bekerja bahkan di luar kota dan luar negeri.

"Tapi tinggal di luar kota atau luar negeri seru juga, Liv. You should try it," tambah Ben.

"Buktinya kamu malah pulang ke Jakarta," kata Oliv.

Ben menyengir. "Ya beberapa tahun aja. Nggak selamanya juga dong."

"Bener juga," Oliv ikutan tersenyum kecil.

Duh. Lesung pipinya, ucap Ben gemas di dalam hati.

Oliv memilih mengunci mulut. Memang kalau sudah sama cewek imut ini, Ben harus selalu mencari topik obrolan.

"Kalian berlima masih akrab aja, ya. Aku amazed banget sama pertemanan kalian," Ben membuka topik seputar Pandawa Lima. "Pernah berantem nggak sih?"

"Kalau berantem gede nggak pernah. Paling beda pendapat aja. Lagian ada Kadek yang selalu jadi penengah."

"Kadek emang dewasa banget sih. Cocok lah sama pacarnya yang gesrek itu."

Ben mengenal pacar baru Kadek yang bernama Bara. Anaknya asik sih. Sepertinya dia dan Bara satu frekuensi.

"Di antara kami berlima, Kadek juga yang paling banyak dideketin cowok loh. Dari jaman SMA," lanjut Oliv.

Seingat Oliv saja waktu SMA bahkan ada tiga teman sekelas mereka yang nembak Kadek di waktu yang hampir bersamaan. Belum lagi anak kelas lain dan kakak kelas mereka.

Bahkan seingat Oliv, dulu waktu SMA ada salah satu guru mereka yang sering caper ke Kadek. Guru Bahasa Inggris kayaknya.

"Oh ya? Renata nggak pernah cerita," Ben membuka botol berisi air mineral lalu meneguknya.

Oliv mengangguk semangat. "Kadek kan emang lovable, Ben. Cantiknya Indonesia banget . Anggun. Dewasa. Tipe cowok-cowok Indonesia pada umumnya. Kalau aku jadi cowok, kayaknya aku juga bakal suka sama cewek kayak Kadek."

"Tiap cowok punya selera masing-masing, Liv."

"Iya sih."

"Kalau yang paling sedikit dideketin cowok pasti Renata, kan? Mukanya jutek gitu," ucap Ben sambil terkekeh geli.

Harus diakui, adiknya memang punya wajah super cantik namun kejam yang membuat banyak orang memilih menghindar saja.

"Nggak banyak tapi nggak sedikit juga. Cuma Renata kan emang picky banget soal cowok. Eh lebih picky Ajeng ding."

Ben tertawa. "Ajeng emang luar biasa. Aku penasaran entar cowok kayak apa yang bakal bisa bikin dia bertekuk lutut."

"Sama banget! Aku juga kepo soalnya Ajeng tuh kalau dideketin suka langsung kasih restriction gitu. Mungkin karena belum ketemu yang cocok. Padahal pengin banget liat Ajeng kasmaran. Pasti lucu deh."

Ben berdeham. Dia melirik Oliv lalu memasang senyum manis. "Kalau kamu? Yang deketin banyak nggak?"

Oliv mengedip-ngedipkan matanya. Tiba-tiba dia diserang gugup. Oliv memperbaiki ikatan rambut untuk mengurangi rasa nervous.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang