Since Day One (5)

22.5K 2.8K 224
                                    

Hai everyone
How's your weekend?
Semoga update kali ini bisa bikin kalian semua happy :)
Enjoy
*
*
*


"Jadi lo diterima dengan tangan terbuka nih?" Ajeng membuka percakapan.

Saat ini Oliv dan keempat sahabatnya berkumpul di rumah Iin. Mereka ingin mendengar cerita Renata yang baru saja pulang dari Semarang, ke rumah orang-tua Kahfi.

Sambil tersenyum angkuh khas Renata, dia menjawab, "definitely. Renata gitu loh. Siapa yang tahan sama pesona gue."

Ajeng menjitak kepala Renata pelan. "Sombong banget nih si menara sutet."

Mereka tertawa lepas.

"Renata keren deh. Dilamar secara pribadi udah, dibawa ke rumah orang-tua Kahfi juga udah, tinggal lamaran yang resminya aja terus nikah deh. Gue seneng banget. Congrats, Ren," Oliv memeluk tubuh Renata.

Siapa yang menyangka kisah cinta yang terbilang cukup singkat antara Renata dan Kahfi-yang juga diselingi dengan intrik-intrik yang menguras emosi-berbuah manis. Kalau mengingat seringnya mereka berdua bertengkar, rasanya aneh hanya dalam waktu singkat Kahfi langsung melamar Renata.

Tapi ya namanya jodoh kan nggak ada yang tahu kapan dan siapa. 

"Thank you, Liv," Renata tersenyum kecil lalu melirik cincin yang melingkar di jari manisnya. "Rencananya awal tahun depan keluarga besar Kahfi bakal ngelamar gue."

"Enak ya bisa ketemu sama cowok yang kita suka dan suka sama kita. Lah gue boro-boro. Sampai kudu dijodohin. Sama sepupu jauh lagi. Gue ngenes banget nggak sih?" Iin mengerucutkan bibirnya.

"Ngenes dari mana? Kali aja sepupu jauh lo ini oke. Jangan langsung negative thinking, Indira Gani Siregar," tegur Kadek. 

"Betul. Lagian lo dikasih deadline sama bokap nyokap lo buat bawa pasangan ke Tangerang eh bukannya nyari malah sibuk ngeluh mulu. Usaha dong, Neng," ujar Ajeng straight to the point.

Iin langsung mencubit punggung tangan kiri Ajeng. "Jahat banget sih lo jadi sohib," Iin lalu menoleh pada Oliv. "Liv, lo sama Bang Ben gimana? Kalau nggak ada progres, gue bawa Bang Ben ke Tangerang, ya. Pasti bokap gue langsung kasih approve deh. "

"Dasar gila," Renata berdecak. 

Ditanya seperti itu, Oliv malah kicep. Dia cuma tersenyum tipis sebagai jawaban.

"Eh, apa tuh arti senyumnya? Abang gue jahatin elo? PHP-in atau gimana nih? Kalau iya biar gue labrak tuh," sambung Renata langsung.

Kepala Oliv menggeleng.  "Nggak kok, Ren. Abang lo baik."

"Bang Ben kan emang baik. Sama kita yang temen-temennya Renata aja baik, apalagi sama cewek yang lagi deket sama dia," sahut Kadek sambil tersenyum menggoda.

Iin dan Ajeng suit-suitan. Oliv menutup wajahnya menahan malu.

"Yaelah si bocah malah shy shy cat. Udah ditembak belum?" tanya Iin kepo.

Kepala Oliv kembali menggeleng.

"Ouch. Pantesan Oliv auranya suram. Berarti Bang Ben PHP-in Oliv nih. Ren, gimana sih abang lo? Jangan gitu dong," tegur Ajeng pada Renata.

"Yaelah si jomblo sejak lahir sotoy banget soal percintaan orang lain. Belum ditembak itu nggak berarti PHP. Mungkin Bang Ben lagi nunggu momen yang tepat. Makanya lo pacaran gih. Jangan ngedit novel mulu," Iin menjulurkan lidahnya pada Ajeng. 

"Waduh. Gue nggak ikut-ikutan," Kadek mengangkat kedua tangan.

Renata memilih bungkam. Dia malas meladeni peperangan Iin dan Ajeng. Sudah bukan hal besar lagi. Biarin aja. Entar juga dingin sendiri. Dibiarkannya Iin dan Ajeng yang kini sudah berpindah posisi ke atas tempat tidur dan mulai bergulat.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang