Let The Words Fall Out (7)

40.4K 6.8K 710
                                    

Hola everyone. Masih setia nungguin cerita ini, kan?

Enjoy
*
*
*

RAIHAN

Entah siapa yang berlebihan sekarang. Mama yang sibuk banget di dapur sejak subuh padahal tamu yang akan datang cuma satu orang, atau jantungku yang detaknya sudah nggak keruan menunggu kedatangan Syifa di rumah.

Adik-adikku yang luar biasa jahil mulai dari kemarin nggak berhenti ngeledekin abangnya. Benar-benar adik durhaka.

Cuma Papa yang nggak terpengaruh sama keributan di rumah. Dia melakukan rutinitas di hari Sabtu. Sholat subuh di masjid, olahraga pagi, nyapu halaman rumah dan nyiram bunga, sarapan, memberi makan ikan-ikannya, ngeteh sambil baca koran, lalu ke dapur untuk ngambil makanan apa pun yang bisa dikunyah.

"Gue kira rumah kita kedatangan Billie Eilish sampe Mama maksa banget nyuruh gue dan Husain buat balik dari Bandung," ucap Hasan dengan wajah mengejeknya.

Husain tertawa. "Mama nggak tahu Billie Eilish. Dia tahunya cuma inces Syahrini. Ya nggak, Dek?" Husain mengerling ke Farhan.

Mereka bertiga tertawa keras. Sialan.

"Tapi Bang Raihan keren loh bisa deketin Kak Syifa," Farhan menepuk bahuku. Aku menghindar. "I'm a proud brother."

"Itu semua karena dia nurutin saran-saran cinta dari gue. Ya nggak, Bang?" Hasan menaik-naikkan alisnya.

Terserah.

"Fasenya cinta monyet, terus cinta pertama, terus berdoa deh semoga bisa jadi cinta sejati," tambah Husain lalu mereka bertiga tergelak lagi.

Tuhan. Begini banget punya tiga adik yang sifatnya sejenis.

"Bang, Syifa nya udah ditembak belum?" tanya Hasan.

"Bukan urusan lo," balasku agak kesal.

"Itu artinya udah. Cuma belum dijawab," ucap Hasan bikin aku terkejut.

Kok dia tahu?

"Iya, sih. Kalau udah dijawab iya, pasti mereka sekarang sibuk telfonan. Kalau udah dijawab nggak, pasti acara makan siang hari ini nggak akan ada," sambung Husain.

"Sotoy lo berdua. Dasar kembar," aku mencibir. "Mendingan bantuin Mama tuh motongin semangka di dapur."

"Ogah. Yang mau dateng kan pujaan hati lo. Bukan Elle Fanning atau Sophie Turner," balas Hasan.

"Lagian kalau ikutan ke dapur, yang ada gue mesti ke THT karena keseringan denger Mama ngomel," Husain menyalakan televisi kemudian.

Farhan mendekat ke arahku, lalu menepuk pahaku singkat. "Santai aja, Bang. Kak Syifa keren gitu. Nggak akan gugup cuma karena makan siang di rumah calon pacarnya."

Double H cekikikan. Astaghfirullah.

"Eh tapi kalau kalian pacaran, harus LDR dong, ya? Kan kuliahnya belum kelar. Malah jauh lagi. Lintas benua, cuy," ucap Hasan.

Husain mengangguk. "Mama semalem bilang, katanya Syifa mau langsung lanjut S2 di sana. Waduh, makin berat."

Benar juga.

"Mungkin...ini cuma pendapat gue. Dia ragu nerima lo ya karena itu, Bang," lanjut Hasan.

"Dan juga takut ngeganggu konsentrasi kuliah kalian masing-masing? Dia kan anaknya visionary banget. Ya nggak sih?" sambung Husain.

Farhan mengangkat bahu. Aku jadi kepikiran.

"Lagian lo sanggup LDR bertahun-tahun, Bang? Ya bisa lah ketemu setahun atau dua tahun sekali," lalu Hasan menggeleng. "Anjir. Gue udah pasti nggak mau. Mending cari cewek lain aja."

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang