Pasang Surut (5)

21.2K 4K 191
                                    

Happy sunday, everyone
Semoga suka dengan chapter ini. Kenceng kan update-nya? 😂

Enjoy
*
*
*

Kadek baru saja keluar dari perpustakaan kampus, mengakses jurnal untuk keperluan tesisnya. Kadek harus bisa lulus tepat waktu, kalau tidak beasiswanya bisa hangus dan dia harus bayar uang kuliah sendiri.

Rugi dong. Bukan soal uang saja. Lebih ke pembuktian untuk dirinya sendiri. Rasanya kok looser banget kalau dia nggak lulus sesuai target sementara dana perkuliahannya sudah disokong oleh satu lembaga.

Pacar alay bin noraknya baru mengabari kalau dia baru akan sampai kampus sekitar satu jam lagi. Kadek yang lapar pun akhirnya memilih makan di kantin perpustakaan.

"Kadek, over here," Bima melambaikan tangannya.

Waduh, brunch sama supervisor banget, nih? Kadek bimbang.

Matanya mengelilingi kantin dan menghela nafas karena semua meja penuh. Ada apa sih dengan anak-anak S1 ini? Kenapa sarapannya mesti jam sepuluh lewat dua puluh banget?

Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa brunch dengan dosen adalah hal yang wajar. Toh makannya di kantin yang super ramai, kok. Bukan fine dining resto dan di-reserve hanya untuk mereka berdua.

"Pagi, Mas," sapa Kadek sopan lalu duduk di depan Bima.

"Pagi."

"Nggak pa-pa gabung ya, Mas," Kadek berusaha bersikap sesopan mungkin.

"It's okay. Saya juga yang nawarin. Lagian udah penuh."

Kadek izin untuk memesan makanan, memilih menunggu di sana lalu kembali ke meja dengan piring berisi nasi uduk.

"Makan, Mas," Kadek mengangguk pada Bima sebelum memasukkan sesuap nasi ke dalam mulut.

Bima tersenyum tipis. Diam-diam, dia mengamati mahasiswinya yang memilih makan tanpa suara hingga setengah nasi di piringnya habis.

Sejujurnya dia agak terkejut saat mendapati Kadek celingukan mencari bangku kosong di kantin ini. Awalnya Bima membiarkan Kadek duduk entah di mana, namun saat melihat semua meja penuh, maka dia mengajak Kadek bergabung dengannya.

Dia juga paham Kadek merasa sedikit canggung di sini. Kadek adalah gadis yang sopan dan tahu aturan. Setidaknya menurut pengamatan Bima selama ini. Kadek pasti sangat menjaga nama baiknya dan juga Bima sendiri sebagai dosennya.

"Baru balik dari perpus, kan? Cari referensi?" Bima membuka pembicaraan karena Kadek terus mengunci mulut.

Kadek mengangguk. "Sesuai saran dari supervisor saya."

Bima mengulum senyum. "Nggak bareng Bara?"

"Ini nungguin Bara, Mas."

"Dia nggak kesulitan kan konsultasi sama Prof. Handoko?"

"Nggak, kok. Korslet-korslet gitu kan dia sebenernya super pinter, Mas. Kemasannya aja yang begitu," sahut Kadek sambil tersenyum geli.

"Kalau sekali lihat nggak akan nyangka wawasannya luas, kan?"

Kadek tertawa kecil kemudian mengangguk.

Bima ragu mengatakannya, namun akhirnya dia memutuskan untuk bilang, "Deryl nyariin Black Widow-nya."

Wajah Kadek bingung sesaat. Namun begitu paham, dia menjentikkan jari lalu tersenyum hingga wajahnya memerah. "Entar kalau Bara nggak terlalu sibuk, kita berdua main sama dia. Salam buat Deryl, ya, Mas."

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang