Let The Words Fall Out (3)

44.8K 6.8K 350
                                    

Home sweet home.

Still be waiting to your vomments. Yang banyak ya biar cape kerjanya hilang xixi.

Enjoy
*
*
*

RAIHAN

Mobil. Motor. Mobil. Motor. Mobil.

"Bang, gue pinjem motor lo, ya?" suara Farhan membuyarkan lamunanku.

"Mau ke mana?" Bukan pelit atau sok galak, tapi Papa selalu ngingatin aku untuk kasih pengawasan ekstra buat Farhan.

Sebagai bungsu, Farhan agak manja dan gampang terpengaruh. Kami takut dia nggak bisa jaga diri. Malah masih labil banget.

"Nonton bola. Deket doang. Kafenya cuma 15 menit dari rumah kita," jawabnya kemudian.

Ya sudah lah. Dekat juga. Nanti aku bisa langsung cek di TKP. "Udah izin Mama Papa, kan?" tanyaku lalu menyerahkan STNK padanya.

Farhan mengangguk. "Tadi sebelum Mama Papa pergi, gue udah izin."

Okelah. Berarti aku akan menjemput Syifa dengan mobil. Lagian mobil lebih aman.

Sembari memanaskan mobil, aku kembali mengecek penampilan di kaca.

Tubuh wangi. Rambut rapi. Kaos dan jaket. Jins. Sneakers. Dompet. Sip.

Kabarin Syifa dulu deh.

To : Salsabila Assyifa Wicaksono
5 menit lg gw ke rumah lo.

Langsung dibales.

From : Salsabila Asyyifa Wicaksono
Sip. Jadi ngajak Farhan?

To : Salsabila Asyyifa Wicaksono
Nope. Dia nonton bola. Nggak papa, kan?

From : Salsabila Asyyifa Wicaksono
It's okay. Buruan ke sini.

Aku menyengir. Astaga. Dibales gitu aja udah happy banget.

Sepanjang perjalanan dari rumahku ke rumah Syifa, aku terus memikirkan pertanyaan-pertanyaan apa yang harus aku tanyakan ke dia supaya nggak awkward dan nggak ada momen krik-krik.

Re, lo harus komunikatif. Jangan cuma diem aja kayak cowok yang sariawan.

Ya. Harus.

Aku memarkirkan mobil di depan pagar rumahnya. Supir keluarga Syifa membuka pagar dan mempersilakan aku masuk. Beliau bilang sih Syifa sendirian aja di rumah. Om Kahfi dan Tante Renata sedang keluar.

Duduk di teras aja, deh. Nggak enak kalau dilihat tetangga.

"Eh, kok nggak masuk?" Syifa muncul dengan kaos CHVRCHES, jaket denim dan celana jins panjang.

Cantik banget.

Aku cuma bisa tersenyum kikuk.

"Gue ambil sepatu dulu. Eh, lo bawa motor, kan?" tanyanya.

"Hah?"

Syifa melihat ke arah pagar rumahnya, lalu menghela nafas. "Yah. Kok bawa mobil? Kan Farhan nggak ikut."

"Eh...itu...," aku jadi serba salah.

Kaaaan. Kalau di depan Syifa, penyakit kaku bin kikuknya kambuh.

"Naik mobil is fine. Tunggu bentar," Syifa sudah masuk kembali ke dalam rumah.

Ternyata dia pengen naik motor. Jadi nyesal banget ngizinin Farhan bawa motorku.

Mikir, Re. Mikir.

Aku masuk ke dalam garasi mobil Syifa yang pintunya sedikit terbuka.

"Pak, punya motor?" tanyaku langsung pada sang supir.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang