Pasang Surut (4)

20.2K 3.9K 325
                                    

Just a short update. Tapi lumayan lah ya sebelum malmingan sama siapa pun itu.
Kasih votes dan komennya dong hehehe.
Semoga terhibur.

Enjoy
*
*
*

Bagi Bara menunjukkan apa yang dirasakan dan dipikirkan adalah hal yang baik. Dia berpendapat bahwa otak dan hatinya terlalu berharga untuk hanya memikirkan satu masalah sementara masih banyak persoalan lain yang mengantre untuk diselesaikan. Itu sebabnya dia jarang menggerutu, tenggelam dalam satu pemikiran berlarut-larut hingga mengurangi produktivitasnya.

Termasuk soal perasaannya pada seorang wanita. Bara termasuk cepat dalam mengambil sikap. Suka ya tembak. Buat apa dipendam-pendam. Kalau sudah nggak cinta ya putusin. Buat apa bikin hati orang lain tambah sakit.

Begitu juga saat dia yakin bahwa dia menyukai Kadek. Bisa dikatakan, dia terpesona pada pandangan pertama. Setelah mereka pacaran dan dengan paksaan Bara, Kadek pun mengaku kalau dia juga suka Bara sejak pertama kali mereka bertemu di Balairung kampus untuk mendaftar ulang program magister.

"Dari kampus mana?" tanya Bara waktu itu. Mereka menunggu antrean.

"IPB. Mas dari UI, kan?" tanya Kadek balik.

"Kok tahu?"

Kadek menunjuk kaos yang dikenakan Bara di balik kemeja yang kancingnya dia biarkan terbuka sambil tersenyum geli.

Bara terkekeh. Dia mengusap-usap tengkuknya. "Kaos waktu jadi panitia ospek. Ambil jurusan apa?"

"Manajemen."

Makasih, Tuhan. Jodoh gue cepet banget ternyata datangnya. Bara tersenyum tanpa malu. "Sama dong. Peminatan apa?"

"Keuangan."

"Waduh. Sama lagi."

Wajah Kadek memerah. Dia menutupnya dengan map yang berisi data-data untuk keperluan administrasi.

Bara kemudian mengulurkan tangannya. Ngobrol ngalor-ngidul nggak tahu nama satu sama lain ya sama aja boong. "Kenalan dulu, dong. Bara."

"Kadek."

"Orang Bali?"

"Seperempat," Kadek menjawab. "Nenekku, mamanya mama, orang Bali. Request orang tua. Biasa deh."

Bara mengangguk-angguk tanpa melepas pegangan tangannya. Lembut juga. "Tinggal di mana, Kadek?"

"Di Pasar Minggu."

"Kalau aku di Bogor," kata Bara tanpa ditanya. Bodo amat. Cewek suka sama cowok yang pede kok.

Kadek akhirnya yang menarik tangannya dari Bara.

"Eh, minta nomor hp kamu, dong. Kali aja ada info-info lanjutan terus kita bisa saling share," Bara langsung mengeluarkan ponselnya dan siap menyimpan nomor Kadek.

Kadek menatapnya beberapa saat, terlihat sedikit bimbang.

"Kosong delapan satu...terus?" Pantang menyerah sebelum janur kuning melengkung.

Setelah beberapa detik akhirnya Kadek menyebutkan nomor ponselnya. Bara menelepon nomor Kadek, lalu memintanya untuk menyimpan nomor Bara.

"Langsung pulang?" tanya Bara begitu mereka menyelesaikan proses registrasi ulang dan mendapat Kartu Identitas Mahasiswa.

Kadek menggeleng. "Bareng kakakku. Dia meeting di sekitar sini. Sejam sih paling lama udah kelar."

"Aku temani nunggu. Boleh, kan?"

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang