Happy weekend everyone
Enjoy
*
*
*Kikan
"Itu dompet, kan? Buat siapa, Kak? Bang Fachri, ya?" Aku menggoda Kak Iin yang sedang menggunting kertas kado untuk membungkus kotak dompet.
Kepala Kak Iin menggeleng. "Kalau buat dia ngapain dibungkus gini. Ini buat Galih."
Galih?
"Dia ulang tahun kemarin. Terus hari ini Kakak minta ditraktir. Dia ngajak kita sekeluarga makan siang bareng."
Ternyata dia ulang tahun. "Yang ke?"
"32. Tua banget, kan?" Kak Iin cekikikan. "Kakak bingung mau ngasih apa. Terus keinget dompet itu anak buluk banget. Kakak protes. Terus dia bilang dompetnya nggak penting. Yang penting isinya. Keliatan banget jomblo karatan. Hidupnya jauh dari sentuhan perempuan."
Aku tersenyum kecil. Sudah satu bulan lebih aku nggak pernah ketemu Galih lagi. Bahkan saat akikah Raihan pun Galih nggak ada karena sedang dinas keluar kota.
Setiap weekend aku selalu ke rumah Bang Fachri, tapi nggak pernah ketemu Galih juga. Mau nanya ke Bang Fachri takutnya malah kedengaran kepo.
"Kamu siap-siap, gih."
"Ke mana?"
"Ya ikut bareng Kakak dan Bang Fachri. Makan bareng Galih dan teman-teman mereka."
"Nggak ah. Nggak diundang. Nggak enak juga," jawabku.
Kak Iin berdecak. "Nggak pa-pa. Ayo ikut. Ngapain coba sendirian di sini?"
"Bisa jagain Raihan."
"Raihan aja ikut. Ayo, Ki. Cepetan mandi. Dandan yang cantik."
"Aku...mesti bawa kado juga nggak?" tanyaku.
"Kamu muncul di sana aja udah lebih dari kado buat si jomblo karatan," ejek Kak Iin.
Aku mengerucutkan bibir lalu masuk ke dalam kamar tamu untuk mandi dan berganti pakaian.
Entah perasaanku saja, tapi aku rasa Galih mulai menghindari aku. Dia nggak pernah lagi kirim-kirim WA nggak penting. Dia juga nggak pernah lagi nge-DM aku setiap aku bikin Instastory.
Kulirik botol obat berwarna putih yang berisi multivitamin yang Galih kasih ke aku di pertemuan terakhir kami.
Begonya, aku menuruti saran dia untuk meminum suplemen tersebut. Nggak setiap hari juga sih. Tapi botol itu selalu kubawa. Even ke rumah Bang Fachri.
Saat aku bingung mau pakai lipstik warna apa, pikiranku tiba-tiba memutar adegan waktu Galih nyium bibir aku.
"Astaga. Apa-apaan sih," aku menggeleng-gelengkan kepala. Wajahku merahnya sudah nggak ketulungan.
He stole my first kiss. Saat harusnya yang nyium aku pertama kali ya suami aku nantinya!
Wajar kan aku syok sampai ngambek ke dia? Apalagi Galih selalu keliatan nggak pernah serius.
Tapi malam itu, waktu Galih pertama kalinya keliatan emosional dan ngungkapin perasaannya, aku jadi ketakutan.
Kalau serius, ternyata dia nyeremin. Tapi aku masih bertanya-tanya. Apa benar Galih suka sama aku? Kok bisa? Sejak kapan?
Ah. Sudahlah. Buat apa aku mikirin Galih. Dia kan emang suka ngomong dan bertindak ngasal.
"Bang, aku beneran boleh ikut?" tanyaku pada Bang Fachri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission : Discovering Love
Short StoryA compilation of novellas 1. Let The Words Fall Out (Raihan&Syifa) 8 chapters 2. Tanya Hati (Vino-Evelyn-Marco) 7 chapters 3. A New Page (Rio&Miranda) 12 chapters 4. Pasang Surut (Kadek&Bara) 8 chapters 5. Buku Tahunan (El Nino&Jovita) 8 Chapters 6...