A New Page (7)

19.7K 3.9K 322
                                    

Another double update!!!
Rajin banget kan ya aku? #MujiDiriSendiriItuWajib
So please vomments-nya biar makin semangat update lagi ;)
#PengemisVommentsMaapinYak #TapiGakDipaksaKok #AkanTetapUpdateJikaWaktuMemungkinkan

Enjoy
*
*
*

Rio menghampiri meja kerja Awang dengan tangan menggenggam mug berisi kopi. Dengan tatapan matanya, Rio tahu bahwa Awang mempertanyakan maksudnya mendatangi meja Awang.

"Miranda kirim email pradesain restonya Chef Ibra," Rio menarik salah satu kursi disana, dia kini duduk di hadapan Awang.

Mendengar ucapan Rio, Awang langsung mengecek inbox emailnya. Dia menghela napas.

"Gila ya tuh anak. Ada masalah masih aja mikirin kerjaan," celetuk Dewi yang ikut mendengar perkataan Rio.

Awang mengecek sekilas gambar dari Miranda. Belum lengkap memang. Masih banyak detail yang harus ditambahkan dan diperbaiki.

"Miranda itu menomorsatukan tanggung jawab," sahut Rio sambil menoleh pada Dewi. Dewi mengangguk setuju.

"Gimana menurut lo? Bagus?" tanya Rio pada Awang yang dari tadi belum buka suara.

Awang mengangguk. "Gue suka. Walaupun banyak yang belum selesai. Ini lebih ke gambaran kasarnya aja nggak, sih?"

Rio menjentikkan jari setuju dengan ungkapan Awang. Dia lalu meneguk kopinya, membiarkan minuman pahit itu memenuhi kerongkongan.

"Miranda emang ada masalah apa sih di Malang, Yo? Sampai harus berangkat hari itu juga. Gue wa, balesnya cuma ada urusan sedikit," Dewi ikut prihatin dengan keberangkatan Miranda tiba-tiba ke Malang. Dia takut terjadi yang tidak-tidak dengan keluarga adik kecilnya itu disana.

Rio mengangkat bahu. Dia juga tidak tahu sama sekali perihal masalah yang menimpa Miranda dan keluarganya.

Dia tak mau memaksa Miranda cerita. Rio yakin, kalau sudah saatnya, drafternya itu akan langsung curhat semalam suntuk dengannya.

"Kantor sepi nggak ada dia," lanjut Dewi dengan wajah murung. Dia melirik meja Miranda yang kosong.

"Doain aja semoga masalahnya cepat kelar," ujar Awang kemudian.

Tak dapat dipungkiri, rasa khawatir juga kini melanda Awang sejak kepergian Miranda ke kampung halamannya.

Tidak berbeda dengan Dewi, dia juga menghubungi Miranda, dan dia juga mendapatkan jawaban yang sama dengan Dewi.

Apakah lebih baik dia menelepon Miranda saja? Ah, tapi dia tidak mau gadis itu berpikir yang macam-macam tentang dirinya.

"Wang," Rio menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Awang.

"Hmm," lamunan Awang buyar seketika. "Kenapa, Yo?"

Rio cuma tersenyum kecil. Dia mengambil mug kopinya, lalu bangkit dari kursi, kembali ke ruang kerjanya.

Dia baru akan memutar kenop ketika dia melihat kehadiran Sekar lewat ekor mata. Senyumnya mengembang.

"Udah pada sarapan?" Sekar mengangkat plastik berisi kotak makanan ke arah Dewi, Awang dan Rio. "Aku harap belum. Aku bawa 5 bungkus nih."

Dewi langsung menghampiri Sekar, mengintip bungkusan yang dibawa temannya. Wajahnya langsung sumringah.

"Nasi uduk mana nih, Sekar?" Dewi mengendus-ngendus kotak yang berisi nasi uduk itu. Wangi kelapanya tercium.

"Dekat apartemen, Wik. Eh, ada Awang juga," Sekar tersenyum ke arah Awang. Dia celingukan ke seisi ruangan, mencari dua orang yang harusnya ada disini. "Jojo dan Miranda mana?"

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang