A New Page (4)

21.7K 3.7K 737
                                    

Gaes, ini ceritanya cuma copy-paste-edit aja ya. Jadi emang gaya tulisannya ya masih (IMO) kaku banget. Semoga masih bisa dinikmati.

Enjoy
*
*
*

"Hujannya kok nggak reda-reda, ya?"

Kini mereka berempat duduk di meja makan, dengan masing-masing menyesap teh yang dibuat Miranda.

Sudah hampir empat jam hujan mengguyur Jakarta. Kalau melihat intensitasnya, besar kemungkinan Jakarta akan banjir.

Kalau saja tadi Rio tidak menahannya dan berakhir dengan adu argumen terleih dahulu, pasti sekarang dia sudah bergelung dengan selimut di kamar kosnya sambil membaca salah satu novel.

"Kalian nginap disini aja malam ini. Banjir beneran ini kayaknya," ucap Rio sambil menyesap tehnya.

Miranda menunjuk dirinya. "Terus gue gimana, Bos? Salah lo, sih. Kalau aja tadi lo nggak nahan-nahan gue, ini gue pasti udah bobo cantik di rumah."

Joshua cekikikan. "Bobo cantik disini kan juga bisa, Mir. Bang Jos temenin, deh."

Kepalanya langsung ditimpuk dengan pulpen oleh Awang. Joshua memanyunkan bibir.

Rio sebenarnya jadi sedikit menyesal. Benar juga yang dikatakannya. Gimana Miranda bisa pulang malam ini?

"Mobil lo kayaknya bisa nembus banjir deh, Jo," Rio mencoba mencari jalan keluar.

"Ini gue baru dikirimin sama adek gue nih. Banjir parah. Hampir semeter," Joshua menunjukkan layar ponselnya pada mereka bertiga.

Miranda tertunduk lesu. Kantuk malah menyerangnya pula sekarang. Gimana nasibnya malam ini?

"Kamu ngantuk banget, Mir?" tanya Awang saat mendapati Miranda sudah menguap sebanyak lima kali. Matanya saja sudah memerah.

Miranda mengangguk sebagai jawaban. Mungkin karena dingin, ditambah dia juga sudah lelah, jadi kantuknya semakin menjadi-jadi, deh.

Rio bangkit dari tempat duduknya setelah menandaskan tehnya. "Yaudah. Lo nginep disini aja. Pakai kamar tamu. Awang dan Jojo biar di kamar gue."

Kepala Miranda langsung menggeleng. "Nggak. Gue tunggu hujan reda aja."

"Kalaupun reda, banjirnya nggak bakal langsung surut, Ran. Ayo semua ke belakang. Gue juga udah ngantuk."

Joshua menangkap raut keraguan di wajah Miranda. Dia paham betul itu.

"Nggak akan ada yang mikir jelek soal kamu kok, Mir," hibur Joshua. Miranda menatapnya. "Rio benar. Kamu juga udah ngantuk banget, kan?"

"Tapi, kan-"

Rio menghampiri Miranda, menarik tangan Miranda dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang gelas teh Miranda.

"Gak usah banyak protes. Mata lo udah merah banget."

Miranda pun bangkit dari duduknya, diikuti oleh Awang dan Joshua.

Joshua mengunci garasi dan pintu depan kantor. Sebelum ke paviliun, dia juga mematikan semua lampu.

Begitu sampai di paviliun, Joshua, Awang dan Miranda langsung merebahkan tubuh mereka di sofa empuk berwarna merah.

"Lo pakai kamar yang itu," Rio menunjuk sebuah pintu kamar yang terletak berhadapan dengan kamar utama. "Ini selimutnya. Letak kamar mandi lo udah tahu. Sikat gigi baru juga selalu ada disana. Ini handuk buat lo. Kali aja mau mandi dulu sebelum tidur."

"Thanks," ucap Miranda sambil memeluk selimut dan handuk pemberian Rio. Dia lalu melirik pakaian yang dikenakannya.

Kaos yang sudah bau keringatnya karena dipakai seharian dan celana jins yang sangat tidak nyaman dikenakan untuk tidur.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang