Zero Chemistry? (8) -TAMAT-

37.8K 4.3K 379
                                    

Sore everyone
Semoga suka ya

Enjoy
*
*
*

Galih

"Kayaknya lo udah jarang banget main ke rumah," ucap Fachri sambil berjalan menuju parkiran.

Pertanyaannya luar biasa. Dia nggak tahu gue berusaha mati-matian menghindari adiknya.

"Sibuk," jawab gue sok asik. "Gue sering ke Bandung sekarang. Kan adik gue baru masuk di Unpad."

"Awalnya gue kira lo punya pacar baru. Tapi kayaknya nggak ada progress," timpalnya lagi.

Ya salam. Pengin gue sentil jidat bapaknya Raihan ini. Gue nggak ada progres karena bapak lo yang ngelarang, Fachri!

Asal lo semua tahu, berat banget ada di posisi gue sekarang. Udah delapan bulan lebih gue nggak ketemu Kikan. Menghindari dia sebisa gue. Gue mau menjaga janji gue ke bokapnya. Biar Pak Nasution tercinta itu tahu kalau omongan gue bisa dipegang.

Belum tentu yang lain bisa kayak gue. Kadang gue aja masih amazed sama diri gue sendiri. Kenapa gue bisa istiqomah banget gini, ya?

"Minggu ini kan Kikan berangkat. Kalau lo dan adik lo nggak sibuk, besok dateng ke rumah, ya. Doa bersama aja sih. Supaya kuliahnya di sana lancar," kata Fachri.

Nyeri hati gue, men. Mestinya gue jalan sama cewek gue sebelum dia ke Eropa sana. Ya Allah, berat banget cobaan buat Hamba.

"Gue usahain," jawab gue sok diplomatis.

Tentu aja gue nggak datang. Yang ada entar gue malah nggak ikhlas lahir batin dia pergi. Lagian bokap nyokapnya pasti ada di sana.

Gue sudah berdiri di depan parkiran motor. "Gue duluan, ya."

"Lo bawa Scoopy kesayangan lo lagi?" ejek Fachri tapi mukanya tetap datar.

Asdfghjkl banget ini calon abang ipar.

"Hemat. Kan gue mau nikah setahunan lagi."

"Sama siapa?"

"Muke lo nggak bakal selempeng itu kalau tahu siapa calon istri gue," gue mengibaskan tangan. "Udah ah. Gue cabut. Lo sombong banget semenjak jadi bapak anak satu."

"Sebentar lagi jadi bapak anak tiga," jawabnya kalem.

"DEMI APA? SI INDRI HAMIL? KOK TIGA? DIA NGGAK BILANG APA-APA KE GUE!"

Kening Fachri mengkerut. "Lo kenapa?"

"Jawab aja pertanyaan gue!"

"Indira emang lagi hamil. Kembar. Dan dia nggak punya kewajiban untuk ngelaporin itu ke lo."

Rasanya gue mau nangis sekarang. Si Fachri bentar lagi buntutnya tiga. Lah gue masih aja naik Scoopy putih sendirian ke mana-mana.

Sabar, Galih. Entar kalau lo nikah sama Kikan, kalau bisa anaknya lima biar bisa jadi tim basket.

Begitu sampai di rumah, mood gue makin jelek. Terngiang-ngiang terus di kepala gue tentang Kikan yang sebentar lagi berangkat.

Gue buka gallery HP, lihat-lihat foto-foto kami berdua. Yang ada gue tambah sedih. Anjir. Gini banget ternyata.

Ponsel gue berdering. Ibu.

"Halo, Bu?"

"Halo, Galih. Apa kabar, Nak?"

"Baik. Ibu Bapak gimana?"

"Baik. Adik kamu lancar-lancar aja kuliahnya, kan?"

"Alhamdulillah. Minggu lalu aku ke Jatinangor jumpain dia."

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang