Zero Chemistry? (1)

31.1K 4.2K 204
                                    

Sengaja update di jam pulang kantor hahahaha
Kali aja bisa jadi temen di perjalanan

Enjoy
*
*
*

Kikan

"Cie, yang udah jadi Tante," Galih menyenggol bahuku sambil menyengir.

Kami sedang berada di rumah sakit tempat Kak Iin-kakak iparku-melahirkan anak pertamanya. Kak Iin adalah istri dari abangku satu-satunya yaitu Bang Fachri.

Buah cinta mereka telah lahir. Seorang laki-laki. Mereka sepakat memberikan nama Raihan Arrasyid Nasution. Keponakan keduaku.

"Dari beberapa tahun yang lalu juga udah jadi Tante kali," balasku sewot.

"Tinggal jadi Ibu aja yang belum ya," ucapnya lagi.

Aku memilih tidak menanggapi ucapannya.

"Kalau udah siap jadi Ibu, jangan lupa kabarin aku."

"..."

"Aku siap lahir batin jadi bapaknya anak-anak kamu."

"..."

"Pengin gitu ada di posisinya Fachri."

"Ya makanya cari calon istri, Galih," aku memberikan nasehat padanya. "Usia kamu kan udah lebih dari cukup untuk ngikutin jejaknya Bang Fachri."

Galih tersenyum sok imut. "Ya makanya kamu mau dong jadi istri aku."

Aku memutar kedua bola mata. "Lucu sekali."

"Padahal aku nggak ngelawak loh."

Aku menoleh padanya, lalu berkata, "gini deh. Aku lagi baik ya sama kamu. Kamu tulis aja kriteria calon istri kamu gimana, terus kasih tahu aku. Entar aku kenalin kamu ke senior-senior aku yang masuk di kriteria kamu itu. Mau nggak?"

"Nggak. Kan aku maunya kamu," jawabnya lalu nyengir.

Sabar, Kikan.

"Kamu yang suka bercanda gini nih yang bikin cewek-cewek males deket sama kamu," aku menunjuk wajahnya.

"Yang bilang aku bercanda siapa?" tantangnya.

"Yang bener aja kamu suka sama aku. Maaf ya, Galih. Tapi kamu bukan tipeku. Lagian kamu tuh sahabatnya abang aku. Ngerti nggak sih?"

Kadang ngomong sama Galih tuh kayak ngomong sama anak SMP.

"Sesekali manggilnya Mas Galih, kek. Biar lebih romantis dan sopan," pintanya kekanak-kanakan.

Aku mengibaskan tangan. Dia terlalu anak-anak untuk dipanggil 'Mas'.

"Emang tipe kamu gimana sih? Yang kaku kayak Fachri? Eh, no offense loh," Galih cekikikan.

Aku menonjok pelan bahunya. "Kamu demen banget ngeledekin abang aku. Kaku begitu dia punya istri yang hebat. Emang kamu."

"Beberapa tahun lagi juga aku bakal punya istri yang hebat."

Aku menahan diri untuk tidak memutar kedua bola mata. "Gini deh. Kamu mau aku kenalin ke senior atau ke kakak-kakaknya teman aku? Kali aja cocok."

Galih menggelengkan kepala. "Aku udah tahu siapa yang aku mau."

Ya sudah lah. Terserah dia.

Ponselku bergetar. Pesan dari Mama. Ayah dan Mama sudah di pesawat menuju Jakarta. Mereka memintaku untuk dijemput di Terminal 3.

Aku bangkit dari kursi dan menghampiri Bang Fachri di kamar inap. Sebelumnya aku memang membiarkan orang tua baru itu menikmati momen dengan anak pertama mereka.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang