Tanya Hati (1)

44.1K 4.9K 696
                                    

Sebelum nge-date, kuy baca dulu nih novella kedua tentang Evelyn-Vino-Marco.

Ditunggu vomments-nya.

Enjoy
*
*
*

Marry me
Today and every day
Marry me
If I ever get the nerve to say
Hello in this cafe
Say you will
Mm-hmm
Say you will
Mm-hmm

Walupun suara sang mempelai pria pas-pasan, but I can feel the sincerity and love in his voice towards his bride.

Lagian, suara pas-pasan itu tertutupi dengan tampang jahil namun cakep maksimal milik arsitek Indonesia paling seksi dan genius yang pernah aku kenal di muka bumi.

Ya. The one and only Gandi Alfareza Siregar, mantan senior architect Atkins yang sekarang buka biro konsultan bernama Gandi Partners di Jakarta bareng teman setengah bulenya.

Yang rela meninggalkan Eropa-his comfort zone, ladang duitnya-demi Ajeng, sahabat sekaligus produser di kantorku.

Kalau kata Nana, cewek paling bermulut petasan seantero bumi, Ajeng adalah cewek paling beruntung sedunia di tahun ini. Tahun sebelumnya Megan Markle.

"Untung cakep dan yang punya hajatan emang dia, kalau nggak udah gue timpukin tuh si Gandi," Nana ngedumel di sampingku. "Suaranya bikin baby di perut gue nendang-nendang. Kasian kamu, Nak."

Aku terkekeh, lalu ikut mengusap perut Nana. "Sabar ya, Sayang."

"Suara emang pas-pasan, tapi kalo duit jangan ditanya, dong," sambung Robi, cameraman di kantor. "Merek jam tangannya apa?"

"Patek Philippe!" jawab aku dan Nana serempak.

Suami Nana dan istri Robi geleng-geleng melihat tingkah kami.

"Lo nggak mau kenalan sama kembaran Gandi, Eve?" Nana mengedipkan sebelah mata. "Duren loh."

"Astaga, Na. Jangan dong," aku berbisik. Takut ada yang dengar. "Ajeng bilang kan abang iparnya itu masih gagal move on."

"Iya, sih. He's a good catch, actually. Lebih nggak cengengesan dan dewasa daripada Gandi. Pake kacamata pula. Tambah hot." lanjut Nana.

"Gandi mah giginya kayaknya kering terus saking seringnya nyengir," lanjut Robi.

Aku mengangguk semangat. Kemudian kulihat suami Nana meninggalkan kami untuk mengambil es krim untuknya. Robi dan istrinya-Windy-sedang bisik-bisik sok manja dengan tangan yang terus bergandengan.

Aku tersenyum, berusaha sebisa mungkin menekan rasa iri yang muncul di hati.

Waktu orang untuk bahagia beda-beda, Sayang. Aku ingat pesan Ibu waktu aku cerita kalau tinggal aku satu-satunya di gank kantor yang belum menikah.

Padahal dulunya target menikahku paling lama 26 tahun. Eh, beberapa bulan lagi, aku sudah 28 tahun. Jomblo pula. Lengkap sudah.

"Lo mau ke mana?" tanya Robi.

"Toilet sebentar," aku pura-pura ceria.

Di saat aku akan keluar ballroom untuk menenangkan diri-aku bohong waktu bilang mau ke toilet-pergelangan tanganku digenggam pelan oleh seseorang.

"Hai," aku tersenyum tipis lalu dengan sopan melepas genggaman tangannya. "Baru nyampe?"

"Iya. Pesawat delay. Jalanan macet. Glad I still could make it," jawabnya.

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang