Tanya Hati (7) -TAMAT-

35.3K 5.4K 1.2K
                                    

Be prepared, guys. Everything can happen :)

Enjoy
*
*
*

Pukul sembilan malam aku baru bisa meninggalkan lantai 7 gedung kantor karena harus lembur. Ajeng meminta William untuk supervise pekerjaan karena dia nggak masuk hari ini.

She's pregnant, seven weeks. Twin. Beruntung dan bahagia banget pastinya. Ajeng lemas tak berdaya. Sudah dua hari nggak masuk.

"Bareng Marco, Na?" tanya Robi mengikuti langkahku menuju lift.

Aku mengangguk. "Keras kepala banget. Disuruh pulang duluan nggak mau."

Robi terkekeh. "Takut pacar tersayang kenapa-kenapa di jalan dong."

Pipiku bersemu. "Apaan sih."

"Pake acara malu segala," Robi semakin menggodaku. "Udah langsung KUA aja. Resepsi belakangan."

Aku menonjok bahunya pelan. Robi tertawa.

"Kalau besok Ajeng masih nggak masuk, kita jenguk, yuk," ajak Robi.

"Boleh. Gue khawatir juga nih sama kondisinya. Cepet juga ya, Bi, si Ajeng isinya?"

"Kembar lagi. Ya wajar sih. Gandi kembar juga. Semoga Windy cepat hamil juga deh. Gue pengen masuk hot daddy club."

"Nggak kebayang Windy imut kecil kayak anak SMP gitu kalau hamil," sahutku tersenyum geli.

"Imut-imut gitu kalau malem dewasa banget tau."

Aku langsung mencubit pinggang Robi keras-keras. Omongannya suka ngasal.

"Nah, ini karena belum nikah. Makanya buruan," Robi mengejekku.

Sialan.

Kami berpisah di pelataran parkir. Robi ke parkiran motor sementara aku mencari keberadaan mobil silver Marco.

Dia sedang main game di ponsel. Perang-perang gitu. Kuketuk kaca mobilnya. Kutarik handle pintu lalu duduk di kursi penumpang.

Ponselnya sudah diletakkan di dasbor. Marco memperbaiki sandaran kursi.

"Bosen, ya?" tanyaku sambil memasang seatbelt.

"Lumayan. Cek barang-barang dulu. Ada yang ketinggalan?"

Aku mengecek tas berukuran kecilku ini. Hp, pouch make up, kunci rumah, dompet. Lengkap.

"Kan aku udah suruh pulang duluan," aku meletakkan tas ke belakang. "Done."

"Di apartemen juga nggak tahu mau ngapain," jawabnya lalu mulai melajukan mobil meninggalkan pelataran parkir.

"Thank you ya udah nungguin," ucapku tulus. "Udah makan?"

"Sama-sama. Udah dong. Makan nasgor."

"Di belakang?"

Marco mengangguk sambil nyengir.

Aku mendecakkan lidah. "Udah buat membership ya di sana? Makan sepuluh kali gratis satu kali?"

"Kok tau?" balasnya jenaka.

Ada-ada saja.

"Sayang," panggil Marco.

"Hm,"

"Weekend ini...ke rumah Mama Papa, yuk," ajaknya hati-hati.

Jantungku berhenti berdetak sesaat, kemudian berdebar dengan keras.

"They want to meet you in person," jelasnya. "Bosen denger tentang kamu dari aku mulu. Mau buktiin kebenerannya."

Mission : Discovering LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang