1.MONSTER UNCLE

39.3K 1K 9
                                    

"Apa yang ingin kau pesan gadis manis?"

Suara itu mengagetkan seorang gadis yang duduk di pojok Cafe, memaksanya meninggalkan dunia ilusi yang sedari tadi ia arungi.

"Aku memesan kopi tanpa gula"

Elena tersenyum pada pria yang bernama Thomas, pelayan di Cafe itu.

"Baiklah Nona, tapi harus kau ketahui itu terlalu pahit untuk gadis manis seperti mu" goda Thomas mengedipkan sebelah matanya mengembangkan senyum di bibir Elena.

Berbicara soal Elena setelah kedua orang tuanya meninggal, perusahaan keluarganya jatuh di tangan pamannya.

Elena? Sekarang dia tidak memiliki tempat tinggal.

Jika kalian berpikir Elena diam saja saat di perlakukan tidak baik oleh pamannya, tentu tidak.
wanita ini bukan tipe wanita yang hanya menangis tersedu sedu dan pergi meninggalkan rumahnya.

Dia melawan, dia ingin mempertahankan miliknya agar tidak seorang pun bisa menyentuhnya tapi mungkin tuhan telah menggariskannya menjadi wanita yang menyedihkan dan disinilah dia, di sebuah cafe dengan dua buah koper besar.

Elena meraih ponselnya menekan beberapa nomor di ponselnya dan menelpon seseorang.

Tak ada jawaban.

Hanya suara operator yang menyarankannya untuk meninggalkan pesan.

***

"Mommy?" Panggil seorang pria yang baru saja memasuki mansion keluarga Smith.

"Ternyata kau masih ingat jalan pulang yah" Sindir Briana, Mommy Brandon.

"Aku merindukan mu Mom, apakah tidak boleh?" Brandon mendudukkan bokongnya di sofa merenggangkan otot-ototnya yang terasa keram.

"Bullshit, buktinya kau lebih memilih mengunjungi para jalang mu di bandingkan kembali ke rumah"

Brandon tertawa mendengar sindiran Briana, dia memang sangat jarang mengunjungi orang tuanya karna sibuk bekerja.

"kemana calon menantu ku?"

Brandon mendengus kesal, lagi lagi Briana mempertanyakan hal yang tidak penting.

"Mungkin mommy sudah sangat tua hingga lupa bahwa aku memang tidak pernah membawa kekasih ku pulang"

"Kau cepatlah cari wanita, aku sudah sangat tua tapi belum menggendong cucu dari mu"

Inilah alasan Brandon sangat malas kembali ke rumah, setiap pulang ia selalu di desak menikah.

"Sudahlah Mom kalau kau mau anak kau saja dan Daddy membuat anak, Aku ikhlas kasih sayang ku terbagi jika kalian memang menginginkan bayi"

"Daddy tidak masalah tapi Mommy mu sangat sulit di ajak kompromi" Ucap Tommy, Daddy Brandon.

"Diam kau, kau mau uban mu bertambah banyak jika memikirkan hal-hal yang buruk aku mau cucu bukan anak"

Briana menatap anak dan suaminya dengan tatapan menusuk.

"Tapi bagaimana jika kita buatkan Brandon satu adik mungkin itu sedikit menarik"Briana mendengus kesal mendengar ucapan suaminya.

"Keluar rumah saja harus memakai kursi roda bagaimana kau akan membawa anak mu nanti jalan-jalan?"

"Aku bisa menyuruh seseorang
menggendongnya"balas Tommy semangat.

"Usir pikiran bodoh mu"

Setelah makan malam, Brandon pamit.
"Tidak bisakah kau tidur di sini meskipun hanya semalam" Sarkas Briana karna anaknya sangat sulit di bujuk untuk tidur di mansion mereka.

"Sebenarnya aku ingin Mom tapi aku ada urusan penting"

"Apakah jalang mu lebih penting dari pada orang tua mu?"

Brandon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, jalang apa yang Mommy nya maksud? Ia sudah jarang membawa jalang ke apartemennya.

"Bukan begitu Mom"

"Pulang lah tapi ingat segera bawa calon menantu ku ke sini, jika tidak aku akan menjodohkan mu" Sengit Briana yang di balas anggukan oleh Brandon sebelum meninggalkan mansion itu.

***

Seorang pria keluar dari lift dengan tergesa-gesa.

Dari arah yang berlawanan terlihat wanita yang menarik 2 koper besar berjalan dengan tatapan kosong.
Sedangkan sang pria masih setia menatap ponsel di tangannya.

Tiba-tiba sesuatu yang keras menabrak dadanya.

Brandon mengalihkan tatapannya dari ponsel yang sedari tadi ia genggam sedangkan Elena tersentak setelah menyadari menabrak seseorang.

"Apa mata mu masih berfungsi?" Brandon menatap Elena tajam saat gadis itu masih mematung tidak menanggapi ucapannya.

"Maafkan aku, aku tidak hati-hati"Sesalnya membungkukkan badan.

Kembali menegakan badannya dan matanya bertatapan dengan mata tajam Brandon, Brandon dengan bebas menyusuri wajah Elena mata, hidung dan tatapannya berakhir di bibir gadis itu Elena yang ditatap merasa risih.

"Apa ada sesuatu yang menempel di wajah ku?" Brandon berdehem dan kembali menatap Elena tajam.

"Minggir kau menghalangi jalan ku"Ketusnya meninggalkan Elena yang menatap punggung lebar Brandon menghilang di balik dinding bercat putih itu.

***

Setelah mandi dan merapikan barang-barangnya Elena memutuskan beristirahat.

Rasanya sangat nyaman, Meskipun sedikit keras tapi itu jauh lebih baik ketimbang harus tidur di depan ruko-ruko ataupun di jalanan yang banyak kecoa nya.

Elena menyewa kamar yang sempit tapi cukup untuk menampungnya meskipun tadi lama berdebat dengan pemilik kontrakan mengenai biaya, tapi sekarang dia di izinkan tinggal di sana dengan janji minggu depan harus bayar uang muka.

Pikiran Elena kembali melayang pada apartemen Celsie, sahabat satu-satunya yang dia miliki.

Flashback

"Apa yang kalian lakukan?"

Suara Elena menghentikan kegiatan Sepasang manusia yang sedang asik bercinta, keduanya menoleh ke pintu dimana Elena berdiri.

"Apa kau buta dan tuli? Tidak jelaskah di mata mu apa yang kami lakukan?"

Dalton dengan tidak malunya berdiri dan memakai celananya lalu meraih sebatang rokok.

Pria itu, pria yang Elena rindukan, pria yang sangat-sangat ingin Elena peluk saat masa-masa buruknya tapi apa sekarang?

"Jangan emosi begitu Elena, kami melakukannya tanpa perasaan" Timpal Celsie tenang.

"Diam kau jalang"

"Kau yang seharusnya diam Elena.
Kau tau sekarang kau tak punya apa-apa lagi sekarang kau jatuh miskin, Apa yang akan kau banggakan? aku sudah muak melihat mu"

Elena mengangguk tersenyum kecut melihat pacar dan sahabatnya.

"Hebat. Hey Celsie kau ku anggap saudara apapun yang kau inginkan aku berikan. Aku rela di maki-maki kedua orang tua mu saat menggantikan mu di Club malam itu Kau ingat? tapi ini balasan mu? Hahahaha hidup memang indah dan kau Dalton selamat kau telah menghancurkan hidup seseorang. Kalian tau? Bajingan dan jalang memanglah sepasang kekasih yang sangat serasi kalian hebat dengan melihat kalian melakukannya membuat ku percaya ternyata kalian memang rendahan".

Elena berlalu menahan segala rasa sakitnya meninggalkan Dalton dan Celsie.

Falshback off

"Tidak-tidak aku tidak boleh menangis, dia memang pantas pergi dia bukanlah yang terbaik. Bukankah tepuk tangan membutuhkan dua tangan untuk bertepuk jadi Celsie tidak datang jika Dalton tidak merespon atau bahkan memang Dalton yang menggodanya" Hiburnya pada dirinya sendiri.

***
Jangan lupa vote dan komen 😍

MONSTER UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang