9.MONSTER UNCLE

14.6K 584 6
                                    

Elena duduk di kursinya dan memakan roti yang di lumuri selai coklat.

"Elle bisa kah kau ke kamar uncle mu dan suruh dia sarapan"Dengan berat Elena melangkahkan kakinya ke kamar Brandon dan mengetuk pintu.

"Brandon apakah kau sudah bangun"berkali-kali Elena memanggil tapi tidak ada jawaban.

"Nenek aku sudah memanggil uncle berkali-kali tapi tidak ada jawaban" teriak Elena dari ujung tangga.

"kau tidak masuk?"

"Tidak"

"Masuklah, bangunkan dia jika perlu percikan air ke wajahnya" Teriak Briana, senyum licik tergambar di bibir Elena.

Aku akan menyiramnya dengan air yang sangat dingin dan membuatnya menggigil

Dengan semangat Elena mendorong pintu kamar Brandon dan mendekati ranjang pria itu.

"Hey" panggil Elena pelan tapi tetap tak ada pergerakan di tubuh Brandon.

Elena menyentuh lengan Brandon mengguncangnya pelan, Ia menarik tangannya ingin melangkahkan kakinya menuju kamar mandi sambil tersenyum jahat namun langkahnya terhenti karena Brandon menarik Elena hingga berbaring di sampingnya dan menindih wanita itu.

Elena terkejut, jantungnya berdetak kencang. wajahnya dan wajah Brandon hanya berjarak beberapa senti bahkan Elena merasakan napas Brandon menerpa bibirnya.

"kau ingin menggoda ku di pagi hari hm?"Tuduhnya dengan suara yang serak dan tatapan sensual. Elena mendorong tubuh Brandon untuk menenangkan jantungnya, suhu tubuh Brandon tidak stabil badannya sangat panas.

Elena segera berdiri setelah Brandon kembali berbaring.

"Kau sakit" Elena mencairkan suasana yang canggung.

"Hanya demam" jawabnya santai lalu menutup matanya dengan lengan kirinya.

"kita harus ke dokter"Elena berlari kecil meninggalkan kamar Brandon

"kenapa lama sekali Sayang, apakah Brandon sudah bangun?"

"Sepertinya uncle demam, badannya sangat panas" kata Elena tanpa mengindahkan pertanyaan Briana.

Elena, Briana dan Tommy menuju kamar Brandon. terlihat Brandon yang berbaring di atas ranjang dengan selimut tebal di tubuhnya.

"Kau sakit, kenapa kau tidak bilang pada kami"

"hei kau mau kemana?" tanya Brian lagi saat melihat Brandon berjalan ke arah kamar mandi.

"kerja"

"Tidak ada kerja hari ini, kau harus istirahat"

"Tapi Mommy hari ini ada rapat dengan kolega-kolega penting Mom dan harus aku yang memimpin rapat itu. aku masih kuat itu hanya rapat" Bantahnya berusaha terlihat tegar.

Tommy menatap Brandon lalu bertanya.
"Memangnya kau rapat jam berapa?"

"Jam 10 Dad"

"Aku juga ada rapat jam 10, jadi aku tak bisa menggantikan mu. bagaimana jika Elena membantu mu di kantor"

"Aku? tidak, aku tidak tau apa-apa kakek" ucap Elena spontan.

"kau hanya perlu mendampingi Uncle mu sayang, karna sekretarisnya sudah 2 hari tak masuk jadi jika ada kau Brandon tidak akan kesulitan"

"Benar kata Daddy, ada baiknya kau ikut dengan ku"Elena menghembuskan napas pelan lalu mengangguk mengiyakan.

*****

Ini pertama kali ia ke kantor Brandon, Brandon berjalan di depannya dengan wajahnya yang memerah karna demam tapi dia tetap keras kepala ingin ke kantor.

dan Elena? ia sangat canggung ketika beberapa mata melihatnya dan berbisik-bisik.

Elena menarik lengan Brandon yang akan mendorong pintu ruangan yang akan di gunakan untuk rapat.

"Apa kau baik-baik saja, wajah mu makin memerah"
Khawatirnya, karna dapat di lihat wajah Brandon yang memerah serta mata yang sangat sayu.

Brandon mengangguk.

Setelah menelpon seseorang, satu per satu orang-orang yang memakai pakaian formal mulai memasuki ruangan dan rapat pun di mulai.

Tatapan Elena tertuju pada satu mata yang Elena kenal, di ujung meja panjang ini ada James yang menatap ke arahnya. Ternyata James tidak hanya memiliki cafe tapi juga bekerja di perusahaan entah dia bos atau apa Elena tak tau.
setelah rapat selesai satu persatu meninggalkan ruangan, tapi tidak dengan James.
dia mendekat ke arah Elena dan Brandon

"Hai Elle"

"Oh,hai James"balas Elena dengan senyum mengembang.

"Tenyata ini yang membuat mu izin, hm?"

ya, tadi Elena menelpon James dan mengatakan ia tidak masuk kerja hari ini karna ada hal yang harus ia urus.

"iya, aku menggantikan sekertaris Brandon, hanya untuk hari ini saja, besok aku akan masuk kerja"

"Maaf tuan atas pertemuan pertama kita yang tidak menyenangkan"ucap James pada Brandon dengan senyuman yang menghiasi bibirnya dan mengacak pelan rambut Elena.

Brandon meninggalkan keduanya tanpa membalas ucapan James.

"Dia menyukai mu" Kata James membuat Elena mengernyitkan dahinya heran

"Siapa?"

"Brandon smith"hal itu tentu membuat Elena tertawa.

"Tidak mungkin, dia tidak suka pada ku bisa di bilang dia membenci ku"

"baguslah kalau begitu" ucap James lalu tersenyum penuh arti.

apakah itu artinya james menyukai ku? mengapa dia tersenyum seperti itu? batin Elena. senyum James membuat pipi putih Elena merona.

*****

Elena mendorong pintu kamar Brandon mengantarkan makan malam untuk pria itu.

"kau bahkan lebih panas dari tadi pagi"

Brandon sekilas menatap Elena yang baru saja menyentuh dahinya dan kembali memejamkan mata.

Elena meraih ponsel di kantong celananya lalu menelpon Bian, untungnya mereka memang sempat tukaran nomor di pesta itu.

"Halo Elle. ada apa?"

"Apa kau sibuk?" Tanyanya pelan.

"Tidak, ada apa?"

"kau di mana?"

"Masih di parkiran, tadinya aku ingin pulang tapi kau menelpon ada apa memangnya?"

"Aku butuh bantuan mu Bian Brandon sakit bolehkah kau ke rumah ku? demamnya sangat tinggi mungkin karna memaksakan dirinya tadi pagi" ucap Elena setelah berpikir cukup lama.

"Entahlah Elena, kau taukan Brandon tak terlalu menyukai kehadiran ku"

"Ayolah Bian, kali ini saja"

"oke-oke ini demi kau nona"

"baiklah, akan ku kirimkan alamat ku"

ucapnya lalu memutuskan sambungan telpon dan segera mengirim alamatnya

"Siapa?" Tanya Brandon saat Elena mendekatinya.

"Dokter"

"Telpon dia lagi dan katakan pulanglah dia tidak perlu ke sini"

"kau jangan keras kepala, kau di sini berbaring dengan lemah dan masih mengatakan tak butuh dokter"

"karna aku memang tidak membutuhkannya, keluarlah. Aku ingin tidur" Brandon memejamkan matanya mengabaikan Elena yang memaksanya.

Setelah setengah jam Bian kembali menelpon Elena mengatakan bahwa dia sudah di depan.

Brandon tetap kekeh tidak ingin di periksa, apalagi dokternya adalah Bian, namun pada akhirnya Brandon pun mengalah.

"Ini, pastikan dia meminumnya. dan perhatikan pola makannya jangan sampai dia lambat makan. karna tubuhnya sangat lemah dan pastikan besok dia tidak kemana-mana jika perlu kunci kamarnya"tutur Bian menyodorkan beberapa obat.

.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️

MONSTER UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang