Elena melotot mendengar penuturan pria itu serta jarak antara keduanya sangat dekat membuat jantung Elena berdetak dua kali lipat."Siapa kau"
Pria itu yang tak lain adalah Brandon langsung menajamkan matanya.
"Apa maksud mu Elena. Jangan bermain-main di sini, itu tidak lucu"
"Hei kakak, ku tegaskan padamu jangan dekat-dekat dengan ku"
Entah keberanian dari mana gadis itu langsung mendorong dada Brandon lalu berlari. Karna tidak melihat ke depan Elena tidak menyadari kedatangan Bian membuat Elena menabrak Bian dan terjatuh.
"Hei-hei ada apa? mengapa kau berlari. Kau baru pulih Elena mengapa kau berlari. Cepat kembali ke tempat tidur mu"
Bagaikan seorang ayah yang memarahi anaknya. Bian dengan tampang sangar sedangkan Elena yang mendapat bentakan menunduk lalu berjalan pelan ke tempat tidurnya.
"Dokter sebenarnya bukan aku yang salah, tapi dia"Elena menunjuk Brandon yang bersandar pada dinding.
"Jangan memanggilku dokter Elena, itu terlalu canggung panggil aku seperti biasanya"Bian berjalan mendekati Elena.
"Biasanya?" Tanya Elena heran.
"Memangnya aku selalu memanggil mu siapa? Apa sebelumya kita pernah kenalan?"
Bian tersentak lalu menatap Brandon heran. Sedangkan Brandon menatap lurus ke arah gadis itu.
"Ada apa ini? Apa kalian sedang berakting? Di mana kameranya?" Bian menengok ke kiri dan kanan. Lalu kembali menatap Brandon heran.
Seakan menyadari sesuatu Bian langsung membulatkan matanya. Dia membuka amplop yang sedari tadi ia genggam.
"Kau walinya kan? Kita harus membicarakan sesuatu"
Bian menatap Brandon sendu sedangkan Brandon yang sedari tadi memandangi Elena yang seakan akan terpesona oleh Bian mengalihkan tatapannya.
"Tunggu, dokter dia bukan wali ku. Orang tua ku akan segera kemari. Aku akan menelponnya. Mereka pasti khawatir. Dan kau pria aneh pergilah. Emm dokter bolehkah kau tinggal di sini menemani ku?"
Baik Brandon maupun Bian terkejut. Sepertinya gadis itu terpesona oleh Bian sangat jelas dari tatapan matanya.
Brandon keluar dari kamar Elena tanpa menghiraukan perkataan gadis itu di ikuti oleh Bian.
"Dia amnesia" ucap Bian memegang secarik kertas.
"Aku tau"
"Dan sepertinya dia menyukai ku"
"Aku juga tau"
Bian menghela napas
"Elena mengalami amnesia retrograde"
"Apa itu?"
"kehilangan ingatan yang lebih baru dan menyimpan ingatan lama, seperti memori masa kecil cenderung lebih di ingat oleh Elena"
"Pantas saja dia tidak mengenali ku"
"Dan melupakan perasaannya padamu" Bian terkekeh kecil di hadiahi tatapan tajam dari Brandon.
"Jangan ceritakan apapun tentang masa lalunya, jangan beritahu bahwa orang tuanya meninggal. Berita itu bisa membuatnya depresi dan syok secara bersamaan dan sudah pasti akan sangat berpengaruh bagi kesehatannya" jelas Bian.
"Kapan ia akan pulih?"
"Entahlah, kita serahkan kepada Tuhan semoga saja ingatan gadis itu cepat kembali pulih agar dia tak mengejar ku dan meninggalkan mu" ejek Bian yang berjalan meninggalkan Brandon.
Brandon kembali ke kamar Elena dan melihat gadis itu seperti mencari sesuatu.
"Apa kau melihat ponsel ku?" Tanya Elena saat menyadari Brandon bersamanya.
"Ponsel mu hilang saat kecelakaan, akan ku belikan nanti"
"Tidak perlu repot-repot Daddy yang akan membelikan untuk ku, ah sepertinya setelah koma aku merindukan orang tua ku"
Brandon menatap lekat gadis itu.
"Orang tua mu menitipkan mu pada ku, mereka ke Indonesia untuk perjalanan bisnis"
Kebohongan Brandon mendapat anggukan dari Elena.
Gadis itu tersenyum manis mengingat kenangan bersama kedua orang tuanya tapi tiba-tiba senyum itu pudar di gantikan raut wajah sedih.
"Ada apa?"
Tanya Brandon saat melihat perubahan ekspresi Elena.
"Tidak, aku hanya berpikir mengapa mommy dan Daddy tidak menjenguk ku bahkan berusaha menghubungi ku juga tidak. Biasanya mereka akan marah jika sedetikpun tidak mendengar kabar dari ku"
"Mereka baru terbang pagi ini, bukannya mereka tidak peduli lagi dengan mu tapi mereka benar-benar harus ke Indonesia. selama kau sakit merekalah yang menjaga mu bahkan Daddy mu tidak tidur semalaman saat menjaga mu"
Brandon berusaha menenangkan gadis itu dengan menciptakan kebohongan-kebohongan yang pasti suatu saat akan membuat gadisnya terpukul.
"Sebenarnya kau siapa? Kenapa kau tiba-tiba baik di hadapan ku? Apa kau sangat mengenal ku?"
" Ya aku mengenal mu. Dan bahkan sangat mengenal mu. Aku adalah seseorang yang menunggu mu bangun, aku adalah pria pengecut yang tidak berani mengatakan sesuatu yang harusnya aku katakan padamu dan aku yang bertanggung jawab akan diri mu." Brandon mengucapkan dengan suara yang lembut.
Bukan hanya arti dari kata-kata pria itu tapi juga ekspresi Brandon memancarkan kerinduan. Dan entah kenapa degup jantung Elena berdetak dua kali lebih cepat.
"Maksudnya" cicit gadis itu dengan wajah yang merona.
"Karna kau adalah ponakan ku, anak dari kakak ku"
Keduanya menatap satu sama lain. Dengan tatapan yang sulit di artikan.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER UNCLE
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA "Putuskan dia" Perintah Brandon membuat Emosi Elena benar-benar tak terkendali. "Apa urusannya dengan mu hah? Mengapa aku harus memutuskan seseorang yang memang sudah lama ku kagumi, kami berkencan" bentak Elena. Rahang Brandon m...