Semua berkas-berkas itu telah Brandon tanda tangani. Jam sudah menunjukkan angka 5, waktunya untuk pulang. Langkahnya terhenti saat melihat notifikasi handphone nya.
085165946xxx
Ke titik ini jika kau ingin jalang mu selamat.
Brandon mengabaikannya namun sekali lagi ponselnya berbunyi. Sebuah foto di kirimkan kepada Brandon. Dia mengamati wajah gadis itu. Rasanya familiar, setelah mengamatinya mata Brandon membulat. dia mengenali wajah gadis itu.
Brandon tau tempat itu, itu salah satu pabriknya pabrik minyak yang sudah tak terpakai yang berada di pinggir kota. Bahkan bisa di bilang lokasi pabrik itu berada di pinggir hutan.
*****
Setelah 6 jam tertidur akhirnya Elena membuka matanya."Kau sudah bangun rupanya"
mata Elena menyesuaikan cahaya remang-remang yang ada di ruangan itu, dua pria yang berada di hadapannya menatapnya lekat.
"Siapa kalian?"
Elena merasa badannya akan remuk, bahkan melepaskan ikatan di tangannya pun ia tak bisa karna tenaganya seperti terkuras habis.
"Aku yang harusnya bertanya kau siapa? Jalang kesayangan Brandon? Berapa yang Brandon bayarkan tubuh mu? Dua jam yang lalu aku menghubungi kekasih mu untuk ke sini menyelamatkan mu. Tapi sepertinya tidak akan ada yang menyelamatkan mu"
Pria botak itu mendekati Elena dan merobek bajunya memperlihatkan Bra hitam melekat pada tubuh indah Elena.
Eena meludahi wajah si botak itu.
Plak plak plak
Tiga tamparan mendarat di pipi mulus Elena membuat darah mengalir di sudut bibir wanita itu.
"Beraninya kau mel-"
"Hei pengecut keluar kau" Suara itu, suara Brandon.
Kedua pria yang berada di hadapan Elena telah melarikan diri entah kemana. Suara pintu tertutup terdengar keras membuat Brandon sadar ini sebuah jebakan untuk dirinya.
Ia mendekati Elena, matanya mengamati wajah Elena yang penuh dengan tanah dan darah.
"Apa kau baik-baik saja?"
Belum sempat Elena menjawab api sudah menjalar di dekat mereka.
"Shitt"
Brandon mengendong Elena menuju pintu, tapi pintu itu tertutup rapat sedangkan api sudah merambat kemana-mana.
Sebentar lagi pabrik itu akan meledak, Brandon berlari ke belakang. Dengan Elena masih dalam gendongannya hingga penglihatan Elena mulai menghitam dan akhirnya tidak sadarkan diri.
*****
Sebulan telah berlalu, keadaan Elena pun semakin hari semakin membaik. Elena sempat di rawat di rumah sakit selama seminggu.
Tapi satu hal yang membuat hati Elena tergores
Setelah kejadian itu, Brandon seakan-akan tidak menganggap Elena ada. Sikap dingin Brandon membuat Elena bertanya-tanya.Ada apa sebenarnya dengan Brandon,apakah Brandon menyesal telah menyelamatkannya?
"Nenek tau kau ada masalah ceritakan lah sayang"Bujuk Briana saat melihat Elena yang selalu murung.
"A-aku seharusnya mati, Brandon seharusnya tidak menolong ku. Aku harusnya terbakar di pabrik itu"
"Jangan begitu sayang, kau tidak salah apa-apa di sini kau juga korban. jangan berpikiran Brandon menyesal menolong mu. Itu tidak mungkin"
"Paman membenci ku Nenek. bahkan dia menatap ku dengan tatapan tajamnya yang membuat hati ku sakit"
Briana memeluk cucu satu-satunya, ia tau Elena sangat terpukul akan sikap Brandon yang berubah pada Elena.
****
"Jika kau ingin pisah maka bawa Brandon bersama mu"Teriak ibu Brandon, mengabaikan Brandon yang menangis di depan kamar.
"Apa maksud mu? Hah? Kenapa aku yang membawanya kenapa bukan kau?"
"Aku ingin bebas tanpa ada anak yang setiap saat merengek" jawab ibunya dan memasukkan baju-bajunya ke dalam koper besar.
"Jika dia mencintai mu dia akan menerima anak mu" terdengar suara Brandon yang ikut meninggi.
"Jangan bodoh jika dia menerima anak ku tetap saja aku tak mau membawa Brandon dia hanya menyusahkan ku, jika kau mau mengasuh anak itu maka kau saja, akupun menyesal melahirkannya"
Dan tamparan keras lagi untuk Brandon. Dari dulu dia memang tidak di inginkan, Brandon duduk di depan kamar dengan memeluk lutut ku.
"Hey bangun kita harus pergi, kemasi barang-barang mu aku tunggu 15 menit" ucap ibunya yang muncul di samping Brandon kemudian berlalu meninggalkannya.
"Baiklah ibu" ada secercah harapan di wajah anak itu.
Aku tidak akan dilantarkan aku tau itu, aku tidak akan di buang ibu ternyata masih menyayangi ku.
Aku berlari menuju kamar ku dan mengemasi pakaian ku."Apakah ini rumah kekasih ibu? Besar sekali dia pasti orang kaya"Tanyanya setelah sampai di sebuah rumah.
Terlihat seorang wanita dan pria berjalan menghampiri mereka. Pria itu menggendongnya dan wanita itu berbicara dengan ibu Brandon lalu membawanya masuk ke dalam rumah besar itu.
"Apa kau ingin mandi son?" tanya pria itu pada Brandon.
Brandon memang ingin mandi karna keringat entah mengapa membanjiri tubuhnya. Dia mengangguk menuju ku kamar mandi.
Setelah mandi pria itu memberi Brandon roti dan susu hangat.
"Makanlah sayang setelah itu tidurlah kemudian kau akan merasa baikan" dan lagi-lagi Brandon menurut, dia tertidur di kamar yang sangat luas
Sayup-sayup ia dengar percakapan seseorang di kamar itu.
"Malang sekali anak ini Dad" suara wanita itu sedikit bergetar.
"Sudahlah Mom dia anak yang baik bukan anak yang malang"ucap pria itu menenangkan.
"Ibunya sungguh kejam, meninggalkan anaknya demi segopok uang"
"Jangan beri tahu anak ini jika ibunya menjualnya nanti maupun kedepannya dia akan patah semangat jika megetahui kebenarannya. Bagaimana pun juga dia akan dewasa tapi tetap saja dia tidak boleh tau"
Siapa anak yang mereka maksud? Apakah aku? Tidak tidak itu tidak mungkin aku, ibu sangat mencintai ku bagaimana mungkin dia menjual ku. Aku mengucek mata ku dan perahan membuka mata dan melihat wanita itu tersenyum pada ku.
"Selamat datang di rumah mu sayang"
Brandon membuka matanya dengan napas terengah-engah. Mimpi buruk itu lagi.
Ia meraih air yang berada di nakas dan meminumnya.Bertahun-tahun dia tidak memimpikan orang tuanya. Orang tua kandungnya.
Ya, Brandon hanya anak angkat di keluarga Smith dan kenyataannya adalah dia di jual oleh ibunya.Brandon kembali tidur, berharap mimpi itu tidak akan kembali lagi.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER UNCLE
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA "Putuskan dia" Perintah Brandon membuat Emosi Elena benar-benar tak terkendali. "Apa urusannya dengan mu hah? Mengapa aku harus memutuskan seseorang yang memang sudah lama ku kagumi, kami berkencan" bentak Elena. Rahang Brandon m...