Brandon mendorong pintu kamar Elena, namun pintu itu terkunci.
"Kau ingin buka sendiri pintu ini atau aku yang akan membukanya?"
Sementara Elena di dalam kamar duduk di atas kasurnya. Tidak ada niat beranjak dari tempatnya.
Brandon tetap menggedor-gedor tapi Pintu dengan cat putih itu tetap tertutup rapat.
Nenek dan kakek? Mengapa tidak ada di antara mereka yang menghentikan anaknya itu.
Setelah beberapa saat, tidak ada lagi suara gedoran. Dengan langkah pelan Elena berjalan mendekati pintu, seketika pintu itu terbuka lebar dan menampilkan seorang pria tanpa baju berdiri di hadapan Elena.
"He-hei kenapa kau bisa membukanya?" Pekik Elena saat Brandon berjalan masuk dan mengunci kembali pintu kamar Elena.
"Sepertinya kau lupa nona, aku tinggal di rumah ini selama bertahun-tahun dan kau juga tak tau bahwa aku memiliki kunci cadangan setiap kamar" Brandon menyeringai bak iblis dan berjalan mendekati Elena.
"Hei jangan dekat-dekat, atau aku akan memanggil siapapun di luar agar tau kelakuan mu"
Bukannya merasa terancam Brandon malah tertawa sinis membuat Elena benar-benar emosi.
"Teriaklah Elena, tidak akan ada yang menolong mu. Dan kau harus tau, bahkan jika kita melakukan sex di kamar ini maupun di kamar ku orang-orang tidak akan mendengar mu. ruangan ini kedap suara, kau tau? Bahkan desahan mu hanya bisa di nikamati oleh ku tanpa ketahuan oleh orang lain"
Melihat ketakutan di wajah Elena menciptakan kesenangan tersendiri bagi Brandon.
"Kau pikir aku tertarik pada tubuh triplek mu?"
Setelah mengatakan itu, Brandon berjalan dengan santai meninggalkan yang menahan amarah.
Triplek? Bahkan tubuh ku lebih berisi dari pada jalang yang tadi ia tiduri.
*****
Setelah mandi Elena menyiapkan sarapan. Dan ternyata Briana dan Tommy pergi berlibur tanpa sepengetahuannya.
Elena mengetuk pintu kamar Brandon. sekali, dua kali hingga berulang-ulang namun tidakk ada jawaban.
Elena memberanikan diri untuk masuk.Bau mint langsung menyengat di indra penciumannya. Ia melangkahkan kakinya memasuki kamar itu, semuanya serba hitam.
Tidak ada siapa-siapa di dalam sana. Entah kemana perginya Brandon Elena tidak peduli.Elena hanya memokuskan pandangannya ke arah rak buku yang berjejeran. Seharusnya ia tidak melakukan ini. Brandon akan marah besar jika mengetahui Elena memasuki kamarnya. Tapi seolah-olah Elena melupakan kenyataan itu yang dia mau hanya buku berwarna merah muda yang berada di rak paling atas.
Elena melangkahkan kakinya tangan mungilnya menyentuh salah satu rak itu.
Elena tersentak ketika jemarinya menyentuhnya.
Itu bukan buku, itu dinding dengan tampilan 3 dimensi membuat seseorang yang melihatnya seakan melihat buku yang berjejeran di dalam rak.Bukan hanya itu, keterkejutan Elena bertambah saat melihat tembok itu terbuka dan menampilkan sebuah ruangan. Ruangan itu lebih menyeramkan di bandingkan kamar Brandon.
kaki Elena dengan bodohnya melangkah mendekati meja yang berada di tengah ruangan. Semacam meja kerja tanpa kursi. Elena menggerakan jemarinya di atas meja itu.
Mulut Elena membentuk O saat melihat sebuah pistol di kaki meja dan peluru yang berjejeran di meja itu.
Apa ini? Apa dia psikopat? Apa dia penjahat? Kenapa barang-barang terlarang ini ada di sini, di kamar Brandon bahkan di ruangan Pribadi Brandon.
"Apa kau tidak pernah mendengar pribahasa
Rasa ingin tau mu mengantar mu ke kematian mu sendiri?"Tiba-tiba suara maskulin itu menghentikan gerakan tangan Elena yang bergerak di atas meja, Elena terkejut bukan main hingga dengan bodohnya dia menyenggol bingkai foto seorang wanita. Tapi Elena tidak peduli siapa yang berada di foto itu.
Jantungnya benar-benar ingin copot di tempatnya. Brandon tiba-tiba bersuara membuat Elena seperti maling yang tertangkap basah.
Elena mengedarkan pandangannya dan matanya tertuju pada seseorang yang duduk di ujung ruangan gelap itu.
"Brandon?"
"Apa yang kau lakukan di sini?"Brandon mendekati Elena membuat gadis cantik itu meringsut menjauh.
"A-aku hanya ingin memanggil mu sarapan, dan kau tidak ada di kamar mu"
Terdengar jelas bahwa Elena ketakutan dari suaranya yang bergetar Brandon dapat memastikan Elena pasti sangat ketakutan.
"lalu apa yang kau lakukan di sana? Bahkan meraba-raba barang yang ada di meja itu? Apa kau dan James sekongkol? Ooo aku tau kau mata-matanya James"
"Jaga bicara mu Brandon, aku ke sini karna penasaran. Kalau kau tidak ingin makan tidak usah, aku juga tidak memaksa mu tapi jangan menyangkut pautkan dengan James"
teriak Elena meskipun ada ketakutan di matanya tetapi Elena tetap memberanikan diri melawan Brandon.
"Membela kekasih mu rupanya" ucap Brandon datar.
"Keluarlah aku kan menyusul"
Elena meninggalkan ruangan itu, ia heran kenapa Brandon selalu berpikiran negatif tentangnya.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER UNCLE
RomansFOLLOW SEBELUM BACA "Putuskan dia" Perintah Brandon membuat Emosi Elena benar-benar tak terkendali. "Apa urusannya dengan mu hah? Mengapa aku harus memutuskan seseorang yang memang sudah lama ku kagumi, kami berkencan" bentak Elena. Rahang Brandon m...