13.MONSTER UNCLE

12.7K 507 5
                                    

Elena berjalan ke kulkas dan mengambil segelas air dan meminumnya.

"Jangan"

Elena terkejut, teriakan Brandon benar-benar menggema membuat siapapun yang mendengarnya pasti khawatir.

Elena berlari ke kamar Brandon. Briana dan Tommy bergegas ke kamar Brandon tapi langkah keduanya terhenti saat melihat Elena lari terbirit-birit memasuki kamar Brandon.

"Biarkan Elena yang mengurus Brandon mereka butuh waktu" ucap Tommy yang di balas anggukan oleh Briana.

Di dalam kamar, Elena sibuk dengan sebaskom air dan sebuah handuk kecil. Brandon demam, tubuhnya sangat panas.

"Jangan Mom, aku ingin bersama mu" racau Brandon dalam tidurnya.

"Hei tenanglah, ada aku di sini" Bagaikan mantra Brandon benar tenang.

Elena dengan telaten merawat Brandon. Tiba-tiba tangan Brandon menggenggam tangannya menghentikan pergerakan wanita itu.

Elena ingin melepaskan genggaman tangan Brandon, bukannya terlepas tangan Brandon semakin menggenggamnya lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya.

Brandon membuka matanya perlahan, bau vanilla langsung menyengat di hidungnya, dia menunduk dan menemukan Elena di dalam pelukannya. Elena yang mencari kehangatan dari tubuh Brandon dan Brandon memeluk erat punggung Elena.

Tatapannya jatuh pada mata indah Elena yang terpejam, hidung mancung dan bibir mungil membuat Brandon menggila ketika membayangkan bibir itu.

Tanpa ia sadari wajahnya mendekat ke bibir Elena. Bibir gadis itu terlalu menggoda. Melihat ada pergerakan di mata Elena Brandon kembali ke posisi awalnya dan memejamkan mata pura-pura tidur.

Elena mengerjapkan matanya tidak percaya di hadapannya Brandon sedang terpejam memeluknya Erat dan kaki sialan Elena dengan tidak tau malu melilit di pinggang Brandon. Posisi mereka benar-benar intim.

Dengan pelan Elena melepaskan pelukan Brandon dan menyentuh dahi pria itu.

"Masih panas, kau harus minum obat nanti"Brandon tetap terpejam menikmati sentuhan Elena.

Pergerakan di samping Brandon dan tangan hangat di dahinya telah menghilang menandakan Elena akan pergi bersiap ke kantor.

*****

Brandon duduk di kursi kebesarannya, ya di ruangan gelap Brandon bukan, bukan hanya ruangan gelap tapi di ruangan rahasia pria itu. Dia duduk dengan kedua tangannya terlipat di depan dada dan tatapan tajam pada sebuah foto.

"Kemana kau sebenarnya? Hm? Aku belum menemukan mu. Sebanyak itukah uang mu hingga sampai saat ini aku belum mengetahui kabar mu?"

Suara Brandon terdengar tenang tapi wajahnya menunjukan kebencian.

Brandon mengalihkan tatapannya dari foto itu ketika mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dengan cepat Brandon keluar dari ruangan rahasianya dan menutupnya kembali kemudian membuka pintu.

"Saatnya makan malam son, jika kau belum bisa aku akan menyuruh pelayan mengantarkan makanan mu ke kamar mu saja"

Tommy tersenyum pada putranya kemudian di balas anggukan oleh Brandon kemudian Mereka menuruni tangga.

"Oh, ternyata kau di sini sayang, duduk di dekat Elena. Aku akan mengambil makanan kesukaan mu" ucap Briana yang di balas senyuman tipis oleh Brandon.

"Apa kau sudah baikan?"

"Kau buta?"Bentak Brandon membuat Elena memekik kaget.

"Aku hanya bertanya jika memang kau tidak mau menjawab tidak usah, jangan membentak" lirih Elena

Brandon tidak menggubris Elena ia berjalan meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya.

"Biar aku yang bicara dengannya" Tommy menyusul Brandon.

Lamunan Brandon buyar saat mendengar ketukan pelan di pintu kamarnya.

"Kau tidak lapar?"

"Aku tak nafsu Dad" jawab Brandon kemudian merebahkan badannya.

"Kau tak nafsu makan? Jika dengan Elena kau nafsukan?" Pertanyaan Tommy membuat Brandon terkejut.

"Jangan menyebut namanya Dad, aku serius"

"Kau serius menyukainya maksud mu?"Seringai muncul di bibir Tommy membuat mata Brandon benar-benar melotot.

"Apa Dad bercanda? Ayolah dad jika tidak penting lebih baik Dad keluar, Dad menganggu waktu istirahat ku"

"Aku tau kau menyukainya, jangan malu mengatakannya pada ku atau hanya saja kau belum merasakannya"

"Apa yang kau katakan Dad? Sebaiknya kau pergi"

"Kau tidak perlu menyembunyikan perasaan mu son. Kau melukai hati mu, juga melukai Elena. Jangan bersikap dingin padanya. Kau tau? Seseorang akan merasa kehilangan saat semuanya sudah terlambat. Sebaiknya kau pikirkan baik-baik bahkan cobalah bersahabat dengan perasaan mu" Tommy meninggalkan Brandon yang tercengang akan ucapannya.

*****

Seminggu telah berlalu, semuanya seperti seminggu sebelumnya. Brandon dengan sikap dinginnya terus saja mendiami Elena. Membuat gadis mungil itu terus saja merasa bersalah.

Malam ini Elena pulang terlambat, dengan langkah pelan ia berjalan ke kamarnya tapi suara aneh menjijikan itu memasuki gendang telinganya. Elena mengikuti suara aneh itu, tidak butuh waktu lama. Karna suara itu berasal dari kamar Brandon.

Elena dengan bodohnya membuka pintu kamar Brandon ingin memastikan apa yang terjadi di sana.

Seakan dada sebelah kiri Elena di tusuk dengan belati, lucunya ia tidak pernah tertusuk belati tapi seakan merasakannya.

"Kau menganggu ku, gadis bodoh" keluh Brandon saat melihat Elena di depan pintu. Brandon memakai celana boxernya tanpa malu, memperlihatkan kejantanannya pada Elena dan wanita yang bergeluh manja di depan sana.

"Ma-maafkan aku, aku akan pergi" Elena membalikan badan tapi suara berat Brandon menghentikannya.

"Tetaplah di situ, dan kau jalang pergilah aku tak membutuhkan mu lagi" Brandon melemparkan selembar kertas yang Elena yakini adalah cek.

wanita itu memakai pakaiannya kemudian meninggalkan Brandon dan Elena yang berdiri kikuk di depan kamar.

"Apa kau akan terus berdiri di situ, kau sudah menganggu kesenangan ku? Dan kau akan pergi tanpa tanggung jawab?"

Suara Brandon mengagetkan Elena. Setelah mencerna kata-kata Brandon tanda bahaya langsung muncul di hadapan Elena. Brandon kembali ingin membuka boxernya,dengan sigap Elena berlari ke kamarnya meninggalkan Brandon yang menyeringai kemudian menyusul Elena.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️

MONSTER UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang