Bibir Brandon bergerak kasar di atas bibir ranum Elena. gadis itu membulatkan matanya tidak bisa berpikir jernih.
Brandon melahap kasar bibir Elena, Elena mendorong dada Brandon. Tapi tenaganya tidak sekuat Brandon.
Elena mengerang, Brandon belum melepaskan pangutannya.
Hingga Ciuman Brandon melembut, tidak ada lagi ciuman kasar. Elena mendorong pelan wajah Brandon saat dirinya benar-benar membutuhkan oksigen.
Pangutan keduanya terlepas, Elena menghirup udara sebanyak banyaknya.
Brandon kembali menarik tengkuk Elena dan melumat bibir gadis itu. Tidak ingin memberi jeda pada ciumannya.
Brandon menggigit kecil bibir bawah Elena lidah lelaki itu langsung menerobos masuk ke dalam mulut Elena. Mengabsen satu persatu deretan gigi gadis itu.
Entah setan apa yang merasuki gadis mungil itu, dia melingkarkan tangannya ke leher Brandon dan membalas ciuman Brandon.
*****
"Hei ada apa kau berlari?" Teriak wanita paruh baya yang duduk di depan TV.
Elena menoleh dan tersenyum memeluk wanita paru baya itu.
"Nenek kapan kau kembali"
"kemarin tapi aku mampir di kediaman Luciver"
Elena menyergit, siapa yang Briana maksud.
"Kau tak tau? Jessica Luciver"
"O-oh, apa yang Nenek lakukan di sana? Mengapa tidak mengabari ku?"
"Tidak ada, kami hanya membicarakan tentang pertunangan paman mu dan Jessica"Jawaban Briana memberi sedikit goresan pada hati Elena.
"Aku Kan sudah bilang aku tidak akan tunangan dengan Jessica Mom"
Brandon tiba-tiba bersuara di belakang Elena.
Membuat kedua wanita itu menoleh."Kenapa? Bukannya kalian sama-sama suka? Sering bertemu dan bahkan kalian pernah jalan seharian"
"Tidak Mom, kami menyukai orang lain. Jessica punya pilihannya sendiri dan aku tentu saja juga punya pilihan sendiri"
Elena merona saat Brandon menatapnya.
Kenapa kau gugup bodoh? Bukan kau yang dia maksud.
Batin Elena menyadarkan.
"Kau sudah dewasa Brandon. Kau harusnya sudah memberi ku cucu bukannya terus-terusan menunda. Kau ingin menjadi kakek tua yang tidak mempunyai pasangan?"
"Aku tidak masalah dengan itu, banyak jalang yang menyerahkan dirinya padaku, aku akan bahagia bersama mereka Mom"
"Kau mema-"Ucapan Briana terhenti saat Elena pamit ke kamarnya.
"Kau menyukainya kan?" Tanya Briana mengedipkan sebelah matanya.
"Hahaha jangan gila Mom, dia tak cantik. Lebih cantik jalang ku"
"baiklah, aku akan menjodohkan Elena dengan anak Luciver" ucap Briana tenang.
"Siapa? James? Mom, kau tak boleh menjodohkan mereka berdua"
"Kenapa tidak, bukankah tidak ada hukum yang mengatakan menikahi sekertaris adalah perbuatan haram?"
"Bukan begitu Mom, tapi ah kau tidak mengerti"
*****
"Kau tidak mendengarkan ucapan ku rupanya"
Senyum miring tercetak pada bibir pria itu.
Sedangkan lawan bicaranya hanya menunduk takut."Kau tidak berhak mengatur ku kak"
Ya, mereka adalah Jessica dan James, saat ini mereka berada di apartemen James.
James menatap sinis Jessica dan mendekati adik tersayangnya.
"Kau tau? Aku tidak suka perintah ku kau abaikan, kau tau persis bukan?hukuman apa yang akan kau terima?"Desis James tepat di telinga kiri Jessica, membuat wanita itu merinding.
Bukan karna cara bicara James yang menakutkan, tapi makna yang tersirat di balik ucapannya. Hukuman? Jangan lagi, wanita itu tidak cukup kuat menahan hukuman yang di berikan James padanya.
"Apa mau mu brengsek? Aku benci, aku tidak suka melihat mu, enyah kau dari sini" teriaknya berusaha menahan air matanya.
"Ada apa dengan mu jessie? Kau membenci ku? Hahahahah aku tak peduli itu"
Jessica meraih ponselnya namun ponsel itu di rebut oleh James.
"Kau ingin menelpon si brengsek itu? Tidak akan ku biarkan"
"Kau yang Brengsek, Brandonlah satu-satunya orang yang mengerti aku"
Plak
Sebuah tamparan melayang di pipi mulus Jessica.
James melepaskan topengnya. Topeng yang ia pakai saat bersama orang lain, topeng yang ia gunakan saat bersama Elena. Canda dan senyum James, semuanya adalah topeng untuk menutupi sikapnya yang kejam.
....
Elena berjalan dari supermarket, karna memang supermarket itu tidak jauh dari kediamannya, lebih baik ia berjalan kaki.
Elena merasa terganggu, entah mengapa sepertinya seseorang sedang mengikutinya. Dia berjalan dengan cepat.
Hingga akhirnya sebuah tangan memegang bahu Elena."Kemana kau akan pergi malam-malam begini?"
Elena berbalik dan melebarkan matanya.
"Kau mengagetkan ku paman"
Brandon menaikan alisnya sebelah mendengar panggilan Elena yang terdengar cukup lucu di telinganya.
"Paman?" Ulang Brandon.
"K-kau harus tau batas. Kau pamam ku dan aku ponakan mu"
"Hmm, apakah ada paman yang mencium ponakannya"
"Tadi itu hanya kesalahan. Ya i-itu hanya kesalahan"
Saat ini pipi Elena benar-benar memerah seperti kepiting rebus.
"Oh kesalahan? Bahkan kau menikmatinya Elena, dan kesalahan yang kau maksud itu sudah dua kali kita lakukan" Brandon mengedipkan sebelah matanya membuat Elena benar-benar malu.
Elena melangkahkan kakinya meninggalkan Brandon, membuat pria itu terkekeh pelan tetapi hanya sesaat. Tawanya terhenti saat melihat penampilan Elena saat ini. baju kaos tipis yang menampakan warna Branya dengan sangat jelas kemudian kaos itu hampir menutupi Hotpants hitam yang Elena gunakan.
Rahang Brandon mengeras mengikuti Elena.
Elena terkesiap saat sebuah jaket menutupi kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Brandon.
Tanpa melihat pelakunya pun Elena tau, jaket ini milik pamannya. Karna bau parfum di jaket itu.Elena membalikan badannya ingin memarahi Brandon tapi terhenti saat melihat wajah Brandon yang terlihat marah.
Apa aku melakukan kesalahan?
Brandon mendekat kemudian berbisik di telinga Elena.
"Pakai, sebelum aku menelanjangi mu di sini, oh tidak. Bukan di sini, tapi di rumah. Aku tidak suka melihat pria-pria brengsek itu menatap tubuh wanita ku dengan tatapan lapar. Hanya aku yang boleh melakukannya"
Brandon tersenyum tipis kemudian meninggalkan Elena.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER UNCLE
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA "Putuskan dia" Perintah Brandon membuat Emosi Elena benar-benar tak terkendali. "Apa urusannya dengan mu hah? Mengapa aku harus memutuskan seseorang yang memang sudah lama ku kagumi, kami berkencan" bentak Elena. Rahang Brandon m...