23.MONSTER UNCLE

9.9K 402 8
                                    

"Aku harus pergi, aku ada operasi jam 4 tak apa kau ku tinggal sendiri?" Seru Bian pada Elena yang melamun.

Tidak mendapat jawaban Bian kembali memanggil Elena.

"Elle"Elena tersentak.

"Ada apa?" Tanyanya pelan

"Aku harus pergi, apakah tidak apa-apa jika aku meninggalkan mu? Atau kau perlu penjaga?" Elena tersenyum  menggeleng pelan.

"Aku bisa sendiri, pergilah"

Bian mengangguk kemudian meninggalkan Elena yang menatap Brandon.

Elena menggenggam tangan Brandon seolah-olah tangan itu yang menjadi perisai Brandon dari musuh-musuh di depannya.

"Apa aku memang tidak di takdirkan bersama mu?" Tanya Elena pada Brandon yang masih setia memejamkan matanya.

"Jika di ingat-ingat kau selalu menolong ku, bahkan kau mengorbankan nyawa mu demi aku. Kau tau? Kau adalah pria terbodoh yang pernah ku temui dan kau juga pria yang paling aku cintai. Dan bodohnya lagi nyatanya kau hanya menganggap ku ponakan" sambung Elena tertawa sumbang.

"Bertahanlah, jika kau terus saja berbaring di sini, siapa yang akan melindungi ku bodoh. Nenek telah membenci ku bahkan kakek tidam pernah muncul setelah aku meninggalkan Mansion keluarga kalian. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Mommy dan Daddy telah meninggalkan ku dan bahkan kau juga ingin meninggalkan ku"

Elena memejamkan matanya semakin mengenggam tangan Brandon.

"Ingatan mu sudah kembali?"

Elena tersentak saat suara serak Brandon menggema di gendang telinganya.Elena langsung membuka mata, tatapannya jatuh pada mata hitam Brandon.

Elena menangis.
"Brengsek, aku kira kau akan meninggal, aku pikir kau juga akan meninggalkan ku seperti Mommy dan Daddy" Brandon tersenyum kecut melihat tingkah gadis itu.

"Bisakah kau diam, kau pikir siapa yang membangunkan ku jika bukan suara mu yang nyaring itu?"

"Jangan banyak bergerak bodoh, kau belum pulih"

Protes Elena saat melihat Brandon yang terus saja bergerak.

"Aku tidak nyaman dengan posisi ini, cepat bantu aku sepertinya punggung ku akan karatan jika terus saja berbaring di sini"

"Kau pikir punggung mu besi?"

Dengan telaten Elena membantu Brandon duduk dengan bersandar di ujung ranjang king size itu.

Elena melangkahkan kakinya tapi tangannya tiba-tiba di tarik membuat gadis itu kembali duduk.

" Mau kemana?" Tanya Brandon dengan suara serak, jarak di antara keduanya sangat tipis. Bau vanilla menyengat di hidung Brandon sedangkan Elena membulatkan matanya gugup.

"A-aku ingi mengambil handuk basah untuk membersihkan badan mu" jelas Elena lalu melepaskan genggaman tangan Brandon tapi lagi-lagi pria itu mengenggam lengan Elena kemudian menariknya.

"Di sini saja"perintah pria itu.

"Aku harus ke kamar mandi paman"

"Berapa kali ku katakan jangan memanggil ku Uncel"
Desis Brandon.

Melihat Elena yang hanya menatapnya gugup membuat pria itu semakin gemas.

Di tariknya Elena membuat wajah gadis itu kembali berada di depannya.

"Aku merindukan mu" Brandon menarik tengkuk Elena lalu memejamkan matanya.

Namun ia tidak merasakan apa-apa. Brandon membuka matanya menatap Elena yang gugup.

"Apa aku masuk di waktu yang salah?" Suara tengil itu membuat Brandon mengalihkan tatapannya ke pintu hingga mengetahui mengapa gadisnya gugup.
Brandon menatap tajam pria yang juga sedang menatapnya dengan tatapan polos yang di buat-buat

Bian menatap keduanya dengan tatapan menggoda. Elena yang salah tingkah, sedangkan Brandon yang sedari mendengus kesal.

"Apa yang kalian lakukan?" Selidik Bian memunculkan rona di pipi gadis cantik itu.

"Apa yang kami lakukan itu bukan urusanmu"

"Wow, tenang man"

"Kenapa kau kembali? Bukankah tadi kau bilang akan ada operasi?" Ucap Brandon lagi-lagi dengan suara dinginnya.

"Aku menyuruh dokter lain menggantikan ku, karna aku pikir jika aku tinggal Elena akan kesepian"

"Tunggu dulu, kau tau aku ada operasi? Apa kau sudah sadar sedari tadi?" Selidik Bian, Elena yang penasaran juga menoleh pada Brandon menanti Jawaban pria itu. Brandon menganggukan kepalanya lalu menatap Elena.

"Ingatan mu sudah pulihkan?" Tanya Brandon.

Elena tersenyum mengangguk mengiyakan.

"Sejak kapan? Kenapa kau tidak mengatakan pada kami? Apa kau sudah mengingat ku?"

Kini Bianlah yang menghadiahi Elena dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Sejak insiden penculikan itu, setelah sadar kepala ku sangat pusing"

"Tapi kenapa kau tidak mengatakan pada kami?" Tanya Bian lagi.

"Apakah itu penting? Kau keluarlah, kau menganggu saja"

Bian memutar bola matanya melipat kedua tangannya di depan dada

"Kau mengusir ku? Hei, aku dokter di sini dan aku yang punya rumah sakit ini. Kau tidak berhak mengusir ku tuan" oceh Bian, diam-diam Elena tersenyum melihat keduanya.

"Sejak kapan kalian bertiga berteman?"

Brandon yang mendengar pertanyaan Elena memutar bola matanya.
"Aku tidak pernah berteman dengan mereka"

Bian terkekeh kemudian menatap Elena.
"Kami tidak berteman Elena, hanya saja aku ingin mencuri hatinya untuk mendapatkan restu dengan mu"

Elena terbahak dengan penuturan Bian sedangkan Brandon langsung menatap tajam pria berjas putih itu.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️♥️

MONSTER UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang