"Apa kau serius tidak akan pindah ke rumah Mommy?"Elena yang tadinya ingin keluar dari mobil mengurungkan niatnya kembali menatap Brandon.
"Tidak, aku nyaman di sini"
"Kau tidak kasihan pada Mommy"
"Aku kasihan, tapi aku-"
"Jangan memikirkan alasan yang bodoh"
Sela Brandon."Bagaimana jika pembunuh Mommy mu datang dan mengincar mu? Mengingat keadaan kontrakan mu yang seperti ini sangat mudah dia terobos. Apakah kau ingin mati muda? Jika di rumah Mommy kau aman"
"Bagaimana?" Tanyanya lagi setelah tak mendapat jawaban dari Elena.
"Akan aku pikir-pikir, baiklah selamat malam" pamit Elena sebelum keluar dari mobil hitam milik Brandon.
***
"Aku mendapatkan sebuah informasi" ucap pria pada seorang wanita yang memakai pakaian serba hitam
Pria itu menyerahkan selembar foto, di sana terlihat Brandon dan Elena berada di dalam mobil dan keluar mansion bersama.
"Siapa gadis ini?" Tanya wanita yang masih memandangi lekat-lekat foto Elena.
"Dia Elena"
"Menurut mu ini informasi? Aku tidak membutuhkannya, buang jauh-jauh foto ini"
"Kau akan menyesal jika mengetahui kebenarannya"
"Dia anak Lucas" sambungnya membuat lawan bicaranya tersentak.
"Bagaimana bisa mereka bersama?" Tanya wanita itu dengan suara yang menyeramkan.
"Briana mempunyai anak perempuan yaitu Cintia. Setelah kau membunuh keluarganya, Elena langsung di ambil alih oleh Nenek kandungnya"
Pria berdasi hitam itu menjelaskan dengan suara yang masih datar.
Terdengar suara tawa yang menggema di ruangan gelap itu, hingga sang pria menyergit bingung.
"Bagus bagus sekali menembak dua sekaligus yang terluka" Ucap wanita itu misterius.
***
Elena datang lebih awal pagi ini karna memang setiap pagi ia dengan giat belajar membuat latte art. Alasan sebenarnya ia ingin menunggu James.
Elena meletakkan tas Selempang nya di atas dapur, sayup-sayup ia dengar langkah kaki berjalan menuruni tangga.
Apakah James bermalam di sini?
Tapi high heels merah itu menjelaskan bahwa pemiliknya adalah wanita.
"Hai" sapa wanita itu.
"Ah, hai" jawab Elena kikuk.
Dia cantik.
"Apakah kau pekerja baru?" Wanita itu berjalan mendekati Elena.
"Tidak aku sudah bekerja di sini selama 3 bulan"Wanita itu menatap Elena lama lalu mengangguk mengiyakan.
"Baiklah aku pergi dulu" Pamitnya dan berlalu meninggalkan Elena yang bertanya tanya siapa wanita itu.
Dia tidak seperti jalang, tapi kenapa dia berada di sini pagi-pagi?
"Apa kau tak sadar? Bahwa latte art buatan mu akan sangat terlihat buruk karna kau melamun saat membuatnya"James muncul di belakang Elena membuat gadis kecil itu kaget.
"Apa yang kau pikirkan, Hm?" James yang bersandar di meja memperhatikan Elena yang terlihat bingung.
"Tidak ada, Kau bermalam di sini?"
"Ya, semalam kepala ku sangat pusing aku tak bisa menyetir" jawabJames lalu mengambil alih Latte art di tangan Elena.
"Kau pusing? Kenapa tidak menelpon ku?"
Memangnya kau siapa? Semprot dewi batin Elena.
"Aku tak ingin merepotkan mu, aku menelpon Jessica untuk merawat ku semalam"
"Siapa Jesicca?" Tanyanya dengan nada menyelidik.
"Kau banyak tanya nona"
Elena hanya mengangguk mendengar jawaban James Dia mengerti mungkin yang James maksud adalah wanita tadi.
***
"Kau lama sekali" Elena kaget menyadari seseorang telah berdiri tegak di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Ia heran, jam sudah menunjukan pukul 23:47.
Ini sangat larut mengapa Brandon ada di depan tempat kerjanya?"Mommy menyuruh ku menjemput mu"
"Kemana?"
"Ke apartemen ku"
"Aku tidak mau" Elena spontan menyilang kan ke dua tangannya di depan dada.
"kenapa tidak? Di sana sepi tidak ada yang melihat kita"Elena meringsut menjauh mendengar ucapan ambigu Brandon sedetik setelahnya tawa Brandon menggema Elena semakin kesal melihatnya.
"Kau, aku tidak akan menyentuh mu bodoh" ucap Brandon yang melajukan mobilnya.
Sesampainya di depan kontrakan Elena, Brandon mengekor saat Elena keluar dari mobil.
"Mau apa? Katanya tidak tertarik dengan ku?
"Aku akan membantu mengemasi barang mu"
"Aku tidak ingin pindah"
"Ini perintah Mommy"tegasnya.
Bohong semua itu idenya, sebenarnya Briana tidak keberatan jika Elena tinggal di kontrakan nya. Tapi Brandon menakut nakuti wanita tua itu
bagaimana jika pembunuhnya kembali
kata-kata itu mampu menakuti Briana dan sekarang dia juga harus tinggal di rumah itu padahal maksudnya hanya ingin Elena pindah agar aman tapi sekarang Mommynya juga memaksa Brandon tinggal di sana agar ada yang menjaga Elena.
Dengan paksaan Brandon dan segala ancaman pria itu, akhirnya Elena berakhir di kediaman keluarga Smith
Elena tak bisa tidur, entah apa yang gadis itu pikirkan.
Dia berjalan keluar kamar menuju dapur dan segera membuat coklat panas. Setelah selesai Elena berjalan menuju sofa yang berada di depan Tv.
Karna terlalu fokus pada coklat panasnya, ia tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya."Kenapa kau belum tidur"
Elena terkejut suara Brandon tiba-tiba terdengar di ruangan gelap itu.
"Sejak kapan kau berada di situ ?" Bukannya menjawab Elena balik bertanya.
"30 menit sebelum mu"
Brandon memindahkan bokongnya dari sofa yang dia duduki menuju sofa yang sama di duduki oleh Elena. Kemudian tanpa perintah Brandon mengambil gelas di tangan Elena.
"Manis" kata Brandon, yang baru saja meminum coklat panas Elena.
"Kenapa kau meminumnya" pekik Elena.
"Aku hanya penasaran" jawabnya enteng lalu meninggalkan Elena.
Coklatnya memang masih tersisa, masih ada setengah gelas tapi Elena bingung harus meminumnya atau meninggalkannya karna pamannya tiba-tiba mengambil coklat panasnya dan meminumnya, tidak sadarkah bahwa meminum dalam gelas yang sama bisa di sebut ciuman tidak langsung?
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote dan spam komen ✨♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER UNCLE
Roman d'amourFOLLOW SEBELUM BACA "Putuskan dia" Perintah Brandon membuat Emosi Elena benar-benar tak terkendali. "Apa urusannya dengan mu hah? Mengapa aku harus memutuskan seseorang yang memang sudah lama ku kagumi, kami berkencan" bentak Elena. Rahang Brandon m...