Selamat membaca! ^^
"smile, whatever happens, keep smiling. If you do that, the world will surrender to you"
**_______________________________**
"Ingat, Will. Apapun yang terjadi, kau harus tetap tersenyum."
"Tapi saat ini aku sedang marah! Kenapa aku harus tersenyum? Itu menyebalkan!"
Wanita itu tersenyum sedih.
"Karena itulah kau harus tersenyum. Seorang pangeran tidak boleh memperlihatkan emosi yang berlebihan."
William menunduk, tangan kecilnya menggenggam erat gaun ibunya.
"Tapi jika aku sedang sedih, apa aku harus tersenyum? Rasanya menyakitkan."
Wanita itu merengkuh kepala anaknya, "Willieku sayang, ibu mengerti perasaanmu. Tapi bagaimana pun itu, kita harus menyembunyikannya dengan senyuman. Saat marah, sedih, kesal, sakit, senang, semuanya harus dijalani dengan senyuman." ucapnya sambil tersenyum lembut.
"Tapi itu sulit..."
"Kau akan terbiasa seiring berjalannya waktu. Kau harus menjadi pangeran yang baik dimata seluruh orang di negeri ini. Dengan begitu, mereka akan mencintai dan menghormatimu sepenuh hati."
William kini balas mendekap ibunya.
"Willie akan berusaha!"
Ibunya tersenyum haru ketika William mengucapkan kalimat itu. Ia mengelus lembut kepala anak lelaki satu-satunya.
"Itu baru Willieku."
Pelukan itu terasa hangat dan nyaman sampai membuat William ingin terus berada di dalamnya.
SRAKK
Suara gorden yang dibuka bersamaan dengan sinar matahari yang masuk menembus jendela membuat William terbangun dari mimpi indahnya.
"Pangeran, sekarang sudah waktunya sarapan."
Seorang pelayan segera pergi keluar ruangan setelah membuka jendela kamarnya.
Ia segera bersiap-siap untuk pergi ke ruang makan. Setelah sarapan, William di sibukkan dengan berbagai macam aktivitas kerajaan. Mulai dari belajar, mengerjakan beberapa dokumen kerajaan, latihan berkuda dan pedang, serta berbagai macam kegiatan lainnya.
Sudah bertahun-tahun ia melakukan semua kegiatan itu secara rutin. Ada kalanya ia merasa jenuh dan ingin berhenti melakukan semua kegiatan melelahkan tersebut.
Saat ini ia sedang menjamu tamu dari kerajaan lain dalam rangka menjaga perdamaian antar kerajaan di acara minum teh bersama.
"Hei, William. Bagaimana kabarmu selama ini?" seorang pangeran dari kerajaan seberang merangkul pundaknya.
"Baik," jawabnya singkat sambil tersenyum.
"Ohh, tetap tampan seperti biasanya, ya." sahut pangeran lain.
Willian hanya tertawa pelan mendengarnya.
"Pangeran Will, apa anda sudah mencoba teh dari kebun terbaru di kerajaanku? Anda harus mencobanya!" sahut seorang putri.
"Pangeran! Kali ini aku juga membawakan hadiah untukmu. Ini adalah permata yang hanya dapat ditemukan di istanaku."
"William, kapan kau akan mengajakku pergi jalan-jalan bersama lagi? Aku selalu menunggu, loh."
"Apa? Kalian pergi jalan-jalan bersama? Saya akan sangat senang jika anda mengajak saya juga."
"Tidak boleh, kali ini giliranku yang pergi bersama pangeran. Kalian harus bersabar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Fall In Love With You In Ten Days?
Teen FictionKatherine yang awalnya diperlakukan seperti boneka hidup kini terpaksa hidup mandiri supaya bisa masuk ke dalam Royale High, sebuah "sekolah" bagi pangeran dan putri dari setiap kerajaan yang ada selama sepuluh hari. Sesampainya disana, ia bertemu d...