Chapter 34

26 4 4
                                    

Selamat membaca!^^

**_____________________________**

"Ah, tunggu."

"Ada apa, Tuan Putri?"

"Jika diberi dua pilihan, kau lebih memilih menghabiskan sisa waktumu bersama seseorang yang baru kau kenal dalam sepuluh hari atau dengan seseorang yang sudah kau kenal selama berbulan-bulan?"

Pelayan itu nampak menimbang-nimbang sementara. "Saya memilih pilihan kedua." ucapnya pelan, "Jika saya baru mengenalnya selama sepuluh hari, masih ada banyak sifat milik orang itu yang belum saya ketahui. Saya jadi khawatir jika harus menghabiskan sisa waktu saya bersama dengan seseorang yang belum saya kenal baik."

"... Baik, terima kasih atas jawabanmu. Kau boleh pergi."

Pelayan itu menunduk hormat dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Katherine menghela napas, ia kembali berjalan bersama dengan Daisy menuju perpustakaan.

"Itu pertanyaan ke sebelas yang Tuan Putri tanyakan pada setiap orang yang lewat." sahut Daisy yang berjalan dibelakangnya.

"Dan mereka semua memiliki jawaban yang sama, jadi ... pilihanku sudah benar, kan? Tapi kenapa aku masih merasa tidak yakin?" Untuk kesekian kalinya, Katherine kembali menghela napas. "Daisy, aku harus bagaimana?"

Melihat putri yang dilayaninya merasa gelisah, Daisy segera menghalangi jalan Katherine.

"Daripada membaca buku, Anda lebih baik menjernihkan pikiran dan kembali mempertimbangkan dua pilihan itu sampai Anda merasa yakin."

"Tidak, aku ingin melupakan masalah ini sejenak dengan membaca buku sampai sore." sahutnya seraya berjalan melewati Daisy yang berdiri di hadapannya.

"Ah, itu juga ide bagus. Kalau begitu, saya akan menyiapkan kudapan untuk menemani Anda di perpustakaan."

"Baiklah."

Daisy berjalan menuju arah yang berlawanan. Sesampainya di perpustakaan, Katherine segera pergi menuju rak buku paling ujung dan mengambil asal buku yang dilihatnya. Setelah itu ia segera menghampiri sebuah jendela dan duduk di kursi yang letaknya sedikit tersembunyi. Pojok ruangan serta meja yang menempel dengan jendela itulah yang menjadi tempat favoritnya untuk menenggelamkan diri dalam buku-buku yang dibawanya.

Terik matahari di siang hari menyinarinya dari jendela yang tertutup. Lampu di perpustakaan yang tidak dinyalakan membuatnya terlihat seperti siluet. Alih-alih membaca buku, ia justru menyandarkan kepalanya di atas meja dan mengerang.

"Uhhh, kenapa memilih itu sangat sulit?! Aku tidak ingin melukai salah satu dari mereka. Apa aku tidak bisa memilih keduanya saja?"

Ia segera mengangkat kepalanya dari meja setelah berbicara dan membenahi rambutnya yang berantakan.

"Astaga, apa yang baru saja kukatakan? Sepertinya aku mulai gila."

Letak perpustakaan itu ada di lantai satu. Jendela di hadapannya tepat berhadapan dengan taman bagian barat istana. Akhirnya, katherine membuka jendela supaya angin segar dapat masuk ke dalam. Setelah itu ia kembali menyandarkan kepalanya di meja.

'Padahal aku berniat untuk melupakan masalah ini sebentar, tapi setelah datang ke sini aku justru semakin memikirkannya.'

Ia menjadikan sebuah buku yang terbuka sebagai bantal dan memejamkan mata dengan posisi membelakangi jendela. Angin sepoi-sepoi yang masuk membuat beberapa helai rambutnya bergerak. Rasa hangat dan nyaman itu membuatnya mengantuk. Ketika hampir tenggelam dalam mimpi, ia merasakan sebuah tangan mengusap rambutnya dengan lembut dari arah jendela.

Can I Fall In Love With You In Ten Days?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang