Selamat membaca!^^
**___________________________**
"Wah, kau semakin berkembang. Latihan kali ini kau tidak menginjak kakiku sama sekali, hebat!" ucap Rayne dengan menggebu-gebu.
Bukannya tersanjung, aku justru merasa kesal dengan ucapannya, "Dari awal aku hanya pernah menginjak kakimu dua kali, itu pun aku sengaja lantaran kesal padamu karena kau menyebalkan. Latihan hari ini kau tidak bertingkah menyebalkan, jadi aku tidak menginjak kakimu." ucapku sambil membuang muka darinya.
Rayne justru tersenyum alih-alih terpancing dengan ucapanku, "Itu tandanya aku sudah berubah menjadi lebih baik, bukan?"
Aku menghela napas lelah dan menurunkan tanganku dari pundak kirinya ketika lagu dansa telah berakhir, "Kuharap di hari tes besok, kau tidak bertingkah menyebalkan supaya aku tidak menginjak kakimu. Itu hanya akan mengurangi poin kita berdua."
Mendengar ancamanku, Rayne justru tertawa dan mengikutiku yang berjalan menuju kursi terdekat, "Kau tidak percaya, ya, kalau sekarang aku sudah berubah menjadi lebih baik? Aku tidak akan membuatmu kesal besok."
"Satu-satunya bakat yang menonjol darimu itu adalah membuat orang lain kesal. Dan aku adalah korban yang paling sering merasakannya."
Hah, berbicara dengan pangeran ini membuat tata kramaku menguap begitu saja. Sejak awal dia tidak berbicara dengan formal sebagaimana pangeran lainnya berbicara kepada seorang putri. Mau tak mau aku ikut berbicara informal dengannya. Aku juga tidak perlu repot-repot memoles perkataanku agar enak di dengar jika sedang berbicara dengannya. Lagipula dia juga orang yang blak-blakan.
"Kath, kau mau pergi kemana?" tanya Rayne panik saat melihatku melangkahkan kaki menuju pintu keluar bersama dengan putri lainnya.
"Tentu saja kembali ke kamar. Latihannya kan sudah selesai." jawabku bingung.
"A-ah ... Benar juga, ya?" Rayne terlihat salah tingkah saat mendengar jawabanku, "...Ayo latihan sekali lagi!"
Aku mengerutkan dahiku begitu mendengar ajakannya, "Kenapa?"
"Itu ... em ... Supaya kita bisa mendapatkan poin sempurna saat tes besok."
Tadi itu ia sedang mencari alasan, ya? Kalau memang ingin mengajakku berlatih lagi, seharusnya ia mengatakan itu sedari tadi tanpa perlu berpikir panjang, kecuali jika ia punya maksud lain. Lagipula aku juga tidak punya alasan untuk menolak ajakannya.
"Baiklah."
Akhirnya, hanya tersisa kami berdua di ruang latihan ini karena pangeran serta putri lain sudah keluar sedari tadi. Kami berlatih dansa sambil membicarakan banyak hal. Yah, kuakui menghabiskan waktu dengannya itu cukup menyenangkan. Ia menceritakan mengenai keadaan di kerajaannya tanpa kuminta. Ia juga menceritakan tentang kakak perempuannya yang selalu membelanya ketika ia membuat masalah di istana. Sesekali aku tertawa ketika ia menceritakan kejadian konyol yang di alaminya.
Sekali lagi aku mengingatkan diriku bahwa berteman dengannya tidak seburuk dugaanku. Sifatnya memang terkadang menyebalkan dan sembrono, tetapi semakin aku mengenalnya, semakin banyak pula kebaikan yang kulihat dari dirinya. Kurasa orang-orang hanya memandangnya dari luar, mereka tidak tahu seperti apa sifat aslinya dan menjauhinya begitu saja karena tidak ingin berurusan dengan orang menyebalkan sepertinya. Yah, kerajaan Driasthe memang terpandang di kalangan kerajaan lain, itu juga menjadi salah satu penyebab mengapa beberapa diantara mereka menghindarinya agar tidak terlibat masalah dengan kerajaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Fall In Love With You In Ten Days?
Teen FictionKatherine yang awalnya diperlakukan seperti boneka hidup kini terpaksa hidup mandiri supaya bisa masuk ke dalam Royale High, sebuah "sekolah" bagi pangeran dan putri dari setiap kerajaan yang ada selama sepuluh hari. Sesampainya disana, ia bertemu d...