Selamat membaca!^^
**________________________**
"Putri, lihat, di sini ada seekor kucing."
"Wah, Pangeran Xander benar."
Tiga minggu sudah berlalu sejak Pangeran Xander tinggal di kerajaan ini dan dalam kurun waktu tersebut, kami menjadi cukup dekat. Setelah mengenalnya, kesan pertamaku terhadapnya berubah. Dulu kukira ia orang yang pendiam dan misterius, rupanya Pangeran Xander adalah orang yang sangat baik dan perhatian.
"Apa putri mau mencoba mengelusnya?" tawar Pangeran Xander kepadaku yang hanya memperhatikannya dari belakang.
Aku mengangguk dan berjongkok di sebelahnya. Gaun yang kupakai hari ini hanya beberapa senti di bawah lutut sehingga tidak terkena tanah saat aku berjongkok. Aku mengulurkan tangan dan mengusap kepala kucing itu.
"Lucunya, sudah lama aku tidak melihat kucing di sekitar istana." ucapku sambil tersenyum.
Beberapa helai rambutku yang panjang jatuh menutupi pandanganku saat aku menunduk. Tiba-tiba aku merasakan tangannya menyentuh rambutku yang menutupi wajah dan menyisipkannya ke belakang telingaku. Aku sedikit terkejut karenanya. Perhatiannya yang berlebih terkadang membuatku merasa terbebani.
Aku bergerak sedikit ke depan karena tidak ingin Pangeran Alexander melihat wajahku yang bersemu akibat perbuatannya yang penuh perhatian itu. Namun, tanpa sadar aku tidak sengaja menginjak ekor kucing tersebut. Kucing itu pun mengeong keras dan menyakar tanganku yang sedang mengelus punggungnya.
"Ah!"
Aku jatuh terduduk karena terkejut. Saat kulihat tangan kananku, nampaklah cairan berwarna merah kental yang mengalir dari luka. Sepertinya kucing tadi sangat kesakitan sehingga menyakarku sedalam ini. Aku jadi merasa bersalah pada hewan lucu itu.
"Kath, apa kau baik-baik saja?" Tanya Pangeran Xander khawatir.
Ia segera meraih tangan kananku dan mengelap darah yang mengalir menggunakan sapu tangan. Dari wajahnya, kentara sekali ia merasa cemas.
Setelah mendengar keributan tadi, beberapa pelayan segera menghampiri kami. Pangeran Xander segera memerintahkan mereka untuk memanggil perawat. Sambil menunggu, kami pun pindah ke bangku taman.
Pangeran Xander terus mengelap tanganku sampai darahnya tak lagi terlihat. Ia mengusap punggung tanganku lembut dengan wajah yang dipenuhi penyesalan. Kalau seperti ini, justru jadi aku yang merasa bersalah. Padahal ini bukan salahnya, tetapi ia malah menyalahkan diri sendiri karenaku.
"Maaf...," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari tanganku yang terluka.
"Pangeran, aku baik-baik saja. Pangeran tidak perlu meminta maaf."
Tatapan matanya yang sayu membuatku ingin menghiburnya supaya ia tidak lagi menyalahkan diri sendiri. Dia memperlakukanku dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Hal itu hanya membuatku semakin merasa bersalah karena tidak bisa membalas perasaannya.
"Ah, bukannya hari ini Putri Alexa berangkat menuju kemari?" tanyaku sebagai upaya untuk mengalihkan topik.
Tangannya yang terus mengusap punggung tanganku berhenti bergerak, "Benar, mungkin ia akan sampai sekitar lima atau enam hari lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Fall In Love With You In Ten Days?
Teen FictionKatherine yang awalnya diperlakukan seperti boneka hidup kini terpaksa hidup mandiri supaya bisa masuk ke dalam Royale High, sebuah "sekolah" bagi pangeran dan putri dari setiap kerajaan yang ada selama sepuluh hari. Sesampainya disana, ia bertemu d...