Ch.14"Day 7"

55 14 3
                                    

Selamat membaca!^^

**_________________________**

"Kath?! Syukurlah kau sudah bangun."

Gwen memelukku saat aku baru saja membuka mata. Aku balas memeluknya sambil menarik napas dalam-dalam. Hah, sekarang tubuhku terasa jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Aku melihat ke sekitar dan menyadari bahwa ruangan ini adalah kamarku sendiri. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi, sudah saatnya pelajaran etika dimulai.

"Hal apa saja yang sudah kulewatkan selama aku tak sadarkan diri? Lalu kenapa kau tidak pergi ke kelas? Ini sudah jam tujuh." tanyaku sambil melepas pelukannya. Aku memperbaiki posisi duduk dan mengambil segelas air yang ada di nakas.

"Setelah insiden yang menimpamu, Carol, Henny, dan Alisha di keluarkan dari tempat ini. Poin mereka dicabut seketika dan dianggap mengundurkan diri dari sini. Karena ada banyak hal yang harus diurus dengan tiga negara asal masing-masing putri tersebut, pihak Royale Palace memundurkan jadwal. Kelas baru akan dimulai pukul sembilan. Lalu ada kompensasi untukmu, mereka menambah jumlah poinmu sebagai permohonan maaf. Sekarang kau ada di peringkat lima."

"Eh? Yang seperti itu diperbolehkan, ya?" tanyaku terkejut. Aku bahkan tidak perlu bersusah payah untuk tetap berada di peringkat sepuluh besar.

Gwen mengangguk dan berjalan menuju pintu. "Sekarang istirahatlah sebentar lagi, aku akan memanggil William dan Rayne." ucapnya sambil tersenyum jahil.

"Apa?! Kenapa?"

"Dua pangeran itu tidak tidur sejak semalam setelah mengetahui kondisimu. Rayne bahkan hampir menonjok Alisha semalam. Sudah kuduga dia juga memiliki perasaan untukmu." Gwen mengedipkan sebelah matanya dan pergi keluar pintu.

Uhh, aku tidak ingin bertemu dengan mereka berdua. Penampilanku berantakan dan aku merasa malu dengan wajah lebam ini. Aku segera pergi ke meja rias untuk sedikit merapikan diri. Belum sempat mengoles sedikit bedak lagi untuk menutupi lebam, seseorang membuka kamarku.

"Apa yang kau lakukan di sana? Jangan banyak bergerak, kau harus beristirahat agar cepat pulih." William menghampiriku secepat kilat dengan wajah khawatir. Ia memegang kedua pundakku dan menggiringku kembali menuju kasur.

"A-aku sudah merasa lebih baik."

"Tapi tetap saja kau harus beristirahat lebih banyak." Rayne muncul tiba-tiba dari pintu dan masuk ke dalam.

Mereka berdua duduk di sisi yang berlawanan dari kasurku dan saling bertatapan. Entah hanya perasaanku saja atau mereka memang terlihat tidak menyukai satu sama lain. William lah yang pertama memutuskan kontak mata itu dan mengalihkan perhatiannya padaku.

"Bagaimana kondisimu? Apa masih ada yang terasa sakit?" tanyanya sambil tersenyum hangat.

Aku diam untuk merasakan kondisi tubuhku. "Sudah tidak terasa sakit, namun lebamnya masih ada."

"Olesi dengan obat ini dengan rutin supaya bekasnya cepat menghilang. Lalu ini," William menyerahkan tabung kaca kecil berisi obat oles dan sebuah surat dengan lambang kerajaanku tertera di depannya, "Ada surat dari kerajaanmu."

Aku membuka surat tersebut dan terkejut ketika membaca nama pengirim yang tertera. "Ini surat dari Ayahanda."

Begitu aku berkata demikian, mereka berdua ikut mencondongkan badan untuk membaca surat. Aku tidak keberatan, jadi kubiarkan saja mereka ikut membaca. Surat tersebut berisi tentang menanyakan kabarku dan menyampaikan keadaan di istana selama aku pergi. Ayahanda bilang ia sedang merombak ulang istana yang kutinggali untuk menyambutku ketika aku pulang nanti. Beliau juga berkata akan menuruti segala keinginanku jika aku berhasil mendapatkan gelar Perfectus. Lalu ada sedikit hal yang menyinggung tentang perjodohan. Ayahanda bilang ia akan segera mencari kandidat yang cocok untukku.

Can I Fall In Love With You In Ten Days?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang