Ch.4 "Day-1"

52 13 0
                                    

Selamat membaca! ^^

"I believe in fate, because without it, we will never meet"

**________________________________**

Setelah acara makan malam selesai, semua putri dan pangeran kembali ke kamar masing-masing.

Aku masuk ke dalam kamarku, nampaknya teman sekamarku belum datang. Yah, aku harap Aku mendapatkan teman sekamar yang baik seperti ucapan Gwen.

Aku masuk ke kamarku dan berbaring di kasur. Hari ini rasanya jauh lebih melelahkan dibandingkan dengan hari-hariku di istana. Aku berinteraksi dengan banyak orang dan merasa lelah setelahnya. Apa karena aku tidak terbiasa, ya?

Bagaimanapun aku harus segera membiasakan diri. Aku bangun dari posisi tidurku dan segera berganti baju. Aduh, kenapa disaat seperti ini aku merasa ingin buang air kecil? Sayang sekali tidak ada kamar mandi di dalam ruangan ini. Kamar mandi hanya terdapat di ujung lorong disetiap lantai, Gwen bilang seperti itu padaku.

Aku pergi keluar kamarku dan pergi ke toilet. Untunglah letak toilet dilantai ini tidak terlalu jauh dari kamarku. Aku tiba didepan pintu yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pintu kamarku, hanya saja bentuknya sama. Sebuah pintu dengan model dua daun.

Uhh, pintu ini berat sekali. Setelah aku masuk kedalamnya, masih terdapat dua pintu, pintu berwarna merah muda di sebelah kanan dan pintu berwarna biru pastel di sebelah kiri dengan model yang sama seperti sebelumnya.

Apa ini teka-teki? Aku harus masuk ke pintu yang mana?

Aku berjalan kedepan pintu berwarna biru dan diam di depannya. Bagaimana cara membuka pintu ini? Tidak ada gagang pintu dimanapun.

Tiba tiba keluar cahaya laser dari lubang di atas pintu dan menyinariku dari kepala sampai kaki.

[Tidak terdeteksi]

Aku mundur selangkah begitu mendengar suara entah dari mana. kemudian aku memutuskan untuk berdiri di depan pintu berwarna merah muda. Lagi-lagi keluar cahaya laser dan menyorotiku dari kepala sampai kaki.

[Identitas diterima]

Seketika pintu di depanku itu terbuka dengan sendirinya. Aku benar-benar ke habisan kata-kata, jadi warna merah muda itu untuk perempuan dan biru pastel untuk laki-laki? Untung saja aku memilih kamar berpintu merah muda. Tapi kenapa sekedar masuk ke toilet saja rasanya sesulit ini?!

Aku masuk ke dalam dan memerhatikan sekitar. Ruangan yang kumasuki saat ini dipenuhi dengan meja-meja rias yang bersusun beserta dengan perlengkapannya, kamar mandi yang jumlahnya kurang lebih sekitar dua puluh, dan kaca-kaca besar yang memenuhi satu sisi tembok.

Tempat ini benar-benar mengagumkan. Sepertinya aku akan betah berlama-lama disini ketika berdandan. Tempat ini sangat nyaman rupanya. Disini terdapat banyak fasilitas-fasilitas mewah yang bahkan hanya ada beberapa di istanaku.

Setelah buang air kecil, aku kembali ke kamarku dan segera tidur.

***

"Ngomong-ngomong, kau membawa kartu identitasmu, kan?" tanya Gwen padaku.

Saat ini kami sedang berjalan menuju kelas sambil membawa sebuah buku serta alat tulis.

"Tidak, untuk apa? Bukannya makan siang masih lama?" tanyaku bingung.

"Aku lupa memberitahumu sebelumnya, kartu identitas tidak hanya digunakan untuk mengambil makan saja, tapi digunakan juga untuk bisa masuk kedalam kelas supaya tidak sembarang orang bisa memasukinya."

Can I Fall In Love With You In Ten Days?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang