Selamat membaca!^^
**__________________________**
"Katherine,"
Aku menoleh dan melihat Alexa berjalan mendekatiku.
"Ya?"
"Sore ini bisakah kita mengerjakan tugas bersama di kamarmu?" tanyanya.
"Eh? Bukannya sudah tidak ada lagi tugas kelompok?"
Alexa tampak berpikir dan kembali berbicara, "Memang tidak ada, tapi bukannya mengerjakan bersama lebih cepat dan mudah?"
Apa yang dikatakannya memang benar, apalagi Alexa sangat pandai. Mengerjakan tugas dengannya pasti jadi lebih mudah. Tapi ... aku tidak ingin dimanfaatkan olehnya untuk menjadi alasan baginya bertemu dengan William di kamarku lagi.
"Maaf, tapi Katherine sudah berjanji akan mengerjakan tugas bersamaku," Gwen datang dan merangkulku.
"Begitu, ya? Sayang sekali," ucap Alexa sedih, "Kalau begitu aku pergi dulu, ya."
Aku dan Gwen memandang kepergian Alexa dalam diam.
"Kelihatan sekali dia hanya memanfaatkanmu," ucap Gwen.
"Terimakasih, ya." jawabku.
Kemarin setelah makan malam selesai, aku menceritakan semua hal yang kualami hari itu pada Gwen. Mulai dari Alexa yang mengajak mengerjakan tugas di kamarku, William yang meminum teh buatanku, dan Rayne yang menggangguku.
Gwen menanggapi ceritaku dengan sangat serius dan berapi-api. Responnya yang sangat berlebihan itu selalu berhasil menghiburku.
"Nah, karena aku sudah membantumu. Kau juga harus membantuku mengerjakan tugas, okay?" ucap Gwen sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Tentu," aku balas tersenyum.
"Ayo masuk ke kelas." ajak Gwen.
Kelas kali ini adalah kelas campuran, yaitu pangeran dan putri di tempatkan di kelas yang sama. Biasanya pangeran dan putri di tempatkan di kelas-kelas yang berbeda.
"Rasanya seperti bukan di kelas," ucap Gwen sambil memerhatikan sekitar.
"Benar, aku merasa kurang nyaman jika harus belajar dengan lawan jenis. Apalagi mejanya seperti ini." ucapku.
Di dalam ruangan ini terdapat dua puluh lima meja berbentuk lingkaran dengan empat kursi di setiap mejanya.
"Eh, Katherine. Kita harus duduk sesuai dengan nama yang tertulis di papan pengumuman." Gwen menunjuk sebuah papan yang di penuhi banyak murid.
Kami berjalan kesana dan mencari nama masing-masing. Rupanya satu meja terdiri dari dua putri dan dua pangeran.
"Ah, namaku ada di meja ke tujuh."
"Aku meja sembilan, sayang sekali." jawabku sedih.
Kami berpisah dan berjalan ke meja yang berbeda. Tiba-tiba datang seorang putri bergaun ungu menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Fall In Love With You In Ten Days?
Teen FictionKatherine yang awalnya diperlakukan seperti boneka hidup kini terpaksa hidup mandiri supaya bisa masuk ke dalam Royale High, sebuah "sekolah" bagi pangeran dan putri dari setiap kerajaan yang ada selama sepuluh hari. Sesampainya disana, ia bertemu d...